Mulai sore ini hingga satu minggu ke depan, [Name] akan lebih dekat dengan kakak kelasnya. Dekat bukan dalam artian romantis atau pacaran, namun kakak kelas bernama Levi itu memberi hukuman kepada [Name].
Hal itu terjadi karena [Name] yang merupakan anggota OSIS baru justru menghilangkan salah satu berkas penting, membuat rapat yang seharusnya di gelar kemarin tertunda. Selain itu, Levi yang merupakan ketua OSIS jadi harus repot-repot membuat berkas baru.
"Senpai, apa kau tak salah memberi hukuman untuk ku?" tanya [Name] sembari mengerjapkan matanya tak percaya saat berada di depan toilet laki-laki. "Membersihkan toilet laki-laki?"
Levi hanya berdecih dan masuk ke dalam toilet tersebut, diikuti oleh [Name] di belakangnya.
"Senpai, bagaimana jika ada seorang yang tiba-tiba masuk?" tanya [Name] lagi. "Kita hanya berdua di sini, di toilet!"
"Berisik, bab*i"
Mendengar hal itupun [Name] langsung diam, namun tidak dengan hatinya. Ia terus mengumpat dan memberikan sumpah serapah untuk kakak kelasnya itu di dalam hati. Ingin rasanya menampar atau menyemprot wajahnya dengan cairan pembersih kaca.
"Akhlaknya minta di rolling thunder." gumam [Name] lirih agar Levi tidak mendengarnya.
Setelah selesai membersihkan toilet tersebut, [Name] langsung pulang tanpa berpamitan dengan Levi. Sejujurnya ia tak tahu harus bilang apa sebelum pulang, karena [Name] tak mau di anggap sok akrab ataupun sok dekat.
Hal seperti itu terus berlanjut untuk hari berikutnya.
-
Hari ini adalah hari ke 5 hukuman [Name].
Sama seperti biasanya, setelah bel pulang berdentang, [Name] langsung bergegas menuju kelas Levi. Sesampainya di depan kelas 3-1 yang merupakan kelas Levi, [Name] melihat pria itu yang tengah berbincang dengan seorang perempuan.
Perempuan yang mengenakan kacamata itu sesekali tertawa mengejek ke arah Levi dan menepuk-nepuk pundak Levi.
[Name] tak tahu siapa gadis itu. Tetapi kenapa ia sedikit tak suka jika Levi bersamanya? Apakah [Name] cemburu? Atas dasar apa ia cemburu?
Menyadari kedatangan [Name], Levi meninggalkan sang perempuan yang masih terus tertawa mengejek dan berjalan mendekat ke arah [Name].
"Semoga di terima, Levi!" teriak perempuan tadi.
"Ayo senpai!" seru [Name] sembari memegang tangan kanan Levi dan menariknya menuju ke tempat biasanya ia di hukum. "Sepertinya virus clean freak mu sudah menular." lanjut [Name] sedikit melirik ke arah Levi dengan ekor matanya. Ia berani bersumpah jika Levi sedikit tersenyum.
