Bukan Sekedar Halusinasi

1.1K 125 9
                                    

Bukan Sekedar Halusinasi

"Cerewet, banyak tanya, banyak senyum, tapi manis."-Arafka Davian Evildiantoro

"-Arafka Davian Evildiantoro

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍉🍒🍒🍉

Ketenangan yang melingkup diriku, membuatku enggan membuka mata. Rasanya tenang juga nyaman memelukku dalam kesunyian. Hanya saja, semua itu tak berlangsung cukup lama. Aku bisa mendengar sayup sayup suara tangis, kajian ayat suci, juga panggilan yang menyerukan namaku. Ini ada apa sih?

"Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih,"

Ngantuk yang mengantung di pelupuk mata, nyatanya mampu membuat tingkat kemalasanku untuk beranjak meningkat. Hanya saja, suara suara itu seakan akan memanggilku untuk membuka mata. Penasaran, dengan perlahan kubuka manik milikku yang tertutup rapat. Hanya saja, aneh rasanya jika saat hendak bangun mata ini terasa berat untuk terbuka.

"Aruna, buka matamu."

Jelas jelas aku bisa mendengar suara mereka, hanya saja mataku ini terasa rapat seperti di beri lem perekat.

"Nduk, bangun hiks."

Itu suara ibu, kenapa beliau menangis?

Aku gelisah dalam posisiku, masih berusaha membuka mata dengan sekuat tenaga. Hingga akhirnya cahaya dapat menembus retina mataku. Membuatku mengerjap berulang kali saat menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Aruna kamu sudah bangun?"

"Alhamdulillah nduk, kamu sudah bangun?"

Masih dalam kebingungan yang melanda, kepalaku juga terasa pening. Mungkin aku salah dengar dan salah lihat, masa Afka ada disini.

"M--mas...." Cicitku kecil.

Aku penasaran, apa aku hanya berhalusinasi.

"Iya, ini saya Aruna."

Deg

Saya siapa maksudnya coba?

"Afka, pacar kamu."

Aku sontak tersedak salivaku sendiri. Afka ada disini, jadi dia bukan halusinasi.

"Pelan pelan nduk, ayo minum dulu."

Ibu membantuku duduk, sambil menyodorkan segelas teh manis hangat.

"Pelan pelan minumnya, masih panas." Ujarnya memperingati.

Sumpah, ini bukan halusinasiku semata. Entah kenapa, bangun dari tidurku aku melihat Afka ada disini. Apa ini benar benar mimipi.

"Aww." Ringisku nyeri saat aku mencubit pipiku keras.

My Mysterious Dosgan : Dosen Ganteng (Lengkap)Where stories live. Discover now