8. I like you

2.2K 250 0
                                    

8. I like you

Selama hampir dua minggu mereka melaksanakan UAS, Diandra yang selesai UAS hari ini pun merasa lega. Selesai UAS, sebelum meluncur ke rumah Rere untuk mengajar, Diandra ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang ia pinjam.

"Diandra? Ada yang nyariin lu tuh di parkiran!" ucap seorang pria yang tak Diandra kenal. Tanpa sempat Diandra bertanya, orang itu sudah meninggalkan Diandra.

Mungkin hanya iseng. Karena kalau orang tersebut kenal dengan Diandra, dia akan menelepon Diandra untuk mengajak bertemu. Tanpa memperdulikan ucapan pria tadi, Diandra menuju perpustakaan.

"Makasih ya, Bu." ucap Diandra setelah mengambalikan buku di perpustakaan.

Dia segera menuju parkiran gedung D tempat mobilnya di parkir. Tak jauh ketika keluar dari gerbang kampus, Diandra menyadari sebuah mobil mengikutinya. Terbukti ketika Diandra menambah kecepatan mobilnya, mobil di belakang juga menambah kecepatan mobilnya. Bahkan ketika Diandra sengaja berhenti di sebuah minimarket, mobil tersebut ikut menepi meskipun jaraknya tidak terlalu dekat. Kaca mobil tersebut di buat gelap sehingga Diandra tidak dapat mengenali si pengemudi.

Diandra mengeluarkan handphonenya dan membagikan lokasinya saat ini dengan Gio dan Rivan.

Gue lagi di perjalanan menuju rumah Rere, ada mobil yang ngikutin gue dari kampus. Tapi gak tahu siapa. Pesannya, yang langsung di baca oleh Gio. Rivan masih belum membacanya.

* * *

"Babe, ada pesan dari Diandra nih!" Milly yang saat itu sedang meminjam handphone Rivan langsung memberitahu.

"Katanya apa, Babe?"

"Dia share lokasi, katanya dia otw rumah Rere, terus ada mobil yang ngikutin dia."

Rivan langsung mengambil handphone dari tangan Milly dan langsung menelepon Diandra. Tak ada sahutan dari Diandra.

"Rere siapa, Babe?"

"Murid les privatnya Diandra."

"Kamu samperin gih! Udah selesai kan hari ini ujiannya? Aku masih ada UAS jam dua."

"Aku agak lupa rumah Rere."

Teman-teman Rivan yang saat itu sedang makan bersama Rivan ikut mendengarkan percakapan dua sejoli itu. Edo yang merasa sangat tahu arah rumah Rere langsung menawarkan diri menyusul Diandra yang tentunya ditemani Rivan.

Edo memarkirkan mobilnya di garasi rumah Rere di samping mobil Diandra. Edo dan Rivan keluar dari mobil. Mereka mencurigai sedan mewah berwarna hitam yang berhenti di tepi jalan tidak jauh dari rumah Rere. Namun pengendara mobil itu seketika pergi ketika menyadari bahwa ada yang memperhatikan mobilnya.

Edo langsung menerjang masuk ketika Rere membukakan pintu rumahnya. Dilihatnya Diandra sedang duduk sambil menulis sesuatu, wajahnya tenang. Merasa diperhatikan, Diandra menoleh lalu tersenyum.

"Eh, Do, lagi main kesini?"

Pertanyaan Diandra terjawab ketika ada Rivan dibelakang Edo.

"Loh? Kalian..."

"Ceritanya panjang. Yang penting lo sekarang gak apa-apa kan, Di?"

"Untungnya sih gak apa-apa."

"Mercy item ya, Di?" tanya Edo yang diangguki Diandra. "kira-kira lu ada bayangan gak siapa yang ngikutin?"

Diandra menggeleng. "Re, latihan soal dulu ya, Kak Diandra tunggu di ruang tamu." ucap Diandra yang diangguki Rere.

"Sebenernya tadi pas gue mau ke perpus, ada yang bilang kalo gue ditunggu di parkiran, cuma gue gak tau siapa yang nunggu."

"Gio mana? Gak bareng sama lo?" tanya Rivan sambil mengeluarkan handphonenya, suaranya terdengar sedikit emosi.

