5. Xavier

2.5K 273 3
                                    

5. Xavier

Malam ini, Milly sudah rapi dan cantik dengan balutan dress merah marun selutut. Rambutnya tertata rapi hasil kreasi hair stylish di salon langganannya. Riasan wajahnya juga tidak terlalu tebal. Aksesoris yang dia pakai hanya gelang tipis, anting, kalung, dan cincin.

Milly kembali melihat bayangannya di cermin, tersenyum simpel karena merasa puas dengan penampilannya malam ini. Sambil menunggu di jemput Rivan, Milly selfie dan mengupdate akun instagramnya.

Tak lama kemudian, bel rumahnya berbunyi yang sudah pasti itu Rivan. Rivan yang malam ini terlihat semakin tampan berbalut kemeja merah marun senada dengan dress Milly dan celana hitam.

Setelah pamit dengan kedua orang tua Milly, mereka berangkat ke tempat acara.

* * *

"Iya, Ma, ini Di lagi nunggu di jemput Gio..."
"Iya nanti Di foto dress yang Mama beliin..."
"Papa lagi apa, Ma?"
"Wih mau kencan nih ceritanya? Yaudah have fun ya both of you!"
"Ma, udah dulu ya, kayanya Gio udah jemput!"
"Iya, ini aku selfie dulu Mamaku sayang, daaah!"
Begitu Diandra memutuskan sambungan telepon, dia langsung selfie dan mengirim foto pada Mamanya. Setelah itu langsung meluncur keluar. "Aduh, Yo, sorry, abis telfonan sama nyokap, doi pake minta gue selfie lagi."

"Iya santai aja lagi, Di," Gio kembali memasang seat beltnya yang diikuti Diandra, "sudah bisa jalan, Tuan Putri?"

"Jangan norak, plis!"

* * *

Bima membukakan pintu untuk perempuannya yang dia ajak malam ini. Xavier yang datang berbarengan dengan Bima ikut-ikutan melakukan hal yang dilakukan sahabatnya yang katanya mengerti keinginan setiap wanita itu.

Bima dan Xavier sama-sama ingin menahan tawa karena perempuan yang mereka bawa malam ini berbeda lagi dengan yang tadi siang.

Mereka juga saling mengisyaratkan untuk menjaga rahasia satu sama lain dan masuk ke private restaurant dengan di gandeng wanitanya masing-masing.

Rivan dan Milly yang melihat kelakuan kedua temannya itu hanya menggeleng-geleng kepala dan ikut berperan menjaga rahasia guna kelancaran acara.

Erland, Edo, Diva, dan Alex yang datang berbarengan sudah duduk rapi. Respon mereka sama seperti Rivan dan Milly barusan.

Lima menit kemudian, Diandra dan Gio datang dan langsung duduk di kursi yang belum ada penghuninya.

Setelah sedikit cuap-cuap dari Rivan, mereka langsung menyantap makanan yang disajikan.

Setelah makan, mereka melerai dan membuat perkumpulan baru. Rivan, Gio, Bima, dan Xavier main bilyard. Alex, Diva, Milly, dan Edo main kartu remi. Dua perempuan yang malam ini diajak Xavier dan Bima sibuk membicarakan kutek dan nail art. Sedangkan Diandra dan Erland main uno stacko.

"Eh, Lan, gue mau nanya deh, tapi ini namanya ghibah gak sih?" Diandra bertanya dengan polosnya, membuat Erland gemas. Tapi Erland sudah mengetahui kemana arah pertanyaan Diandra karena gadis itu curi-curi pandang pada perempuan yang diajak Xavier dan Bima.

"Tanya apa?"

"Kok ceweknya Bima sama Xavier yang sekarang sama yang tadi siang beda?"

"Hmmm..." gumam Erland sambil menarik stik perlahan agar susunannya tidak jatuh semua, "biasa sih mereka. Mungkin kalo Bima, lu udah tau kalo dia playboy, fuckboy, suka ganti-ganti cewek atau apalah itu. Kalo Xavier, biasanya sih itu gebetan, belum di pacarin, dan percaya sama gue, mereka gak akan dipacarin!"

"Hah?!"

"Kaget amat, Neng! Lu tau kan Xavier itu ganteng, cewek yang rebutan pengen jadi pacarnya tuh banyak! Kayak cuma diajak makan atau ke acara gini aja mereka udah seneng banget!"

"Yaaa, ganteng sih! Tapi gak gitu juga kan?"

"Lu pernah denger istilah 'ganteng mah bebas' gak sih, Di?" tanyanya yang diangguki Diandra. Sekarang giliran Diandra yang main, "dan gue baru percaya kata-kata itu setelah liat Xavier,"

"Tapi cewek yang sekarang sama yang tadi siang kan cantik banget, Lan! Gak sembarangan juga kan?"

"Itu yang gue juga heran. Harusnya dari pada mereka digantungin gitu, mendingan sama gue kan? Gue juga gak kalah ganteng! Tajir juga! Meskipun punya Emak Babe gue sih! Tapi kan gue kecipratan!"

Dan tak lama kemudian, mereka berdua reflek berteriak karena Diandra menjatuhkan semua susunannya.

Flashback...

"Lan, pada sibuk masing-masing nih, gue gak punya temen, temenin main uno sih!"

"Boleh, tapi taruhan ya!"

"Taruhan apa?"

"Kalo gue menang, besok pulang kampus, lu jalan sama gue."
"Yang lain aja bisa gak?" tanya Diandra yang ditolak mentah-mentah Erland, "kalo gue yang menang?"

"What's your wish?"
"Lu traktir gue makan di kantin selama seminggu!"

"As you wish."

* * *

Xavier membuka pintu mobilnya dan duduk di belakang kemudi. Michele, perempuan yang malam ini datang bersamanya, duduk disebelahnya. Dia senyum-senyum sendiri karena dua hal. Pertama, Xavier mengajaknya untuk kumpul dengan The Six Prince, geng paling hits di kampus. Yang kedua, dia dapat membicarakan tentang nail dengan Lian, perempuan yang diajak Bima.

"Aku seneng deh hari ini! Makasih, Beib, kamu udah ajak aku ke acara temen kamu." ucapnya yang hanya diangguki Xavier. "kamu juga seneng kan, Beib?"

Xavier tidak merespon pertanyaan Michele, tubuhnya sudah merasa lelah hari ini.

"Besok habis pulang kampus, kamu temenin aku nail art ya, Beib, abis itu kita jalan."

Michele yang dari tadi cuap-cuap sendiri dan hanya di respon singkat oleh Xavier akhirnya tersadar akan satu hal. Sebenarnya hubungannya dengan Xavier sejauh apa?

"Just friend, Chel, lu maunya gimana?"

Deg! Jawaban datar dari Xavier membuat hati Michele mencelos. Pasalnya Michele sudah update status dan pamer pada teman-temannya kalau malam ini dia jalan dengan Xavier dan bergabung dengan The Six Prince.

Michele kembali mengingat awal kedekatannya dengan Xavier. Dia membawa jus mangga kesukaan Xavier, Xavier memberi senyuman maut padanya, Michele mengajak Xavier kenalan yang langsung diterima Xavier, mereka tukeran nomor handphone, Michele menanyakan rencana Xavier malam ini, Michele memohon untuk ikut bergabung yang langsung disetujui Xavier, hingga akhirnya mereka berdua sekarang ada di dalam mobil ini. Hal bodoh macam apa yang Michele harapkan setelah ini?

"Xavier, jawab aku! Aku kurang cantik buat kamu?"

Xavier sudah mulai malas menjawab pertanyaan perempuan disebelahnya. Dia sudah mengetahui alur percakapan mereka yang nantinya akan menjadi drama sinetron yang membuat perempuan di sebelahnya mengeluarkan air mata.

"Lu cantik, Chel,"

"Terus?"

"Terus apa?"

"Kurangnya apa?"

"Gak ada!"

"Kenapa cuma temen?"

"Karena bukan lu yang gue mau, Chel, jelas ya?!" Xavier mulai terpancing emosi.

"Yang kamu mau yang seperti apa?"

Xavier menepikan mobilnya. Menarik napasnya dalam-dalam, mengeluarkan jurus andalannya. Memasang wajah serius, "Lu cantik, Chel, lu modis, lu anggun, tapi gue gak suka perempuan. Sampe sini lu paham?"

Mendengar jawaban Xavier membuat wajah cantik Michele pucat. Michele tanpa ragu membuka pintu mobil Xavier dan keluar dari dalam mobil. Berharap Xavier mengejarnya, tapi apa daya, Xavier yang sudah terlalu lelah itu enggan ambil pusing dan kembali melajukan mobilnya.

Sebuah fakta terungkap, kenapa Xavier yang sangat tampan itu terlihat tidak begitu peduli pada perempuan cantik yang mendekatinya. Sambil menunggu taxi lewat, Michele membuka obrolan di grup chat teman-temannya.

* * *

Me And The Six PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang