20. Pria yang sedang cemburu

1.6K 194 1
                                    

20. Pria yang sedang cemburu

Mobil sport hitam milik Xavier terparkir rapi di depan rumah Diandra. Pemiliknya bersandar di pintu mobil terlihat sedang menunggu seseorang. Edo memarkirkan mobilnya tepat di belakang mobil Xavier. Xavier melihatnya tidak senang. Pandangannya beralih pada Diandra begitu perempuan itu keluar dari mobil.

Sejatinya, Xavier sedikit marah pada keadaan. Dimana Diandra tidak memberikan jawaban atas pernyataan cintanya waktu itu, membuatnya serba salah. Dia cemburu tetapi Diandra bukan miliknya.

"Lu gak apa-apa?" tanya Xavier lembut, membuat Edo sedikit terkejut mendengarnya. Dia baru pertama kali melihat Xavier lembut seperti ini pada seseorang. Diandra mengangguk yakin.

"Udah makan?" Xavier memegang kening perempuan di depannya, raut wajahnya terlihat cemas. Diandra mengangguk. "Minum?" Diandra tersenyum mendengar pertanyaan berikutnya. Xavier menarik bibirnya melihat Diandra tersenyum.

Gak salah lagi! Tebak Edo. Hanya ada satu cara membuktikan rasa penasarannya. Dia meraih tangan Diandra dan mengajaknya masuk, "Yuk, Di, di luar dingin. Nanti lu tambah sakit!" ajaknya. Xavier mencengkram tangan Edo, membuat Edo menoleh. Dia memasang wajah tanpa dosa ketika di tatap tajam oleh sahabatnya yang tampan itu. Bingo!

Melihat adanya tanda-tanda perang dunia, Diandra melepaskan tangan Edo, dan mengatakan beberapa kalimat penutup pertemuan mereka. Setelah itu, tanpa aba-aba, dia ngeloyor masuk rumah.

"Yaudah, Xav, gue duluan ya." ucap Edo.

"Do!"

"Ya?"

"Lu suka Diandra?"

"Lu cemburu?"

Xavier tidak menjawab pertanyaan Edo. Dia masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari tempat itu. Edo tersenyum melihat tingkah laku sahabatnya yang sedang cemburu itu. Bisa cemburu juga! Gue pikir cuma bisa bikin orang patah hati! Ucapnya dalam hati.

* * *

Tok... tok... tok
Diandra membuka pintu kamarnya setelah mendengar seseorang mengetuknya. Bi Piah memberitahu kalau seorang pria mencari Diandra di bawah. Namun Bi Piah lupa bertanya namanya.

Ternyata Erland. Memang kemarin dia bilang akan datang. Dia terlihat tampan dengan kaos hitam dan celana jeans biru. Erland terkejut karena Diandra masih menggunakan baju rumah.

"Yuk!"

"Kemana?"

"Jenguk Bima."

"Ah! Oke! Gue pikir lo bercanda mau kesini. Tunggu ya." Diandra mempersilahkan Erland masuk dan memintanya duduk di sofa ruang tamunya.

Tak lama kemudian, Diandra turun dengan mengenakan kaos putih dengan luaran hitam, serta celana jeans putih.
"Yuk!" ajaknya.

Seseorang tengah menunggu mereka keluar dari rumah sambil bersandar di mobilnya. Raut wajahnya terlihat tidak ramah.

"Ganti lagi, Diandra?"

Diandra malas bukan main ketika mendengar kalimat pembuka darinya. Mau apa lagi disini?

"Oh, ini bukannya selingkuhan kamu?"

"Maksud lu apa, Bro?" Erland mulai tersulut emosi.

"Iya, lu selingkuh sama Diandra pas dia masih pacaran sama gue!"

"Erland, kita berangkat aja!" ajak Diandra.

"Diandra, sekali kamu pergi, aku bakalan bikin hidup dia berantakan!"

"Davin, mau kamu apa?!" kini Diandra mulai tersulut emosi. Davin tersenyum. Respon ini yang ingin dia dapat dari Diandra kemarin-kemarin.

