R. A. 70

1.4K 89 10
                                    

Selamat malam minggu para JOMS!

Hari ini aku double up, yak!

Terimakasih buat kalian yang udah nyempetin vote dan coment di bab-bab sebelumnya^^

Buat yang belum follow aku, yuk follow dulu. Makasih^^

Happy Reading!

Detik berganti menit, berganti jam, hari lalu bulan. Tak terasa waktu berputar begitu cepat, hari ini mereka akan mengikuti pemantapan sebelum ujian berlangsung. Rasanya baru kemarin mereka menjadi siswa-siswi baru di sekolah ini. Namun, kini tak lama lagi mereka akan meninggalkan kenangan masa SMA.

Seusai pembelajaran kelas dua belas dikumpulkan di aula sekolah. Pemantapan akan dilakukan serentak dan dibimbing oleh guru profesional di SMA Trisakti. Lima belas menit yang lalu kursi di aula mulai terisi, satu persatu lalu terpenuhi. Suara keramaian pun tak dapat dihindarkan. Namun, siapa sangka seseorang malah kesepian.

Netranya tidak menemukan sosok yang Ia cari. Apa dia tidak ikut pemantapan? Bukankah wajib mengikuti pemantapan? Ke mana perginya? Ia membuang napas kasarnya. Untuk apa lagi Ia mencari keberadaanya? Bukannya bagus jika dirinya tidak menemukan keberadaannya? Ia menggelengkan kepalanya agar pemikiran itu tak lagi hinggap.

Dua orang yang berada di kanan-kirinya terkekeh melihat kegelisaannya. Jangan Ia kira mereka tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Beginilah jadinya akhirnya mereka hanya bisa berbuat apa-apa selain mendukungnya. Terkadang seseorang hanya butuh dukungan ketika keputusannya sudah bulat bukan malah menyudutkan.

Seulas senyuman terbit dibibirnya ketika netranya menangkap sebuah objek yang baru saja datang. Hatinya seakan merasa lega hanya karena menatap dari kejauhan. Ia pikir dia tidak bisa tanpanya tapi nyatanya dia jauh lebih baik tanpanya. Ia berharap terlalu tinggi. Namun, sedetik kemudian sepasang mata tajam menatapnya. Buru-buru dirnya membuang tatapannya ke sembarang arah.

"Lo nyari apaan, Bos?" tanya salah satu sahabatnya.

Ia hanya mengangkat bahunya acuh. Ia merasa seperti diperhatikan dari jauh oleh seseorang tetap, netranya tidak menangkap sosok yang memperhatikannya. Instingnya masih tajam, Ia tidak mungkin salah. Ia tidak lagi memusingkan hal sepele itu lalu memfokuskan pada pemantapan hari ini.

Namun, mata tajamnya kini malah menangkap sosok manusia berjenis kelamin perempuan yang cukup mencurigakan. Sesaat bayangan pengakuan dari siswi itu berkeliaran di otaknya. Lukanya masih membekas dan sampai saat ini Ia masih berusaha untuk melupakannya. Seandainya saat ini mereka duduk bersama, mengusili, dan bertukar pikiran bersama mungkin pemantapan hari ini dan hari-hari berikutnya akan terasa berbeda.

Sayangnya, itu hanya khayalannya saja dan tidak mungkin terjadi. Karena saat ini mereka benar-benar seperti tidak mengenal satu sama lain. Ya Tuhan! Mengapa lebih menyakitkan seperti ini? Tidak hanya hatinya yang terluka tetapi batinnya juga ikut tergores.

Ia tersenyum kecut. Setelah peristiwa menyakitkan itu Ia seperti anak berumur tiga tahun. Selalu diawasi ke mana pun Ia pergi, kedua sahabatnya selalu mengintilinya. Kecuali di rumah dan kamar mandi. Hidupnya seakan berubah sembilan puluh derajat dari biasanya. Ia semakin muak setiap harinya. Apa mereka pikir dirinya serapuh itu hanya karena putus cinta?

Selemah itu seorang Radyan Arjuna dimata mereka? Pemimpin seharusnya melindungi bukan dilindungi seperti ini! Rasanya Arjuna seperti dikasihani oleh mereka semua dan seperti tidak berguna sebagai pemimpin. Arjuna adalah pemimpin Deforters dia tidak akan rapuh hanya karena masalah hati.

Radyan Arjuna ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora