14. Hope of a Mother

1.7K 209 4
                                    

14. Hope of a Mother

Sore itu, Diandra yang baru saja pulang mengajar private, langsung menjatuhkan dirinya di sofa ruang tamunya. Bi Piah yang melihat nona majikannya kelelahan dengan sigap memijit kaki Diandra.

"Aduh, Bi Piah, Diandra gak apa-apa kok!"

"Gak apa-apa, Non, Bi Piah liat kayaknya Non Diandra capek banget. Bi Piah gak tega."

"Yaudah kalo gitu Diandra minta tolong ya, Bi!" kata Diandra. "Oh iya, ini serabi buat Bi Piah, kebetulan Diandra liat dipinggir jalan, inget Bi Piah. Kinca durian loh, Bi, kesukaan Bi Piah."

"Ya Allah, Non, makasih banyak ya, Non Diandra baik banget sih. Bibi doain semoga Non Diandra dapet jodoh yang baiknya sama kayak Non Diandra."

"Aamiin."

"Oh iya, Non, tadi ada Den Gio kesini, dia lupa kalo hari ini Non ngajar."

Ah, iya! Bocah itu! Sudah dua minggu ini dia ke Bandung menemani Neneknya yang tinggal disana. Mungkin nanti malam Diandra akan main ke rumah Gio.

"Makasih ya, Bi, infonya."

* * *

Malam ini, Rivan dan teman-temannya berencana kumpul di sebuah kafe daerah Kemang. Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, entah kenapa kafe itu terlihat lebih ramai dari biasanya.

Untunglah mereka mendapat tempat di kafe itu karena memang mereka melakukan reservasi sebelumnya.

"Ya ampun, gue kangen banget cuci mata!"
"The Six Prince emang the best banget ya!"
"Xavier gue belum dateng!"

Mereka sibuk berbisik-bisik sambil melihat ke sebuah meja berisi pria-pria tampan itu. Entah mereka tahu informasi dari mana kalau The Six Prince akan kumpul di kafe itu, yang jelas informannya akurat.

Tak lama kemudian, mobil sport hitam milik Xavier memasuki parkiran kafe dan memarkirkan mobilnya. Xavier keluar, membuat mata gadis-gadis yang menunggunya berbinar-binar. Xavier yang gosipnya tidak suka perempuan itu masih tetap nomor satu di hati mereka.

Xavier tidak mempedulikan mata gadis-gadis yang menatap ke arahnya. Dia sedikit menyapa teman-temannya yang sudah datang terlebih dahulu. Erland, Edo, Bima yang datang membawa pacar barunya, dan Alex yang datang bersama Diva.

Selagi mereka menunggu Rivan yang katanya dateng dengan Milly, mereka sibuk berbincang pembicaraan random. Mulai dari liburan yang masih panjang, rencana kuliah semester depan, game baru playstation, sampai gadget series terbaru yang akan diluncurkan bulan depan.

"Weh, lama lu, Bro!" kata Erland begitu melihat Rivan yang baru datang.

"Sorry, Bro!"

Dilihatnya Rivan bukan hanya mengajak Milly, tapi mengajak seorang perempuan yang kira-kira seumuran dengan mereka.

"Sorry ya, gue ngajak sepupu gue, dia lagi balik ke Jakarta, kuliah di Bali." ucap Milly. "Kenalin sepupu gue, Adelia."

Setelah Milly mengucapkan itu, mereka berkenalan dengan sepupunya yang cantik itu. Tetapi mata Adel fokus pada satu pria yang gak lain dan gak bukan adalah Xavier.

Selama mereka berbincang asik, Adel terus memperhatikan Xavier yang sedikit bicara itu. Bahkan terkesan cuek, itu menjadi nilai plus untuk Adel. Dia penasaran.

"Mau kemana lu, Bro?" tanya Rivan ketika Xavier tanpa aba-aba bangkit dan keluar kafe.

"Ngerokok!" jawab Xavier.

"Sejak kapan itu bocah ngerokok?" tanya Erland setelah Xavier keluar kafe. Yang lain mengangkat bahu tidak peduli, sebagiannya lagi karena tidak tahu.

Me And The Six PrinceWhere stories live. Discover now