Ch 32 : Thank you

44 19 38
                                    

Perjalanan menuju Rumah Duka dari Apartemen Ara membutuhkan waktu cukup lama. Di sinilah mereka, telah sampai di tujuan. Tak lupa saat di perjalanan menuju kemari, Ara membeli bunga terlebih dahulu, Beomgyu pun mengikutinya. Ke mana Ara pergi, ia akan mengikutinya.

Abu yang sudah diletakkan di dalam laci, dan tersimpan rapi di dalam lemari kaca, serta beberapa bunga menghiasinya, tak lupa foto sang Ibunda menyapanya. Ara tertegun melihatnya. Meskipun ia sering mengunjungi sang Ibu, air mata itu masih tetap menghiasi pipinya. Polesan make upnya sedikit terhapus karena air matanya.

Meskipun ia hanya memiliki beberapa kenangan indah dengan Ibunya, waktu yang sangat singkat itu telah merengut nyawa sang Ibunda. Kenangan masa kecil saat sang Ibu masih menyuapinya, ia teringat. Saat memasuki sekolah menengah pertama, ia juga teringat, selalu. Karena saat itulah, kenangan buruk, pengalaman pahit, mulai memasuki hidupnya.

Saat di umur Ara yang masih terbilang belia, kedua orangtuanya mulai diambang kesuksesan. Saat itu, ia turut senang dengan kabar bahagia dari sang Ibunda. Tapi tak lama ia merasakan kesenangan itu.

Diambang kesuksesan orang tuanya membuat ia dan kedua orang tuanya jarang bertemu. Ayah dan Ibunya disibukkan dengan pekerjaan, ketika sedang banyak tugas di Sekolah tentunya ia juga sibuk mengerjakannya, tapi tentu tak sesibuk orang tuanya. Saat liburan sekolah pun, ia hanya menghabiskan waktunya dengan Imo-nim yang selalu menemaninya saat itu.

Ketika ia mengetahui bahwa kedua orang tuanya tengah memiliki waktu lenggang, ia meminta mereka untuk berbicara sebentar. Ia sudah memantapkan diri, meyakinkan dirirnya, untuk mencoba hidup mandiri. Selama itu, kedua orang tuanya selalu memberinya uang untuk kehidupannya. Jadi ia telah memutuskannya.

Saat berbicara tentang itu, ia pikir kedua orang tuanya tidak akan setuju. Menyesal? Tentu. Tapi setelah ia pikir kembali, itu tidak masalah. Ia pikir Ayahnya hanya akan membelikannya Apartemen biasa, tapi ia salah. Setelah mengetahui harga Apartemen yang Ayahnya belikan untuknya, ia sempat marah, dan itu tentu tak ada gunanya. Sudah 5 tahun ia tinggal di sana, jika dijumlahkan dengan sekarang.

Ara masih berdiri tegak menatap foto sang Ibunda, meskipun tubuhnya yang terlihat kokoh dari luar, tapi di dalamnya ia sangat rapuh. Sejujurnya ia membutuhkan seseorang, saat kehadiran Beomgyu dalam hidupnya, hari-harinya sedikit berbeda.

Ia yang mulai mempunyai teman karena Beomgyu, harinya yang di awali semangat saat akan ke sekolah juga karena Beomgyu, sudah tak ada lagi siswa-siswi yang mengatainya 'anak misterius'. Tapi tak dipungkiri, ada saja yang mengatainya jika ia mengancam sesuatu pada Beomgyu dan Jeongin agar mau berteman dengannya. Tentu Ara tak peduli akan hal itu, toh yang mengetahui faktanya adalah dirinya dan juga kedua namja yang sudah menjadi temannya kini.

Setelah Beomgyu mengetahui siapa orang yang dikunjungi Ara, tentu ia terkejut. Tapi segera ia tepis semua pertanyaan yang bersarang dalam otaknya itu. Sejak Ara menangis, ia hanya bisa mengelus pundak Ara, menyalurkan sedikit semangat untuk dirinya. Tentu Beomgyu juga ikut mengirim do'a pada mendiang Ibu Ara.

"Himneseyo, Ara-ya." Lirih Beomgyu masih mengelus pundak Ara. (Be strong)

Ara pun menghentikan tangisnya. Lalu menatap namja di sampingnya.

"Gomawo." (Terima kasih)

"Kajja, kita harus pergi. Pasti banyak yang ingin kau tanyakan bukan?" Ucapnya kemudian sambil tersenyum, lalu mendahului Beomgyu yang masih setia ditempatnya.

Ara mengajaknya ke taman dekat Rumah Duka tersebut. Di sana banyak terdapat penjual jajanan kaki lima yang biasanya Ara kunjungi setelah dari pemakaman. Beomgyu baru mengetahui hal ini, ia menatap senang melihat street food berjejeran di sana.

The Kim Family | BigHit Labels x JYP NationTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon