1. Prologue

17.2K 1.1K 637
                                        

"Woi itu yang di sana ngapain?! Cepet jalan, masih muda kok lelet banget!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







"Woi itu yang di sana ngapain?! Cepet jalan, masih muda kok lelet banget!"

"Ini iket pinggang kenapa merah? Mau ospek apa ngedangdut? Ganti cepet!"

"Masukin bajunya! Udah mau jadi mahasiswa kalian tuh, bukan anak SMA yang harus ditegur dulu baru nurut!"

"Patuhi aturan. Masuk ke barisannya masing-masing."

"Kalau ada orang yang ngomong di depan, perhatikan! Jangan ngobrol, hargai."

Teriakan-teriakan panitia ospek di Universitas A terdengar saling sahut. Terdapat nada tegang mengurat di setiap kalimat yang keluar, membuat para peserta ospek yang terlihat memakai seragam putih hitam itu hanya dapat menundukkan kepalanya.

Aula gedung serbaguna terlampau luas ini terasa sedikit riuh kala panitia menyebutkan beberapa peraturan pun syarat untuk lulus ospek kali ini. Menjadi hal yang biasa saat para panitia itu seakan mengerjai calon mahasiswa baru dengan peraturan ataupun permainan yang cukup nyeleneh. Katanya sih, sekalian pengenalan lingkungan kampus dan — apa lah itu.

Airen dan Kanaya — teman satu prodi yang Airen kenal dua hari lalu karena kebetulan satu kost, melangkah malas keluar aula bersama para peserta ospek lain guna menjalankan titah yang telah para panitia sebutkan tadi.

Mencari beberapa tempat di area kampus seperti green building, perpustakaan, lab dan berfoto di sana, atau meminta minimal sepuluh tanda tangan kakak tingkat berinisial huruf yang tertera pada secarik kertas yang telah diambil dan ... apa lagi tadi Airen lupa.

Gadis itu merenggut kala mendapat inisial huruf yang berbeda dengan Kanaya. "Lo mau keliling bareng apa pisah, nih?" tanya Kanaya pada Airen.

"Pisah aja deh. Tinggal ini doang juga, nanti ketemu di kantin belakang aja, ya? Gak kenyang makan nasi kotak doang."

Kanaya mengangguk, mengiyakan. "Ya udah, nanti wa aja. Gue ke sana deh. Mangats Ren, demi serti!"

"Tiati, Ya."



***



Airen menggaruk pelipisnya yang tidak gatal kala kakak tingkat bernama Wawan yang ia hampiri itu mengabaikan ucapannya. Dengan wajah sok ganteng, pria berkacamata dengan almamater yang disampirkan pada bahu itu malah mengusirnya penuh angkuh.

Dih, punya muka segitu aja belagu amat sih. Kalau bukan karena peraturan ospek juga ogah banget minta tanda tangan doi. Emang doi siapa? Idol Korea bukan.

Tuh, kan. Ia jadi face shamming.

Airen dilema, antara mencari kembali kakak tingkat berinisial huruf depan W yang lain, atau merayu Wawan-Wawan ini, mengingat jam makan siang tiga puluh menit lagi akan berakhir.

Extraordinary YOU ✔️Where stories live. Discover now