"Van, Van, lo mau apa?" Diandra mencegah Rivan menghubungi Gio. "lo mau nyalahin Gio? Dia gak salah, oke? Garis besarnya, gue bukan tanggung jawab Gio."

"Tapi dia kan sama lo terus, harusnya kan bisa jagain lo."

"Gak gitu konsepnya, Van,"

"Diluar gue selalu bareng dan sekelas sama Gio, Gio juga punya urusan pribadi yang mungkin gak harus sama gue, Van," ujar Diandra, "lagian kita gak tahu mobil tadi mau apa ke gue, ya kan?"

"Dengan dia ngikutin lo aja jelas niatnya udah gak baik, Di!"

"Belum tentu, Van."

Melihat pertengkaran kecil kedua sahabat itu, ditambah lagi Rivan terlihat sangat khawatir dan tersulut emosi menunjukkan ada perasaan lain yang dimiliki Rivan pada Diandra, sesuatu yang bahkan Edo sendiri tidak dapat memahami.

Edo yang semakin lama semakin menyukai sosok Diandra ini bahkan mulai memperhatikan setiap pria yang dekat dengan Diandra. Mungkinkah dia cemburu?

* * *

Gio yang membaca chat Diandra sebenarnya cukup panik. Otaknya sudah ingin bergegas meninggalkan tempat itu tapi kondisinya tidak bisa.

Setelah selesai ujian, Bundanya memintanya untuk menemani acara kumpul dengan teman-temannya yang tidak dapat ditolak Gio. Dan beberapa dari teman-teman Bundanya juga membawa anaknya masing-masing. Gio terpaku dengan sosok gadis yang mungkin dua atau tiga tahun lebih muda darinya. Gadis tersebut melihat ke arah Gio dan tersenyum seolah sudah mengenal Gio sebelumnya.

Setelah cukup lama berbincang, gadis itu mengatakan bahwa dia mengenal Gio sewaktu SMP. Namanya Zoe, umurnya 18 tahun, beda dua tahun dengan Gio. Saat ini gadis itu kuliah semester satu di universitas Bandung, namun sudah mulai memasuki libur kuliah.

Sejak berbincang dengan Zoe, pandangan Gio tak lepas dari handphonenya. Gio juga sempat menghubungi Rivan, namun tetap tidak ada sahutan.

"Kakak lagi nunggu telfon?" tanya Zoe.

"Ya?"

"Kakak lagi nunggu telfon?"

"Ah, iya."

"Zoe ganggu gak?"

"Oh, enggak kok!"

Jujur saja kehadiran Zoe cukup memecah kekhawatiran Gio terhadap Diandra. Bagaimana tidak, gadis imut itu selalu bercerita hal menarik yang belum pernah Gio ketahui sebelumnya. Namun ada satu kalimat yang cukup mengganggu Gio ketika dia sampai di rumah.

"Aku suka Kak Gio!"

* * *

"Kenapa, Lex?" tanya Diva ketika melihat Alex seperti tidak fokus belajar. Setelah mereka makan siang tadi, Alex mengantar Diva sampai rumah sekalian belajar untuk ujian besok.

"Gue kepikiran Diandra deh, Div."

Deg! Tiba-tiba Alex membicarakan Diandra di depan Diva. Mungkin kalau temannya yang lain yang khawatir Diva masih memaklumi. Namun, ini Alex. Apakah Alex juga menyukai Diandra?

Sejak Alex mengkhawatirkan Diandra, Diva menjadi tidak fokus belajar. Namun, suasananya masih hening. Tidak ada yang memulai membuka suasara.

"Lo suka sama Diandra ya, Lex?"

"Dia baik."

Jawaban Alex makin membuat Diva kepikiran. Sebenarnya yang Diva butuhkan hanya jawaban "ya" atau "tidak", bukan jawaban ambigu seperti yang dilontarkan Alex.

Semenjak hari itu, Diva semakin pendiam. Mungkin dia masih bisa kalau hubungannya dan Alex sebatas teman, tapi belum sampai terpikirkan oleh Diva kalau suatu saat Alex menyukai perempuan lain, apalah Diva bisa terima? Akhirnya hari itu datang juga, dan dari sekian banyak perempuan cantik di kampus, kenapa harus Diandra?

* * *

Me And The Six PrinceWhere stories live. Discover now