d u a d u a [re-publish]

300K 40.5K 19.5K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










22. Maaf, Kebiasaan








Bel pulang berbunyi beberapa menit lalu. Para siswa-siswi langsung berhamburan keluar ingin segera meninggalkan area sekolah. Ntah itu ingin cepat-cepat pulang ke rumah untuk tidak melakukan apa-apa, main dengan teman, ataupun melipir ke tempat tongkrongan.

Kalian masuk tipe mana?

"Jadi gimana Al? Temenin gue beli hadiah ya. Bingung gue kalau sendiri. Biar gak keliatan banget gitu jomblo nya... Al?" Luna menoleh ke samping, tidak menemukan Alma berjalan di sisinya.

"Jadi daritadi gue ngomong sendiri?" Kesal Luna. Memutar tubuh mendapati Alma di belakang sana sibuk menggeledah tasnya.

"Alma!" teriak Luna. "Lo tega banget biarin gue ngoceh sendiri. Gimana kalau gue disangka gila?!"

Alma tidak merespons. Sibuk mengeluarkan isi tas. Luna berjalan mendekat karena penasaran dengan apa yang tengah dilakukan temannya. "Kenapa sih?"

"Dompet gue gak ada," kata Alma lemas.

"Kok bisa sih? Coba inget-inget lagi terakhir lo simpan di mana?"

Alma mengetuk-ngetukan jarinya di dagu, kebiasaan Alma ketika berpikir. Lalu menjentikkan jari dengan mata membulat. "Oh iya! Di kolong meja!"

Luna mendengkus panjang. Alma ceroboh!

"Yaudah cepet ambil gue tungguin di sini!"

Alma mengangguk. Merapikan isi tasnya kembali. "Iyaa!"

Kemudia berlari masuk ke area sekolah. Alma menaiki setiap anak tangga menuju lantai dua di mana kelas XII IPA 1 berada. Langsung menggeledah kolong meja menemukan dompet warna tosca dengan gantungan kucing kecil.

Alma mengembuskan napas lega. "Untung ada."

Biasanya anak-anak tidak ada kerjaan suka berkeliling kelas mencari barang yang tertinggal. Seperti alat tulis misalnya. Kalau apes bisa-bisa dompet Alma pun ikut diambil. Itupun kemungkinan terburuk, karena Alma tidak tahu setiap orang itu jujur atau tidak.

Alma berjalan keluar kelas, kali ini lebih santai saat mengayunkan kaki. Menuruni anak tangga menyusuri koridor lantai dasar.

"Alma!"

Alma memutar tubuh kala seseorang memanggil namanya. Mengusung senyum manis saat seorang wanita berjalan mendekat dengan senyuman lebar terpampang.

"Beneran Alma ternyata."

"Bun- eh maksud Alma, Tante," ralat Alma, kikuk. Menyalami tangan Dian sopan.

"Kok Tante sih? Bunda," koreksi Dian gemas. Mencubit pipi Alma. "Kamu kok belum pulang?"

Ayo PutusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang