26. Maaf?

1.2K 150 30
                                    

"Kebencian adalah sebuah kebohongan yang menutupi rasa peduli seseorang terhadap orang lain."

**************

Saga tidak tahu, apa yang bisa membawa kakinya sampai ke tempat ini. Tempat dimana ayahnya ditahan. Saga pergi ke sana sendirian, tanpa Genta, apalagi Dygta.

Entah, hatinya hanya ingin meluruskan semua hal secara gamblang. Dimana hanya ada ia dan ayahnya, tanpa ada orang lain. Bicara dari hati ke hati dan mencoba saling mengerti seperti hubungan ayah dan anak pada umumnya.

Saga dan Danu duduk berhadapan dengan sebuah kaca menjadi penghalang di antara mereka. Beberapa kali Danu terlihat menunduk, menghindari tatapan Saga yang seakan memaksa Danu untuk mengatakan bahwa ia rindu pada putra semata wayangnya itu.

"Papa apa kabar? Maaf, Saga baru bisa jenguk."

Mendengar Saga berbicara terlebih dulu membuat Danu tak bisa menahan senyumnya. Laki-laki paruh baya itu mengangkat wajahnya kemudian tersenyum. "Baik. Kamu sendiri?"

Saga tersenyum, Danu menanyakan kabarnya. "Baik juga."

Selanjutnya kembali hening untuk dua menit penuh sampai Danu berdeham. "Kamu udah ngobrol sama tante Rima dan Dimas?"

Pandangan Saga berubah, jelas sekali penuh dengan rasa kebencian. "Buat apa?"

"Saga mereka nggak salah. Papa yang salah."

"Tapi apa yang mereka lakuin ke Papa ...."

"Dengerin Papa dulu," potong Danu.

Saga menghela nafas, menekan bibir bagian dalamnya untuk sedikit menahan amarah yang rasanya siap meledak kapan saja.

Danu mengetukkan jarinya pada kaca bening yang ada di antara mereka, otomatis membuat Saga mengangkat kepala. Dan memberikan tatapan heran.

"Papa mau bicara sama kamu. Kalau ada orang yang bicara, kamu harus apa? Papa udah pernah tegasin ini sama kamu berkali-kali."

Saga meringis, ayahnya masih saja sangat tegas. "Tatap matanya," jawab anak itu pelan.

"Kamu tahu, kan kalau Papa salah?"

Saga mengangguk.

"Sama seperti kamu yang marah karena Papa ada di sini. Dimas juga berhak marah atas apa yang Papa lakuin. Dimas nggak marah soal perusahaan yang Papa ambil alih, Saga. Tapi Dimas marah karena Papa sama sekali nggak menolong ayahnya saat dia sakit, apalagi keadaan mereka sulit saat itu."

Saga kembali menghela nafas.

"Papa denger, kamu usir om Rian dan keluarganya? Dygta juga?"

Saga mengangguk.

"Kenapa?"

"Mereka udah khianatin Papa. Om Rian itu sahabat Papa, dan Dygta sahabat baik aku. Tapi mereka bohongin kita."

"Saga ... Papa nggak marah sama om Rian. Apalagi Dygta, Dygta sengaja nggak kasih tahu kamu karena dia tahu hubungan kamu sama Papa seburuk apa. Dia nggak mau kamu terluka, dia nggak mau kamu semakin salah paham dan benci sama Papa. Sedari awal Dygta tulus sama kamu, Papa tahu itu. Mana ada orang yang tahan diperintah, dimarahin hampir setiap hari selama sebelas tahun kalau dia nggak tulus? Seseorang punya batasan buat berpura-pura, tapi apa kamu pernah lihat Dygta muak sama apa yang dia lakukan buat kamu?"

Take Your Time [Complete]Where stories live. Discover now