26. Poor Diandra

1.2K 159 0
                                    

26. Poor Diandra

Byuuur!
Diandra terkejut ketika seseorang menyiram air ke dalam bilik toilet yang sedang dia masuki. Rambut dan bajunya basah. Ini kali kedua setelah beberapa minggu yang lalu dirinya juga mendapat serangan seperti ini.

Tidak ada orang di dalam toilet ketika dia keluar dari bilik. Diandra sendiri tidak dapat menebak siapa pelakunya. Dengan cukup kesal, dia keluar dari toilet dengan rambut dan baju yang basah.

Beberapa orang di koridor melihatnya. Ada yang menatapnya kasihan, ada yang menatapnya jijik, beberapa orang lagi menyembunyikan tawanya. Diandra sendiri tidak tahu apa salahnya, namun mungkin salah satunya karena kedekatannya dengan enam pria hits itu.

"Di!" seseorang menahan lengannya. Diandra menoleh. Edo. "Lu kenapa?"

Diandra tersenyum, "Abis mandi, lupa bawa handuk." katanya santai.

"Ngarang!" Edo berpikir sejenak, "Lu disiram ya?" melihat Diandra yang tak menjawab itu, sepertinya dugaannya benar. "Lu bawa baju ganti?"

"Ada di mobil. Ini mau gue ambil."

"Gue temenin ya."

"Eh, ga u..."

"Udah, hayuk! Lu lagi diserang gini, kalo gue temenin lebih aman."

Setelah Diandra mengambil baju dan handuknya di mobil, dia pergi ke toilet. Edo menunggu di depan.

"Udah berapa kali lu diginiin?"

"Baru pertama kok!"

"Bohong!"

"Lo bisa baca pikiran?"

Edo tersenyum. Lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Mereka sedang makan siang bersama di kafe dekat kampus.

"Hah!" katanya setengah teriak. "Lama-lama makin kesel aja gue sama cewek-cewek di kampus! Maksudnya apa ngebully temen-temen gue."

Diandra mengerutkan kening, "Maksudnya?"

"Bukan cuma lu. Tapi Diva sama Milly juga awalnya kayak lu. Ban mobil Diva pernah di kempesin, nomornya Diva pernah di teror, Milly juga pernah di siram kayak lu gini! Semua itu karena..." Edo menghentikan kata-katanya. "Yah, lu tau lah!" lanjutnya.

Diandra cukup terkejut ketika tahu kalau Diva dan Milly juga ikut merasakan kejamnya perlakuan anak-anak kampus karena menjadi pacar dari The Six Prince itu.

"Lu gak bareng Gio?" tanya Edo.

"Dia lagi bimbingan. Gue beda dospem* sama dia."

"Oh." Edo memakan suapan terakhirnya. "Hmm, Di, boleh gak kalo lu lagi gak sama Gio atau lagi sendiri, lu hubungin gue?" pinta Edo. Diandra mengerutkan keningnya, "supaya lu gak diginiin lagi."

"Hmmm..." Diandra terlihat menimbang-nimbang permintaan Edo.

"Diva sama Milly juga gak di bully lagi karena mereka sekarang bareng Rivan sama Alex sih."

"Oke."

"Atau lu bisa hubungi Xavier, Erland, atau Bima. Senyamannya lu aja. Yang penting lu gak sendiri."

Diandra tersenyum. Dia tahu niat Edo baik. "Siap, Bos!"

*dospem : dosen pembimbing

* * *

Barusan gue ketemu Diandra. Rambut sama bajunya basah. Kayaknya abis dikerjain.

B*ngsat! ucap Xavier dalam hati setelah dia membaca pesan masuk dari Edo melalui grup yang isinya mereka berenam.

Erland : lu skg dmn bro?
Edo : otw parkiran. Doi mau balik
Me : parkir di gedung apa?
Edo : gedung E

Xavier buru-buru mengambil mobilnya yang terparkir di gedung D. Dan segera mengejar mobil Diandra yang pastinya sudah keluar area kampus.

Benar saja. Ketika memasuki jalanan sepi, Xavier melihat sedan putih seperti mobil Diandra. Dia ditarik keluar oleh beberapa wanita yang mengendarai dua mobil. Terihat mobil Diandra dihadang.

Xavier keluar dari mobil. Menarik kasar tangan perempuan yang menarik rambut Diandra.

"Xav, jangan!" Diandra menahan tangan Xavier yang ingin menampar perempuan itu.

"Anj*ng lu semua! Beraninya keroyokan!" Xavier murka. Karena perempuan-perempuan yang mengeroyok Diandra hari ini adalah perempuan yang pernah ditolaknya.

"Xav, dia duluan!"

"Lu pikir gue buta?!" teriaknya. "Siapa yang tadi nyiram dia di toilet?"

Tak ada yang menjawab. Namun mereka serempak melirik seorang perempuan yang ada belakang. "Ternyata lu?!" Xavier mengambil dua botol minum dari mobilnya dan menyiramnya ke perempuan yang mendapat lirikan dari teman-temannya. "Dan siapa yang nampar Diandra barusan?!" teriaknya lagi. Dia melihat pipi Diandra yang mulus itu merah.

"Xav, udah!"

"Lu diem, Di!" Xavier memberikan penekanan pada kalimatnya. "Gue pengen banget gampar lu semua ya! Kalo bukan karena dia yang ngelarang gue, lu semua udah abis sama gue!" teriaknya. "Perbuatan kalian tadi gue rekam, sekarang kalian tinggal pilih, jangan sentuh dia lagi, atau gue akan sebarin rekaman ini ke seluruh kampus. Kalo perlu gue laporin dekan biar kalian ditindak! Dan kalo sampe gue ngeliat dia lecet dikit aja, lu semua yang gue tuduh!"

Dengan takut, mereka semua masuk ke dalam mobil dan pergi dari tempat itu. Diandra sendiri cukup takut dengan Xavier barusan.

Setelah selesai menelepon seseorang, Xavier menggandeng lembut tangan Diandra, membuka pintu penumpang dan menyuruhnya masuk. Tak lama sebuah mobil menepi, seseorang turun dari pintu penumpang, Xavier memberikan kunci mobilnya, dan orang itu membawa mobil Xavier.

"Gue anter pulang ya, Di," ucapnya lembut. Diandra mengangguk. Xavier mengelus rambutnya lembut. "Sorry ya soal barusan. Lu takut ya?"

"Gue ngerti kok, tapi apapun yang terjadi, lo jangan sampe mukul perempuan ya, Xav!"

"Sorry."

"Gak apa-apa."

Setelah sampai di rumah Diandra, Xavier meminta Bi Piah menyiapkan air dingin. Dan mengompres pipi Diandra yang masih merah itu.

"Di,"

"Hmm."

"Boleh gue nanya?"

"Kenapa?"

"Lu jadian sama Erland?"

* * *

Me And The Six PrinceDär berättelser lever. Upptäck nu