Ayo Putus

d u a p u l u h [re-publish]

20. Prahara

"Assalamualaikum ya ahli kubur!" Angga berteriak. Tidak tahu malu dilihat banyak orang. Merangkul pundak Selatan terlihat lemas dan menyeret masuk ke lapang di mana Farhan dan Leon duduk di pinggir lapang. Mengistirahatkan diri setelah kelas olahraga.

"Mohon bahasanya dijaga ya goblok!" balas Farhan.

Selatan ikut duduk di samping Leon. Meraih minuman kaleng tergeletak ntah milik siapa lalu meleguknya. Sedangkan Angga mengambil bola basket dan memainkannya.

"Han, pulang sekolah ntar kita numpang makan di rumah lo, ya," seru Angga. Berusaha memutarkan bola di atas telunjuk terus gagal.

"Kenapa di rumah gue?" selidik Farhan.

Selatan menyahut. Dengan intonasi malas. "Soalnya makanan di rumah lo itu rasanya gak paham lagi. Pokoknya kek mo meninggal."

"Gak usah ngomong kali kalau gak niat," cibir Angga.

"Jangan, lah," tolak Farhan kemudian.

Leon menoleh. Ikut bertanya, "kenapa?"

"Makanan di rumah gue terlalu high class. Gak cocok sama lambung warteg kayak kalian," balas Farhan enteng.

Angga mengumpat. "Bangke! Emang makanan high class di rumah lo apa hah?!"

"Ada potatoes with crispy celery onion and with eggs."

"Bilang aja perkedel anjir!" damprat Selatan kesal. Melempar kaleng kosong mengenai punggung Farhan langsung membalikkan badan.

"Lo ada dendam apa sih sama gue Tan?!" Kesal Farhan. Lemparan Selatan lumayan terasa.

Detik kemudian raut kesal Farhan berganti tersenyum meledek. Sadar Selatan curi-curi pandang ke arah kelas Alma di lantai dua.

"Kayaknya lo udah move on ya, Tan."

Selatan berdehem kaku. "Iyalah! Gue udah move on!"

Leon smirk. "Move on itu pilihan, gagal move on itu cobaan, pura-pura move on itu pencitraan!"

"Anjim! Gue di kubu lo Abang Leon!" Angga berseru semangat.

Farhan ikutan. "Aku padamu Leonardo!"

Selatan keki. "Temen setan lo pada!"