"Kamu yang paling tahu mau aku, Diandra!"

"Masuk, Di!" Erland meminta Diandra masuk ke dalam mobilnya. "Bro, gue kasih tahu sama lu, gak mudah bikin hidup gue berantakan!"

Davin tertawa, "Gue kasih tahu satu hal sama lu, Bro! Selain lu, Diandra juga jalan sama cowok lain!"

Erland tersenyum. Dia tahu maksud 'cowok lain' yang disebutkan Davin. "Sayangnya, cowok lain yang lu maksud itu, gue kenal semua, Bro!" ucapnya. "Diandra, masuk!"

"Diandra, aku gak main-main! Sekali kamu pergi, aku akan bikin dia, dan semua yang udah berani deketin kamu, berantakan!"

Tanpa memperdulikan ucapan Davin, Diandra masuk, diikuti Erland, tak lama mereka pergi dari tempat itu.

Di perjalanan, suasana hening. Sejujurnya Erland hanya berpikir mungkin yang dimaksud Davin adalah Gio dan Rivan. Tapi harusnya Davin mengenal mereka berdua. Kalau begitu, kemungkinan Edo atau Xavier, atau kemungkinan lainnya memang seseorang yang tak dia kenal.

Dia melirik sekilas ke arah Diandra. Raut wajah gadis itu datar. Terlihat seperti memikirkan sesuatu. Tapi hanya di simpan sendiri. Apa memang dia selalu seperti ini?

Sejujurnya, kalau Erland berada di posisi seperti mantannya Diandra barusan, dia pasti akan melakukan hal yang sama. Diandra lepas dari genggamannya, pasti membuatnya setengah gila hingga meneror siapapun yang sedang berusaha mendekati Diandra.

"Di..." panggil Erland. Yang di panggil hanya bergumam, "lu gak apa-apa?"

"Gak apa-apa kok, Land."

"Dia sering kayak gitu sama lu semenjak putus?" Diandra mengangguk. "Lu jangan takut sama ancaman dia, karena itu yang dia ingin."

* * *

Aku masih di kafe sama Xavier, hari ini cuma kontrol pembukuan sama keadaan aja, nanti sore kita jalan ya, sekalian jenguk Bima.

Alex membalas chat kekasihnya, setelah itu memasukan handphonenya ke dalam saku celana. Dia sedang di kafe bersama Xavier untuk mengontrol suasana kafenya.

Alex dan Xavier memang membuka usaha kecil di yang letak kafenya di kawasan rumah mereka yang terkenal elit. Selain usaha kafe, mereka juga membuka usaha hair cut untuk pria, toko buku, dan toko alat musik yang letaknya dalam satu toko. Tokonya memang luas, dan ramai.

Alex masih melihat pembukuan kafe sedangkan Xavier melihat-lihat keadaan. Rata-rata pengunjung kafe dan toko buku adalah perempuan, kadang mereka kesini sembari menunggu keberuntungan kala Xavier dan Alex mampir untuk mengecek keadaan bisnis mereka. Tak jarang, Xavier dan Alex sering diminta berkenalan, berfoto, bahkan tak jarang mereka sampai berani meminta nomor handphone kedua pria tampan tersebut. Namun untuk sektor hair cut dan toko alat musik, mayoritas pengunjungnya adalah pria, karena memang usaha hair cut mereka di khususkan untuk pria.

Setelah selesai mengontrol keadaan kafe, mereka berdua bergegas pergi dari tempat itu dengan mobil Alex. Namun di tengah perjalanan mereka di hadang oleh beberapa sedan hitam. Beberapa orang bertubuh besar keluar dari sedan hitam tersebut dan meminta kedua pria tampan itu turun.

Mereka terlibat perkelahian. Xavier dan Alex sendiri sebenarnya tidak tahu mereka siapa, namun mereka harus tetap berkelahi untuk kelangsungan hidup mereka.

* * *

Me And The Six PrinceWhere stories live. Discover now