[𝐞𝐱𝐭𝐫𝐚𝐨𝐫𝐝𝐢𝐧𝐚𝐫𝐲 𝐲𝐨𝐮] [written in 𝐛 𝐚 𝐡 𝐚 𝐬 𝐚] completed
Blurb:
𝐀𝐢𝐫𝐞𝐧𝐢𝐚 𝐂𝐞𝐧𝐝𝐢𝐤𝐢𝐚𝐧𝐚 𝐍𝐚𝐢𝐟, gadis cantik berstatus Mahasiswa Bahasa Korea di Universitas A - salah satu universitas negeri terkenal di daerah Bandu...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Alih-alih mengantarkan Airen pulang, Jeffrey malah memilih menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sisi kanan dan kirinya diapit oleh bentangan panjang kebun teh.
Airen mengerutkan keningnya begitu mobil yang dirinya pun Jeffrey tumpangi berhenti. Iris yang setia menatap pemandangan luar dipenuhi bias kuning keemasan dari lampu jalan sana, kini beralih menatap Jeffrey yang seolah siap menjawab berbagai pertanyaan yang bersarang di kepala gadis itu.
"Saya laper, perutnya nggak bisa dikondisikan." Lihat. belum ditanya saja, mulut pria itu sudah menjawab terlebih dahulu pertanyaan yang bersarang di kepala cantik Airen.
Tangan besar Jeffrey kemudian beralih mengambil paper bag berisikan tupperware milik Airen yang sedikit berkurang isiannya sebab sempat dimakan pria itu tadi. Memakannya penuh lahap seolah takut dicuri Airen yang kini hanya bisa memandang Jeffrey takjub.
Sadar ditatap seintens itu, Jeffrey menoleh. "Mau?" tanyanya, sambil menyodorkan tupperware ke hadapan Airen.
Sontak, Airen menggeleng. "Kamu ... beneran belum makan dari tadi siang, ya?"
"Saya keliatan kelaperan banget, ya?" tanya Jeffrey balik, masih setia dengan kunyahan makanannya.
Airen mengangguk polos sebagai respon. "Kalau laper, harusnya tadi abisin dulu makanannya, bukan malah pergi tiba-tiba."
Jeffrey menghentikan kunyahannya tiba-tiba. "Kamu mau bikin saya nggak jadi makan lagi?" ujar pria itu. Membuat Airen lantas terkekeh begitu dihadiahi wajah kesal Jeffrey yang menurutnya sangat lucu.
"Kalau salting tuh, biasa aja makanya."
"Airen!" Geraman yang disertai ruam kemerahan di sepanjang daun telinga Jeffrey mau tak mau membuat Airen harus kembali menahan tawanya.
Pria itu malu.
Masih dengan sisa jejak tawa yang membingkai bibir tipis Airen, gadis itu membalas, "Iya-iya, maaf. Sok lanjutin makannya."
Seusai mengatakan hal itu, Airen membuka ponselnya. Membaca beberapa pesan whatsapp yang masuk dari beberapa teman juga grup kelasnya.
Airen sebenarnya berniat memutus hening yang tercipta dengan memutar playlist yang ada pada ponselnya, namun, satu notifikasi pesan tiba-tiba muncul yang otomatis mengurungkan niat gadis itu sebelumnya.
Ibun Teh, tidur belum?
Belum sempat jari-jemari Airen menari di atas keyboard ponselnya — berniat membalas pesan sang ibu, kini wanita yang belum sempat Airen temui selama satu minggu lebih itu malah memilih melakukan panggilan suara.
Melirik sebentar Jeffrey yang juga memusatkan atensi pada dirinya, Airen lantas mengangkat panggilan tersebut. "Assalamualaikum, Bun."