[𝐞𝐱𝐭𝐫𝐚𝐨𝐫𝐝𝐢𝐧𝐚𝐫𝐲 𝐲𝐨𝐮] [written in 𝐛 𝐚 𝐡 𝐚 𝐬 𝐚] completed
Blurb:
𝐀𝐢𝐫𝐞𝐧𝐢𝐚 𝐂𝐞𝐧𝐝𝐢𝐤𝐢𝐚𝐧𝐚 𝐍𝐚𝐢𝐟, gadis cantik berstatus Mahasiswa Bahasa Korea di Universitas A - salah satu universitas negeri terkenal di daerah Bandu...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kamar tidur berdesain kontemporer tersebut nampak luput dari sumber cahaya mana pun. Kendati seonggok tubuh yang terkapar asal di atas tempat tidur itu telah berada di sana sejak satu jam yang lalu, tak ada tanda-tanda jika sang empunya kamar memiliki niatan beranjak; barang sekadar menghidupkan lampu nakas guna menghilangkan gulita yang sedari tadi menemani.
Nampaknya, pria itu sengaja menjerumuskan diri menjadi seorang pengagum gulita barang sehari demi mencari ketenangan yang seharian ini tidak bisa ia dapatkan.
Sial!
Sekeras apa pun Jeffrey menjernihkan pikirannya, sekeras itu pula bayang-bayang seorang Airenia berkeliaran di kepalanya.
Disela pejaman matanya, satu helaan napas lelah berhasil keluar dari celah mulut Jeffrey begitu sayup getaran pada ponselnya berhasil pria itu dengar tak lama kemudian. Lantas diraihnya benda tersebut begitu nama Johnny terpampang nyata pada layar ponselnya.
'Postingannya udah di-take down, ya, Jep.'
Itu suara Johnny.
Jeffrey memang sengaja meminta bantuan pria itu untuk membereskan semua permasalahan terkait postingan akun gosip tersebut dengan harapan, tidak akan ada lebih banyak lagi komentar kebencian yang akan Airen terima.
Terlepas dari permasalahannya dengan Airen, Jeffrey tentu tak bisa bersikap masa bodo disaat kekhawatiran perihal gadis itu seorang seolah menghantui dirinya tanpa ampun.
"Makasih, Bang," tulus Jeffrey. Perkara hal seperti ini, temannya itu memang selalu dapat diandalkan.
'Yoi. Gue udah pastiin itu admin akun gosip nggak bakal nyari perkara lagi sama lu atau Iren.'
Ya, seharusnya Jeffrey merasa lega kala mendengar penuturan Johnny, namun — sial!
Pria itu tidak dapat mengelak keadaan bahwasanya kini ... gantian Airen sendiri yang tengah mencari perkara dengan Jeffrey.
***
Airen tidak tahu harus dengan kata apa lagi ia mendeskripsikan betapa idiotnya ia saat ini. Sudah tahu keadaan netranya tak lebih seperti orang yang terkena sengatan lebah; bengkak sempurna, namun dengan percaya dirinya gadis itu letakkan sepasang earpods putihnya; menjejal kedua telinganya dengan berbagai bait lagu mendayu yang belum sekalipun berhenti sesaat setelah dirinya sampai di depan sebuah rumah berpagar terlampau tinggi tersebut.
Oh, tolong catat hal itu sebagai kebodohan kedua yang berhasil Airen perbuat hari ini.
Sudah sekitar dua puluh lima menit Airen berdiri seorang diri menunggu seseorang yang teramat gadis itu harapkan kemunculannya.