[𝐞𝐱𝐭𝐫𝐚𝐨𝐫𝐝𝐢𝐧𝐚𝐫𝐲 𝐲𝐨𝐮] [written in 𝐛 𝐚 𝐡 𝐚 𝐬 𝐚] completed
Blurb:
𝐀𝐢𝐫𝐞𝐧𝐢𝐚 𝐂𝐞𝐧𝐝𝐢𝐤𝐢𝐚𝐧𝐚 𝐍𝐚𝐢𝐟, gadis cantik berstatus Mahasiswa Bahasa Korea di Universitas A - salah satu universitas negeri terkenal di daerah Bandu...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Airen menatap pemandangan malam di luar jendela mobil dalam diam, seolah mencoba menulikan pendengaran terhadap suara-suara yang kedua manusia di depannya buat. Tidak berniat mengganggu ataupun masuk ke dalam percakapan tersebut meskipun sesekali, Sheranina Rossa terlihat mencoba mengajak Airen berbicara.
Ekor mata Airen beberapa kali melirik Jeffrey yang terlihat tak acuh dengan keberadaannya. Pria itu sama sekali tak ada niatan mengajak Airen berbicara sekalipun hanya sekadar satu atau dua patah kata. Seolah pusat Jeffrey berada pada gadis cantik yang kini terduduk; menghuni kursi samping kemudi mobilnya.
Airen meremas kuat ujung baju yang tak sepenuhnya masuk ke dalam jeans yang dirinya pakai begitu merasakan ulu hatinya bekedut kencang. Sekuat tenaga, Airen mencoba menahan lonjakan emosi yang kini memenuhi relung hatinya.
"Saya liat kamu tadi di cafe."
Ucapan tiba-tiba Jeffrey berhasil mengejutkan Airen. Diliriknya Jeffrey yang tetap fokus pada jalanan di depan, mengabaikan keadaan Airen yang terlihat terkejut pun heran dengan pengakuan pria itu.
"Kamu ngikutin saya?"
Deg.
Tunggu.
Apa barusan pria itu tengah menuduh Airen?
Airen tertegun. Seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. gadis itu tidak mengerti, entah ini karena dirinya yang terlalu sensitif atau memang perkataan Jeffrey yang terlalu menyudutkan sehingga membuat Airen tersinggung dibuatnya.
Sheranina Rossa yang sepertinya peka terhadap situasi yang terjadi buru-buru membuka suara, menyanggah ucapan Jeffrey seraya melabuhkan tatapan tidak enak pada Airen. "Hei, mana mungkin Airen ngikutin kamu, kegeeran banget jadi orang."
Sheranina Rossa kini beralih membalikkan tubuhnya menghadap Airen, lantas melempar senyum tulusnya pada gadis itu. "Maaf ya, Ren. Jeffrey orangnya emang suka ceplas ceplos, tolong jangan dimasukin hati, ya."
Kendati keadaan hatinya sedang tidak dalam kondisi yang baik karena terus dipaksa menontoni kedekatan Sheranina Rossa dengan Jeffrey, Airen tetap mengulas senyum guna menutupi keadaan hatinya. Pelupuk mata gadis itu terasa berat kala cairan bening yang menumpuk pada pelupuknya kian bertambah setiap waktu. Airen sama sekali tidak ada niatan menyanggah tuduhan Jeffrey sebab Airen tahu, jika ia melakukan itu, cairan bening yang memenuhi pelupuk matanya tidak akan mampu lagi ia tahan.