𝟎𝟕𝟏. william james moriarty - catch me

9.1K 1.1K 109
                                    

"Kenapa Ms

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa Ms. Holmes begitu yakin jika pelakunya saya sendiri?" William bertanya dengan bibir sedikit mengurva ke atas. Ia menatap intens seorang gadis yang duduk tepat di hadapannya.

Adik perempuan dari Sherlock Holmes itu menghela nafas kasar, kemudian tersenyum remeh. Tangannya terulur menunjuk bercak darah di kerah William yang terlihat begitu jelas. "Jadi... mulai sekarang saya boleh bergabung dengan anda 'kan?"

William menyesap teh nya lebih dulu sebelum akhirnya menganggukkan kepala. Jika hanya meminta bergabung menjadi afiliasi Moriarty, mungkin William akan langsung menerimanya sejak jauh-jauh hari. Tetapi realitanya gadis itu terang-terangan meminta bergabung dengannya menjadi konsultan kriminal—yang lebih anehnya lagi, ia memberi alasan agar terlihat lebih keren.

[Name] menahan tawanya sembari menggebrak meja, hingga dirinya mendapat hadiah berupa lirikan tajam dari Louis yang sejak tadi berdiri di belakang William. Gadis itu segera beranjak dari duduknya, dan pamit pulang. "Akhirnya bisa pamer ke Sherlock!" serunya setelah keluar dari ruangan tersebut—meninggalkan William yang tengah menyunggingkan senyum simpul.

Benar, selain agar terlihat lebih keren, alasan lain [Name] terus memaksa bergabung menjadi konsultan kriminal bersama William tidak lain dan tidak bukan hanya untuk pamer kepada sang kakak. [Name] memang sering bertingkah kekanak-kanakan, tetapi ia berhasil menarik perhatian seorang William James Moriarty.

Hari-hari berikutnya, [Name] terus mengikuti William kemanapun pria itu pergi sebagai seorang asisten. Keinginannya untuk ikut membakar rumah, mansion, atau bangunan lain pun sudah terwujud. Ternyata memang sesuai pikirannya, menuruti perintah William lebih menyenangkan daripada perintah kakaknya sendiri.

Hubungan antara keduanya pun terlihat semakin dekat seiring berjalannya waktu. Terlihat dengan mereka yang tidak lagi bersikap formal—bahkan [Name] memanggil William dengan sebutan 'Liam' sama seperti Sherlock, juga William yang terkadang memanggil gadis itu dengan nama depannya.

"Liam!!!" Suara teriakan seorang gadis memenuhi lorong mansion Moriarty. [Name] berlari menuju ruangan tempat ia bisa bertemu dengan 'Tuan' nya. Sebelum sempat mengetuk pintu, seseorang dari dalam sudah lebih dulu membukanya dan langsung membekap mulutnya.

"Jangan berteriak-teriak di mansion, Ms. Holmes." Pria bersurai blonde dengan tinggi 185 centimeter itu melepaskan tangannya yang sempat menutup mulut sang gadis.

[Name] mendengus kesal mendengar panggilan yang pria itu berikan. "Sudah ku bilang, panggil saja nama ku."

William menaikkan sebelah alisnya. "Sebegitunya kau tidak suka dengan nama Holmes?"

"Bukan tidak suka—hanya saja aku tidak mau memiliki marga yang sama dengan Sherlock." Entah apa yang melatarbelakangi rasa tidak suka gadis itu dengan sang kakak, sampai-sampai ia memanggil namanya langsung tanpa embel-embel 'kakak'.

"Mau menggantinya menjadi Moriarty?" Kalimat itu lolos begitu saja dari labium sang pria. Tanpa memikirkan jantung gadis di hadapannya yang hampir copot, William kembali mendudukkan diri di sofa panjang yang berada dalam ruangan tersebut.

[Name] ikut duduk di sofa dan bertingkah seolah ia tidak memperdulikan candaan dari konsultan kriminal beberapa detik lalu. Persetan dengan jantungnya yang masih terus berdegup kencang, [Name] juga mengabaikannya. "Dimana Louis?" tanyanya seraya mencari-cari sosok figuran penyeduh teh.

"Jadi, tujuanmu kesini untuk mencari louis?" William justru balik bertanya. Akhir-akhir ini [Name] sering dibuat kebingungan dengan tingkah William. "Apa kau lupa?"

Tidak, [Name] sama sekali tidak melupakan kalimat yang terlontar dari bibir William beberapa hari lalu—hanya saja, ia bertingkah seolah melupakannya.

[Name] mengetuk-ngetuk pelan meja menggunakan jari telunjuk juga jari tengahnya. Kini atmosfer di sekitar berbeda dari biasanya, bahkan ia merasa canggung.

"Bolehkah aku mencontek salah satu kalimat yang pernah keluar dari mulutmu?" tanya [Name] mengundang tanda tanya di benak William. Padahal belum jadi berbicara, tetapi ia justru sudah tertawa lebih dulu—tawa yang bagi William begitu candu. "Catch me if u can, Mr. Moriarty!"

Ketika gadis itu beranjak dari duduknya dan baru selangkah menjauhi meja, dengan reflek tinggi, tangan William sudah terulur lebih cepat dan menariknya dengan kasar hingga wajah gadis itu menubruk dada bidangnya. "Aku sudah menangkapmu, jadi?"

[Name] terkekeh pelan di dalam dekapan hangat William. "Apakah sebentar lagi nama panggilanku benar-benar berubah menjadi Mrs. Moriarty?"

Awalnya gadis itu sama sekali tidak pernah mengira akan jatuh cinta. [Name] lebih senang menghabiskan sisa hidupnya untuk hal-hal yang logis—tentu saja cinta tidak termasuk ke dalamnya. Jangan lupakan jika [Name] juga lebih senang mengganggu Sherlock daripada harus terikat dengan hubungan tidak berguna.

Tetapi sepertinya hal itu berubah setelah ia mengenal William—ditambah dengan pernyataan suka laki-laki itu beberapa hari yang lalu, juga pertanyaan yang tidak langsung mengarah bahwa pria itu akan menikahinya. Jatuh cinta sekali dalam hidupnya juga tak apa 'kan?

William melepaskan pelukan tersebut, ia menjentikkan jarinya tepat di depan dahi [Name] hingga sang empu mengaduh. Kemudian kembali memeluknya erat. Ah—mungkin tidak boleh ada yang mengetahui jika seorang konsultan kriminal tengah salah tingkah hingga muncul rona merah di kedua sisi pipinya.

Omake!!

"Perlu kau ketahui jika saat itu aku memang sengaja meninggalkan bercak darah di kerah kemeja ku."

"KENAP—"

"Tentu saja agar bisa dekat denganmu, Mrs. Moriarty."

---
Yuukoku no Moriarty © Ryōsuke Takeuchi | Hikaru Miyoshi
14/12/2021

𝐀𝐍𝐈𝐌𝐄 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑 !! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang