𝟎𝟔𝟒. keisuke baji - best friend

3.9K 686 63
                                    

MALAM ITU, dua bocah terlihat tengah duduk di atas besi panjat tanpa memperdulikan dinginnya angin malam yang terasa menusuk kulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MALAM ITU, dua bocah terlihat tengah duduk di atas besi panjat tanpa memperdulikan dinginnya angin malam yang terasa menusuk kulit. Mengabaikan gadis cilik di sampingnya, sang bocah laki-laki justru sibuk mengunyah peyoung yakisoba.

"Kau serius tidak sih?" tanya [Name]. Kata Keisuke, malam itu akan ada bintang jatuh—tetapi bukannya melihat bintang jatuh, gadis itu justru menjadi pendonor darah gratis bagi nyamuk.

Keisuke menganggukkan kepala tanpa menatap gadis di sebelahnya. Tangannya beralih mengambil botol minum yang [Name] bawa kemudian langsung meneguk isinya. "Eh—susu?" tanyanya, kemudian disusul tawa mengejek.

[Name] mengernyitkan dahi dan menatap Keisuke sinis. Memangnya salah jika membawa bekal minum berupa susu cokelat? "Racun."

Keisuke itu sering sekali menjahilinya, sering membuat ia kesal, tingkahnya juga terlalu random. Tetapi bagi [Name], sampai kapanpun itu, Keisuke adalah teman terbaiknya—walaupun ia gengsi mengakui hal tersebut.

"Aku mau pulang," Tangan [Name] merebut paksa botol berisi susu cokelat miliknya. "Kalau kau masih mau di gigit nyamuk, tunggu saja sampai benar-benar ada bintang jatuh."

Keisuke menahan pergelangan tangan [Name] sebelum gadis itu benar-benar turun dari besi panjat. Tetapi nasib malang tengah menimpa bocah enam tahun itu. Sang gadis justru menarik paksa tangannya, membuat Keisuke kehilangan keseimbangan dan jatuh terhuyung dari atas besi panjat.

[Name] buru-buru melompat turun dan menggoyang-goyangkan bahu Keisuke. Dirinya sudah di landa rasa panik. Tidak lucu jika ia menjadi pembunuh di usia dini.

Sebenarnya sama sekali tidak sakit, tetapi Keisuke iseng pura-pura pingsan—atau justru pura-pura mati agar [Name] merasa bersalah. Rasanya sangat menyenangkan jika ia berhasil menjahili gadis itu. Apalagi jika [Name] sampai menangis.

"Keisukeee!!!" [Name] semakin panik saat Keisuke tidak kunjung membuka kedua matanya. Tetapi di detik berikutnya, ia langsung menjitak kepala laki-laki itu dan bergegas untuk segera pulang.

Tawa dari Keisuke Baji mengudara, perutnya bahkan terasa sedikit sakit sebab tertawa terbahak-bahak. "Kau takut aku mati?"

Tidak ada jawaban. Bahkan gadis itu justru langsung melenggang pergi tanpa perasaan bersalah karena sudah membuat temannya jatuh dari ketinggian.

"Aduh, kaki ku!?!?" Keisuke kembali berakting sembari memegang kakinya, berlagak seolah terkilir. Walaupun skill aktingnya hanya abal-abal, tetapi hal itu berhasil membuat [Name] kembali berjalan mendekatinya.

"Lalu... aku harus menggendong mu?" [Name] memasang wajah pundung. "Aku kan perempuan!!"

"Tapi aku tidak bisa berjalan, [Name]." Keisuke melirik wajah sang gadis yang sudah seperti tertimpa seribu satu musibah, kemudian kembali melanjutkan aktingnya. "Aduh sakit!?!"

[Name] berjalan pelan dengan Keisuke yang berada di punggungnya. Karena bergaul dengan Keisuke, saat ini ia tengah mengumpat ribuan kata kasar—walau hanya dalam hati. Tetapi tetap saja, tidak seharusnya bocah seumuran dengannya sudah mengetahui banyak umpatan kasar.

Keisuke terkekeh saat [Name] menurunkan tubuhnya di depan rumah. Dengan keisengan yang sudah terakreditasi A, Keisuke justru melompat-lompat dan memamerkan jika sebenarnya kaki nya baik-baik saja. Sebelum singa di depannya mengamuk, Keisuke langsung melarikan diri masuk ke dalam rumah.

Walaupun di penuhi dengan keisengan, tetapi pertemanan antara Keisuke dan [Name] masih terus bertahan hingga kini. Bahkan setelah duduk di bangku sekolah menengah pertama pun, sifat jahil Keisuke belum juga hilang.

"Kalau sakit itu tidur di rumah," Keisuke meletakkan punggung tangannya di dahi [Name], memang terasa panas. "Jangan maksain pergi ke sekolah."

"Berisik!" [Name] beranjak, berniat untuk segera pulang dan tidur. Kepalanya benar-benar terasa berat dan rasanya seperti ingin meledak.

Keisuke tertawa kecil. "Kalau kau jalan seperti itu, sampai rumahnya tahun depan."

[Name] dengan tatapan mata sayup-sayup dan tangan yang terus bertumpu pada meja tetap melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan ucapan Keisuke barusan.

"Buang jauh-jauh sifat gengsi mu, [Name]!" Keisuke menyusul langkah kaki sang gadis dan langsung menahan tubuhnya yang hampir terhuyung. "Di saat seperti ini, apa gunanya punggung Keisuke Baji?"

Rasanya [Name] ingin tertawa sembari memukul bahu laki-laki itu, tetapi ia terlalu lemas untuk melakukannya. Langsung saja, ia naik ke atas punggung Keisuke—lumayan tumpangan gratis. Lagipula ini bisa digunakan untuk balas dendam.

Meninggalkan semua barang-barangnya di loker, Keisuke mulai melangkahkan kaki jenjangnya pulang ke rumah [Name]. "Ingat tidak, kau dulu pernah menggendong ku seperti ini?"

[Name] hanya mengedipkan mata sebagai jawaban—padahal jelas-jelas Keisuke tidak akan melihatnya.

"Kau juga sering mengejekku 'pendek'," Keisuke mengingat satu persatu memorinya bersama [Name] dulu. "Tapi sekarang, kau jauh lebih pendek dariku." ucapnya disusul sebuah kekehan.

Memang benar, dulu [Name] lebih tinggi dua centimeter dari Keisuke. Tetapi ia sering berlagak seolah lebih tinggi dua kilometer. 

"Jika diingat-ingat, kau dulu sangat nakal, [Name]." Karena bukan hanya membuat Keisuke jatuh dari pagar besi, [Name] juga pernah membuat Keisuke jatuh ke got, Keisuke di kejar anjing, dan masih banyak lagi. Bahkan Keisuke pernah memberikan julukan 'mantan bocah kriminal' kepada [Name].

"Tapi sekarang kau yang jadi berandalan," ucap [Name] sangat lirih dengan sisa-sisa tenaganya.

Keisuke hanya menanggapi hal itu dengan senyum simpul. Dirasa, tubuh gadis di gendongannya semakin berat, Keisuke menduga jika [Name] justru tertidur.

"Kau itu menyebalkan, sering sekali membuatku emosi, kekanak-kanakan, emosian, sensian, galak, cerewet," Keisuke mulai menyebutkan satu persatu sifat buruk [Name]. "Tetapi walaupun begitu—"

"—Keisuke Baji tetap sayang [Full Name] 'kan?" potong [Name] disertai kekehan pelan.

"Tentu saja! Bahkan jika kau membenciku, aku akan tetap menyayangimu."

---
Tokyo Revengers © Ken Wakui
12/11/2021

---Tokyo Revengers © Ken Wakui12/11/2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sindrom baji

𝐀𝐍𝐈𝐌𝐄 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑 !! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang