32. Edo

955 122 0
                                    

32. Edo

Malamnya, mereka pergi ke Jimbaran untuk menikmati dinner romantis pinggir laut. Xavier memang meminta tolong Diva untuk mereservasi tempat.

"Wah gokil nih udang!"
"Gue mau kangkung!"
"Sambal kecap dong!"
"Lemon tea gue mana ya?"

Seperti biasa, mereka terlihat sibuk ketika makanan pesenan mereka datang.

"Kenapa, Van?" tanya Diandra pada Rivan ketika tanpa sengaja melihat mata sahabatnya itu menerawang jauh.

Pertanyaan Diandra membuat semua mata tertuju pada Rivan.

"Engga, gue lagi menikmati kebersamaan kita malam ini. Mungkin setelah ini, kita bakalan sibuk ngejar mimpi masing-masing."

"Yah, Van, jangan sekarang dong melownya, kita lagi pada makan!"

"Gue fix lanjutin S2 di Belanda. Mungkin bakalan kerja disana juga." ucap Rivan tiba-tiba.

"Makannya pada santai aja ya. Sambil ngobrol." kata Diva.

"Gak boleh, Div, makan sambil ngobrol!"
"Tapi lu makan pelan-pelan stup*d!"
"Laper, Bro!"

"Edo, udangnya mau nambah? Gue ambilin ya?" tawar Adel.

"Gue kenyang!"

"Minum? Mau nambah minum?"

"Gue kembung!"

"Cemilan? Mau?"

"Kan tadi gue bilang gue kenyang!"

"Mau jalan-jalan di pantai?"

"Gue mager!"

Karena kesal, Edo bangkit dan menarik kursinya ke samping Diandra.

"Lu ngapain, Bro?" tanya Xavier. Radarnya terhadap ancaman menyala.

"Mau modus ke cewek lu, Bro!"

"Bosen idup lu?"

Diandra tersenyum, "Xav, jangan gitu." kata Diandra lembut. "Lo mau ini, Do?"

"Suapin!"

"Di kasih hati minta jantung!" cibir Xavier, dia buru-buru memberikan camilan onion ring ke mulut Edo yang langsung di lahap Edo.

Diandra tersenyum melihat tingkah dua orang di sampingnya ini.

"Xav, aku ke toilet dulu ya." pamitnya.

"Aku anter ya?"

"Eh, gak usah. Kamu suapin Edo aja!"

"Lu jeles sama gue, Di?"

Diandra hanya tertawa sebagai jawabannya.

Braaak!
Erland menghadang Diandra yang baru keluar dari toilet. Diandra cukup kaget, namun dia berusaha tenang.

"Erland? Mau ke toilet juga?" tanyanya polos.

"Di, lu gak mau mikirin lagi soal ajakan gue waktu itu?"

Diandra mengerutkan kening, "Ajakan yang mana, Land?"

"Gue... gue bakal lanjut S2 di London. Kayak Rivan, mungkin gue bakal kerja disana juga. Lu beneran gak mau ikut?"

Diandra menggeleng pelan, "Makasih tawarannya, Land, tapi gue kayaknya gak bisa ninggalin Bi Piah di rumah sendiri."

Erland menggenggam kedua tangan Diandra, "Beneran gak ada harapan buat gue ya, Di?"
Diandra memeluk Erland dan menepuk punggungnya, "Take care ya, Land. Lo pasti akan menemukan perempuan terbaik buat hidup lo."

Diandra seperti de javu dengan suasana ini. Benar, dulu Xavier pernah menunggunya ketika sedang berada di toilet.

"Apa-apaan nih?" Xavier melihat gadisnya memeluk pria lain.

Diandra melepaskan pelukannya.

"Jangan salah paham, Bro, gue cuma mau memastikan perasaannya sebelum gue pergi." Erland menjelaskan. Xavier mengerutkan kening, "Gue bakal lanjut S2 di London. Mungkin kerja disana juga."

