27. Would you be mine?

1.3K 158 0
                                    

27. Would you be mine?

Kak Gio, bisa main ke rumah gak? Hari ini hari ulang tahunku.

Gio langsung membaca pesan dari Zoe setelah selesai bimbingan. Dia mampir sebentar ke mall untuk membelikan Zoe hadiah sekaligus makan siang.

Cukup lama Gio memilih bandul kalung untuk Zoe, hingga akhirnya dia memilih huruf Z untuk bandul kalung hadiahnya.

Gio menekan bel rumah Zoe setelah berada di depan pintu. Zoe membuka pintu rumahnya, sudah cantik dengan dress berwarna putih. Untungnya dia sempat pulang, membersihkan diri, dan berganti pakaian yang lebih rapi.

"Kamu balik dari Bandung kapan?" tanya Gio.

"Semalem."

"Oh iya, selamat ulang tahun."

"Makasih, Kak."

"Maaf, aku gak nyiapin kado yang gimana-gimana, karena aku beneran gak tahu ulang tahun kamu kapan."

Zoe menerima sebuah kotak kecil dan membukanya. Dia tersenyum, "Makasih ya, Kak! Aku suka banget."

"Sama-sama."

"Oh ya, Kak, boleh tolong pakein?"

"Mau langsung dipake?"

"Iya dong! Itu kan pemberian Kak Gio."

Gio mengambil kalung pemberiannya dari kotak dan memasangkannya di leher putih milik Zoe.

Setelah memakaikan kalung di leher Zoe, mereka izin pamit kepada kedua orang tua Zoe, mereka pergi untuk dinner berdua.

"Kak, pandangan Kak Gio soal LDR apa?" tiba-tiba Zoe membuka obrolan.

"Hmm, selama saling sayang, saling menjaga komitmen, menjaga hati, LDR seru juga."

"Kenapa gitu?"

"Karena hidup itu bukan tentang pacaran, kan? Kadang keuntungan LDR adalah, kita bisa menghabiskan waktu bareng temen dan keluarga."

"Kak Gio mau gak LDR-an sama aku?"

Gio terdiam.

Flashback...

"Menurut gue, udah saatnya lo membuka diri dan hati lo untuk orang lain, Yo. Lo gak bisa selamanya begini." ucap Diandra saat mereka makan siang berdua.

"Gue lagi males pacaran."

"Sampe kapan?"

"Gak tau. Gak mau mikirin juga."

"Gue sih cuma ngasih saran buat lo sebagai temen lo yang cantik, baik hati, ramah tamah, tidak..."

"Kelamaan!"

"Oke. Kayaknya lo harus mempertimbangkan soal Zoe."

"Zoe?"

Diandra mengangguk yakin, "Ini insting gue sebagai perempuan aja sih. Zoe baik. Dan bukan tipe perempuan yang aneh-aneh."

"Kan lo baru ketemu sekali."

"Iya, gue tau. Kan tadi gue bilang, insting!"

Gio terdiam.

"Tapi semua keputusan di tangan lo kok! Gue gak ada hak maksa-maksa lo. Gue cuma ngasih saran."

Flashback off...

Zoe tersenyum, "Aku tau Kak Gio bakal nolak aku lagi. Aku gak apa-apa kok, Kak! Maaf udah maksa, Kakak."

"Zoe, kita pacaran yuk!"

* * *

"Lex, kenapa cewek-cewek itu begitu ke Diandra?" tanya Diva. Saat ini mereka sedang menonton film di ruang keluarga milik Diva. Diva bersandar di pundak Alex.

"Menurut kamu kenapa?"

"Aku gak tau. Diandra kan belum pacaran sama siapapun dari kalian."

"Xavier sama Erland kan lagi giat banget pedekate. Mungkin karena itu."

"Aku gak heran sih Diandra jaga jarak banget sama Rivan waktu itu. Dia pasti mikirin konsekuensinya."

"Emang salah ya, kalo kalian bertemen sama kita?"

"Kalian kan The Six Prince." canda Diva.

"Aku gak ngerti kenapa gitu. Mereka terlalu membesar-besarkan persahabatan aku sama temen-temen aku. Padahal kita sahabatan kayak yang lain."

"Mungkin mereka kebanyakan nonton film. Terus ada kalian yang sahabatan. All of you are perfect, right?"

"Gak gitu konsepnya, Div."

"Mau aku terusin?"

"Apa? Coba!"

"Terus kalian itu, susah dideketin. Kecuali Erland sama Bima. Itu pun karena Erland emang ramah dan helpful. Kalo Bima emang karena suka gonta-ganti cewek."

"Sisanya?"

"Sisanya, kamu irit ngomong kalo sama orang lain. Edo judes banget, Xavier cuek, Rivan tolak halus."

"Intinya mereka itu terlalu hiperbola gitu loh, Div!"

"Sejak kapan jadi anak sastra?"

"Sejak pacaran sama kamu."m

"Biar apa?"

"Biar bisa gombalin kamu!"

"Ahay!"

"Udah, ah! Fokus nonton, itu seru filmnya!"

"Aku udah pernah nonton."

"Sama siapa?"

"Sendiri."

"Bohong!"

"Mau aku spoiler?"

"Enggak!"

"Mau aja!"

"Enggak!"

* * *

Flashback...

"Di,"

"Hmm."

"Boleh gue nanya?"

"Kenapa?"

"Lu jadian sama Erland?"

"Hah?"

"Gue liat lu di tarik Erland masuk kamar."

Diandra tersenyum, "Terus? Lo nguping?"

Xavier menggeleng pelan, "Dia nembak lu lagi kan?"

"Kepo!"

Baru saja Diandra bangkit untuk membereskan baskom kompres, Xavier menahannya.

"Iya, gue kepo!"

Gadis itu tersenyum, "Tapi gue gak mau ngasih tau."

"Mau gue cium lagi?"

Spontan Diandra menutup bibirnya dengan tangannya, membuat Xavier tersenyum.

"Ceritain." pintanya.

"Biar apa?"

"Biar gue bisa tidur dengan tenang."

"Gue sama Erland gak pacaran." Diandra menjelaskan intinya.

Cup! Xavier mengecup bibir Diandra sekilas. Membuat Diandra melotot ke arahnya. "Kalo gitu, jadi pacar gue ya, Di?"

Flashback off...

Diandra tersenyum kalau memikirkan hal itu. Dia menyentuh bibirnya. Entah kenapa, Diandra selalu merasa deg-degan kalau di dekat pria tampan itu. Apa mungkin hatinya sudah memilih?

* * *

Me And The Six PrinceWhere stories live. Discover now