Seri Mental Disorder Story ke-1 (Afka & Aruna)
⚠️ Budayakan follow Author sebelum membaca ⚠️
🍀🍀
Aruna Greenidia Chemistriyani adalah gadis cantik, humble, dan care yang kerap disapa Una harus mengalami kepelikan asmara seratus delapan puluh deraja...
"Merendahlan, sampai tidak ada seorang pun yang berani merendahkanmu." -Aruna Greenidia Chemistriyani-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🏡🏡🏡
"Pulang nanti saya jemput."
"Iya."
"Jangan lupa telpon kalau sudah selesai."
"Iya mas."
"Jangan lupa--"
"Iya, gak lupa mas." Selaku lagi. "Udah gih berangkat, ada jadwal ngajar pagi 'kan?"
"Hm."
Aku tersenyum kecil sambil melambaikan tanganku, mengantarkan kepergianya. Sepulang kuliah tadi, dia mengantarku ke rumah Cika. Pasalnya, aku ada jadwal mencari reverensi untuk tugas matkul minggu depañ.
"Cie, matan pacar rasa pacar."
Sambil memutar bola mataku malas, aku mendudukkan tubuhkan diatas sofa.
"Ekhem, udah balikan roman romanya nih."
"Balikan apaan deh, gak lucu."
"Alah, salting lo?"
"Iyups, merah tuh pipi."
Ahk, dasar pipi tak tahu diri.Bisa bisanya dia merona dikala godaan receh seperti saat ini.
Beberapa hari ini, kita memang sepakat untuk mencoba baik-baik saja. Walaupun dalam artian, masih pada status sendiri yang tak dapat dipungkiri. Tapi, setidaknya ada progres yang membawa kemajuan kini.
Afka maupun aku setuju, untuk menjalani seperti layaknya pasangan bisa hingga waktunya tiba. Secara sah pun, kata putus itu seharusnya sah walaupun hanya diambil sebelah pihak untuk mengakhiri sebuah hubungan. Tetapi, disini Afka mencoba untuk memperbaikinya. And see,aku bisa melihat ada progres yang cukup signifikan.
"Wih, sumpah ini harus di upload dulu."
"Bener, buat nambah nambah postingan di peed instagram." Timpal Doyyeng.
Keduanya nampak sibuk dengan mangkuk berisi kuah merahnya masing masing. Setelah mencari buku reverensi untuk tambahan materi di beberapa bab akhir skripsi, kami memutuskan untuk mampir ke bakso iga balungan.