Xavier melihat Diandra untuk mengkonfirmasi. Diandra mengangguk pelan.

"Jaga Diandra baik-baik, Bro." Erland menepuk pundak Xavier lalu pergi.

"Kamu bener-bener gak bisa aku tinggal ya." kata Xavier.

Diandra tersenyum, lalu menggandeng pria disampingnya.

* * *

"Edo, gue ikut lo ya." ucap Adel. Tanpa persetujuan Edo, dia langsung naik jetski yang dikendarai Edo. Edo tersenyum jahil. Sepertinya dia sudah benar-benar muak dengan perempuan ini. Tanpa aba-aba, Edo mengendarai jetskinya kencang. Adel teriak-teriak meminta Edo menurunkan kecepatannya tapi tak di gubris.

"Tuh, kalo kamu gak mau peluk aku, aku bakal ngendarain ini kayak Edo." Xavier mengancam Diandra yang sudah duduk manis dibelakangnya itu untuk memeluknya. Diandra menggeleng jahil.

Dia malah menempatkan kedua tangannya di puncak pacarnya itu. "Nona Diandra yang terhormat, gue bukan ojek!"

"Yaudah, sini aku aja yang jadi ojeknya!"

"Emang bisa?"

Diandra mengambil alih kemudi. Xavier menempatkan kedua tangannya di pundak Diandra. Diandra tertawa karena Xavier membalas setiap perbuatannya.

Tanpa Xavier duga, Diandra membawa jetski mereka dengan kencang. Xavier tidak takut sama sekali, dia hanya tersenyum dan memeluk gadisnya erat seakan tak ingin melepaskan.

Adel berjongkok sambil menangis begitu Edo menepikan jetskinya. Edo merasa perbuatannya kali ini keterlaluan.

"Del, sorry..."

"Do, gue tau lo gak suka sama gue. Harusnya lo bilang! Gak lucu ya kelakuan lo tadi!" teriak Adel, membuat Edo merasa bersalah.

"Abisnya lo..."

"Lo masih nyalahin gue?! Hah?!"

"...."

"Gue gak mau deket-deket lagi sama lo!"

Adel berniat meninggalkan Edo untuk bilas, namun dia tak dapat berdiri karena kakinya masih gemetar. Edo yang melihat itu langsung menggendong Adel ala bridal style dan mendudukan Adel di saung yang lebih teduh.

"Minum dulu, Del."

Adel masih diam tak bersuara. Masih kesal dengan Edo? Tentu saja. Namun saat ini otaknya sibuk dengan degupan jantungnya yang berpacu cepat itu. Edo menggendongnya tadi.

Kira-kira Edo tahu gak ya kalau gue lagi deg-degan? Ujarnya dalam hati.

Rivan, Milly, Alex, Diva, Xavier dan Erland naik banana boat. Sementara Bima di kapal boat yang menarik mereka. Diandra yang sudah bilas dan sudah cantik itu hanya duduk menonton pacarnya dan teman-temannya itu naik banana boat, dan tertawa ketika mereka tercebur di laut.

Dia ingat kata-kata Rivan semalam.

"Mungkin setelah ini, kita bakalan sibuk ngejar mimpi masing-masing."

Memang sepertinya pahit kalau dibayangkan. Mengingat mereka sering makan bersama saat waktu makan siang, kumpul ketika waktu senggang, liburan bersama ketika akhir pekan.

Mungkin setelah ini, mereka akan jarang menghabiskan waktu bersama-sama lagi. Sibuk mengejar impian masing-masing, sibuk mencari jati diri mereka.

Pandangan Diandra yang sedang menerawang jauh itu buyar ketika tanpa sengaja salah fokus pada suatu pemandangan langka. Edo dengan Adel. Dia tersenyum. Apakah satu temannya lagi akan menemukan seseorang untuk berlabuh?

* * *

Me And The Six PrinceWhere stories live. Discover now