13. Obrolan Seorang Sahabat

1.7K 220 8
                                    

13. Obrolan Seorang Sahabat

Di, bisa ketemu sebentar?

Setelah membaca pesan tersebut, Diandra menaruh handphonenya di atas buffet di sebelah tempat tidurnya. Dia tidak membalas pesan tersebut. Karena baginya, hubungannya dengan si pengirim pesan sudah selesai.

Sudah sore, Diandra masih malas untuk mandi sore. Hari ini digunakan Diandra untuk malas-malasan. Waktu liburnya masih panjang. Biasanya dia mengunjungi orang tuanya di Kalimantan, namun kali ini Diandra belum mendapatkan lampu hijau untuk berangkat kesana, karena orang tuanya juga sedang merintis bisnis baru diluar kerjaan mereka.

Tok... tok... tok...
Suara ketukan pintu membuat Diandra yang sedari tadi hanya rebahan akhirnya bangkit. Bi Piah memberitahu kalau Rivan datang.

"Minta tolong bilangin ke Rivan ya, Bi, Diandra mandi dulu sebentar."

"Baik, Non."

Setelah Bi Piah pergi, Diandra menutup pintu kamarnya dan pergi mandi.

Rivan pasti mau nanyain kejadian di puncak tiga hari yang lalu. Pikir Diandra. Sebenarnya Diandra sendiri terkejut dengan perubahan sikap Xavier padanya. Bahkan selama mereka kenal, dia belum pernah ngobrol santai dengan pria tampan itu.

Rivan mengirim pesan pada kekasihnya dan memberitahu kalau dirinya sudah mendarat di rumah sahabatnya itu. Milly yang sedang berlibur ke London dengan keluarganya itu belum membaca pesan Rivan.

Tak lama Diandra turun dari tangga dengan mengenakan kaos dan celana pendek selutut. Rambutnya yang panjang sebahu diurai.

"Tumben gak ngapel?" tanya Diandra sambil duduk di sofa di depan Rivan.

"Milly lagi liburan sekeluarga."

"Oh."

Cukup lama suasana hening, Rivan sedang menimbang-nimbang kalimat pembuka apa untuk membahas masalah di puncak tiga hari yang lalu itu.

"Kenapa? Kayak ada yang dipikirin gitu!"

"Hmmm... Di, soal..."

"Xavier?" tebak Diandra yang diangguki sahabatnya itu. "Gue juga bingung."

"Sebenernya gue juga bingung."

"Kenapa?"

"Xavier itu... gimana ya gue jelasinnya!" Rivan reflek menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu. "Gini, simpelnya Xavier itu orangnya cuek, tapi ramah, susah ditebak,"

"Cuek, ramah, susah ditebak? Ambigu banget!" Diandra spontan tertawa untuk mencairkan suasana.

"Iya, dia itu aslinya cuek sama perempuan. Tapi karna dia ganteng, banyak yang suka sama dia, ngajak dia kenalan, ngajak dia jalan, yang selalu di iya-kan, tapi abis mereka jalan, gak ada kelanjutannya lagi. Kayak angin lalu, kayak gak pernah terjadi apa-apa," setelah menyelesaikan kalimat panjangnya, Rivan mengambil gelas berisi sirup di depannya lalu meneguknya, "Bentar, gue haus!" Diandra gemas dengan perilaku sahabatnya itu, "lanjut nih ya!" Diandra mempersilahkan, "nah, perempuan-perempuan ini cantik-cantik, gaul-gaul, kekinian, hits, menggelegar!"

"Rivan!"

"Iya, lebay dikit, Di!" katanya cengengesan yang dimaklumi Diandra. "Nah, udah dua hari ini, gue kan sibuk karena Milly mau ke London, terus barusan sebelum kesini, gue iseng main ke tempat Bima, katanya Xavier aneh."

"Aneh kenapa?"

"Jadi jutek, mood swing." jawab Rivan. "Di, sebenernya yang waktu itu, awalnya gimana?"

"Kepo!"

Rivan langsung melompat ke sebelah Diandra yang langsung diserbu cubitan oleh sahabatnya itu.

Me And The Six PrinceWhere stories live. Discover now