24. Tanpa Rasa

1K 152 15
                                    

"Kehidupan boleh terlihat baik-baik saja. Tapi siapa yang mengerti tentang hati?"

*************

8 bulan kemudian ....

Banyak orang yang mengatakan, saat kau memulai kehidupan baru, semuanya akan terasa lebih baik.

Saga, hanya mencoba mempercayai kalimat itu. Hari-hari yang ia lalui di sekolah baru bersama Genta terasa normal.

Sangatlah normal. Meskipun ia tak bisa benar-benar menjadi tak terlihat karena parasnya selalu menarik perhatian semua orang. Setidaknya, tak ada satupun yang membenci Saga di sini. Setidaknya tidak ada perhatian yang selalu tertuju padanya saat ia melangkah.

Saga bisa menjadi rakyat biasa seperti yang selalu Nara bahas dan juga rasakan di setiap obrolan mereka.

Nara, lagi-lagi nama itu terpikirkan oleh Saga tanpa cowok itu sadari. Ia tidak mengenal Nara selama beberapa tahun. Tapi baru beberapa bulan, dan semua yang gadis itu lakukan atau bicarakan seakan melekat di dalam ingatan Saga.

Di sekolah baru Saga juga tidak berbicara dengan orang lain. Ia akan menjawab saat seseorang bertanya, dan tersenyum saat seseorang menatap. Benar-benar mencoba menjadi seseorang yang berbeda, dan menghindari masalah sebaik mungkin.

Hari-hari akhir kelas sebelas berlalu dengan cepat, dan tanpa masalah. Mereka nyaris tak bertemu dengan Dygta kecuali saat menghadiri persidangan Danu beberapa bulan lalu. Danu resmi dijatuhi hukuman delapan tahun penjara. Waktu yang cukup untuk Saga bisa memperbaiki hidupnya.

Ia dan Danu sama-sama tak berkata saat terakhir kali bertemu di persidangan. Danu menghindari Saga, dan Saga tak ingin berusaha berbicara dengan ayahnya saat itu. Karena ia takut Danu akan merasa bersalah, saat melihat Saga hancur.

Saga tahu, Dygta bukannya tidak berusaha menemui mereka. Karena jelas sekali Genta menemui Dygta setidaknya satu kali dalam seminggu. Saga tidak marah, karena bagaimanapun Dygta dan Genta sudah seperti saudara.

Tidak bertemu Dygta adalah keputusan Saga, dan dia tak ingin memaksa orang lain untuk mengikuti keputusannya.

Beberapa bulan menghilang dari kehidupannya di masa lalu, membuat kita bisa melihat seberapa banyak perubahan yang terjadi pada Saga. Selain tidak mencari masalah dengan siapapun, Saga mau belajar setiap malamnya. Meskipun nilai-nilai itu tidak naik dengan signifikan, setidaknya ada peningkatan di nilai Saga yang perlahan membaik.

Pertengahan di kelas dua belas adalah saat dimana kalian bisa menyebut hidup kalian benar-benar berat. Karena setelah berbulan-bulan merasa baik-baik saja, kini Saga dan Genta sama-sama kelelahan.

Pembekalan tentang universitas dan juga jurusan yang mungkin akan mereka ambil ke depannya justru membuat Saga merasa muak. Ia tak memiliki impian, belum. Meskipun hidupnya sudah lebih tertata sekarang, tapi ia belum menemukan apa yang ia inginkan. Terkadang Saga akan mulai berpikir buruk jika Tuhan ingin menunjukkan bahwa ia memang tak seharusnya memiliki mimpi.

Anak sepertinya hanya harus hidup sebagai pengecut tanpa masa depan.

****************


Bulan-bulan akhir kelas dua belas. Semakin banyaknya tekanan dan tuntutan untuk belajar membuat Dygta dan Saga sering kali bangun terlambat seperti saat ini.

Mengingat hanya ada mereka berdua, keadaan menjadi kacau seperti yang seharusnya.

"Ga! Detik-detik Geografi gue lo bawa! Balikin!"

Take Your Time [Complete]Where stories live. Discover now