t i g a l i m a [re-publish]

334K 44.2K 23.8K
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







35. Akhir Kapal Selam





Waktu berjalan begitu cepat, sampai tak terasa sekarang Bina Nusantara Jakarta mulai mengadakan berbagai ujian. Membuat para muridnya— khusus kelas XII, cukup sibuk karena terus berhadapan dengan soal-soal.

Selama masa ujian itu pula, Selatan berusaha mengesampingkan masalahnya lebih dulu. Karena dia sudah berjanji bersama Utara, akan memberikan yang terbaik. Namun berkali-kali wajah Alma selalu muncul di benaknya membuat cowok itu tambah galau, dan rokok menjadi pelarian terakhirnya.

Dan dengan seenaknya, ingatan malam itu kembali menyelinap berbenturan dengan bongkahan pertanyaan di ujung kepala Selatan.

"Gue tau gue bego, gue egois, gue brengsek. Dan gue gak pantas bilang ini setelah apa yang udah gue lakuin ke elo. Tapi Al, gue boleh minta satu hal dari lo? Gue minta lo buat ada di sisi gue."

Saat itu Alma menoleh dengan senyuman. "Tan, bukannya Kapal Selam itu harus tenggelam ya buat terus bergerak?"

"Jangan cari masalah. Bentar lagi keluar." Leon mengingatkan. Menarik rokok dari bibir Selatan yang melamun dan membantingnya ke tanah, lalu menginjaknya.

Selatan berdecak. Melayangkan tatapan tajam ke arah Leon yang tidak peduli. Dia hanya tak ingin Selatan mendapat kesulitan karena merokok di depan ruangan ujian.

"Tuh kan bener kepala gue ngebul." Angga mengibaskan tangan seolah asap akan menghilang dari atas kepalanya. Padahal asap itu berasal dari sisa rokok.

Sedangkan Farhan bersenandung lemas, keluar dari ruangan yang sama dengan Angga. "Matematika ilmu yang mematikan."

"Kasian otak se-big sendok nyam-nyam ini kudu menghadapi soal-soal mengerikan itu."

Saat orang-orang masih bergelut dengan soal di dalam, keempat cowok itu sudah keluar. Tak heran jika Leon ataupun Selatan, karena memang otak mereka cukup encer. Yang perlu dipertanyakan adalah Farhan dan Angga mengenai isi soal ujian mereka. Bukannya mencoret dengan angka-angka, pasti kertas buram mereka dibuat gambar-gambar aneh.

Matematika pun berasa seni.

"Gue jadi pesimis, woi! Bakal sukses nggak ya gue? Secara otak gue pas-pasan gini," curhat Angga. "Mau di-giveaway juga pasti gak bakal ada yang berpartisipasi."

"Iya lah. Mana otak lo kalau kesenggol dikit langsung gelutuk ke kaki," sahut Selatan membuat Angga semakin merosotkan bahunya.

Ayo PutusWhere stories live. Discover now