R. A. 65

1.4K 65 1
                                    

Selamat menikmati malam minggu wkwk

Jangan lupa Patricnya yak!

Happy Reading!


Seorang siswi bernama lengkap Sahara Lalitha Parameswara ini terlihat membuang napas kasarnya. Ia melangkah lebih jauh ke dalam sekolah. Hari ini Ia berangkat terlalu pagi karena kakaknya sedang berbaik hati memberikan tumpangan untuknya.

Agak mencurigakan memang tapi ya sudahlah. Lagi pula ada untungnya juga Ia berangkat bersama kakaknya. Ia pikir kakaknya akan menurunkannya di tengah jalan tetapi dugannya salah. Kakaknya mengantar hingga depan gerbang SMA Trisakti.

Handphonenya berbunyi, sebuah pesan singkat dari kakaknya. Sambil berjalan, Litha membuka pesan itu. Jantungnya berdetak cepat dari biasanya. Ia membaca pesan itu berulang-ulang dirinya masih belum percaya dan berharap kakaknya menarik pesannya karena salah kirim.

Namun, hingga beberapa menit kakaknya tak kunjung menarik pesannya. Hatinya mulai gundah, Ia merasa bimbang, Ia takut, dan Ia tidak bisa melakukannya sekarang. Bagaimana ini? Apa yang harus Ia lakukan?

Ia harus memilih, kebebasannya atau kehancuran? Dua pilihan yang membuatnya semakin bimbang. Ya Tuhan! Mengapa harus sekarang? Ia masih memantapkan diri dan keputusan ini sangat mendadak untuknya.

"Lo kenapa, Tha?" tanya Anjani.

Litha mengurungkan niatnya untuk menjawab pertanyaan Anjani. Ia hanya takut semuanya semakin membuatnya tertekan. Ia sudah tertekan dan tidak mau tertekan lebih dalam lagi. Mereka akan tahu tapi tidak sekarang.

"Biasa tugas," bohong Litha.

"Tugas apa? Orang kita gak ada tugas," ujar Anjani.

"Jadwal Litha mulai padat setelah ujian nanti, pasti bingung ngatur waktu tuh," ujar Raisa.

"Serius mulai padat?" tanya Anjani tidak percaya.

"Tanya aja sama orangnya," ujar Raisa.

"Aduh, Sa! Masalah itu jangan di bahas lagi deh. Ngeri gue bayanginnya," ujar Litha.

Raisa tertawa renyah. Beberapa hari yang lalu, Asya sudah mempromosikan Litha ke sebuah agensi besar. Di luar dugaan, banyak sekali agensi berminat dan bersedia membawa nama Litha berjajar dengan model-model profesional lainnya.

Bakat Litha tidak perlu di ragukan lagi. Jika Raisa tahu sejak awal mungkin nama Litha akan melambung tinggi saat ini. Tapi tidak apa karena sekarang banyak agensi merebutkan Litha. Raisa bisa memastikan Litha kebingungan dengan keputusannya nanti.

"Jadi, lo tertarik sama agensi mana?" tanya Raisa.

"Gak tau, Sa. Gue gak berpengalaman, berkasnya masih di meja belajar gue," jawab Litha.

"Saran gue, Tha. Pilih agensi yang gak banyak nuntut gak harus ini itu segala macemnya, intinya jangan aneh-aneh," ujar Anjani.

"Anjani, kalau lo mau jadi profesional lo harus siap bekerja di bawah tekanan agensi. Tapi gue setuju sama Anjani, gue denger ada beberapa agensi yang banyak nuntut modelnya. Jadi, Tha lo harus pinter-pinter milih. Kalau semisal lo masih bingung nanti minta tolong sama Mama," jelas Raisa.

"Udah, Sa. Sisa tiga aja gue tinggal milih, tapi gue masih bingung. Gue gak bisa ninggalin keluarga gue," ujar Litha.

"Tha, setiap langkah pasti ada batu krikilnya. Ada aja halangannya, yakinin diri lo sendiri dulu. Lo minat apa enggak sama dunia model? Atau enggak mending lo gabung aja satu agensi sama gue," ujar Raisa.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang