[𝐞𝐱𝐭𝐫𝐚𝐨𝐫𝐝𝐢𝐧𝐚𝐫𝐲 𝐲𝐨𝐮] [written in 𝐛 𝐚 𝐡 𝐚 𝐬 𝐚] completed
Blurb:
𝐀𝐢𝐫𝐞𝐧𝐢𝐚 𝐂𝐞𝐧𝐝𝐢𝐤𝐢𝐚𝐧𝐚 𝐍𝐚𝐢𝐟, gadis cantik berstatus Mahasiswa Bahasa Korea di Universitas A - salah satu universitas negeri terkenal di daerah Bandu...
A loanword from the Japanese (うま味), /uːˈmɑːmi/ can be translated as ❝𝘱𝘭𝘦𝘢𝘴𝘢𝘯𝘵 𝘴𝘢𝘷𝘰𝘳𝘺 𝘵𝘢𝘴𝘵𝘦 ❞ ______________________________ canda, wkwk. happy reading, mates!
— konten lima rasa — ;semoga begitu
Seusai berdebat sepanjang jalan perihal ketidakselarasan keduanya dalam menentukan tempat makan, Airen tidak bisa berhenti berdecak kala mobil yang Jeffrey kendarai berhasil terparkir sempurna di depan salah satu restoran yang menyajikan makanan Thailand sebagai menu utamanya.
Tidak tahukah Jeffrey, seberapa besar keinginan gadis itu untuk makan seblak, terlebih kuahnya? Membayangkannya saja sukses membuat air liur Airen berlomba untuk keluar.
Apa tadi katanya?
"Saya yang nyetir, saya yang traktir. Jadi kamu nggak punya hak suara buat mendebat saya."
Persetan dengan itu, ia masih sanggup untuk membayar makanannya sendiri, bahkan jika bisa, sudah kabur duluan Airen mencari kedai seblak terdekat jika saja pria itu memberinya kesempatan untuk sekadar menghentikan mobilnya kala di jalan tadi.
"Ayo turun, katanya laper."
Jeffrey menatap Airen yang setia bungkam sambil bersedekap. Kerucutan bibir merah muda gadis itu tak luput dari perhatian Jeffrey. Oh, sepertinya gadis itu kesal karena keinginannya tidak dituruti.
Tanpa sekalipun berniat menoleh barang sekadar menatap lawan bicaranya, Airen membalas, "Nggak jadi."
Kruk, kruk ....
Dasar perut nggak tau diuntung!
Airen mengumpat sejadi-jadinya kala suara memalukan itu berbunyi nyaring membelah kesadaran gadis itu, pun Jeffrey yang terlihat berusaha menahan senyumnya.
"Katanya minta saya tanggung jawab karena udah bikin cacing kamu nyanyi-nyanyi makin kenceng gitu?"
Tidak ada jawaban. Entah tekad gadis itu yang terlampau kuat atau sifat egois perempuannya sukses membuat Airen tetap keukeuh pada pendiriannya.
"Kalau kamu busung lapar, saya nggak mau tanggung jawab, loh."
Sebenarnya bukan tidak ingin menuruti keinginan gadis yang terdiam selayak batu di sampingnya ini, melainkan kekhawatiran pria itulah yang membuat Jeffrey membelokkan setirnya menuju restoran Thailand, alih-alih kedai seblak yang Airen maksudkan.
Lagi pula, apa yang Airen pikirkan sebenarnya? Bagaimana bisa gadis itu memilih memakan makanan yang sudah jelas akan membakar habis lambung pun ususnya, alih-alih mengisi perut dengan makanan layak disaat perutnya belum di isi apa pun sejak sore tadi.