R. A. 29

1.8K 86 0
                                    

Yuhuuuuu 😙

Aku up lagi😋

Ada fansnya Arjuna gak sih?

Kalau ada ...

Mana suaranyaa...!

Happy Reading!🌿🌿

Rumah sakit Permata adalah tujuannya saat ini. Setelah memarkirkan motornya, Arjuna bergegas masuk. Langkahnya terkesan santai namun berkharisma, tatapan tajam serta wajah tampannya selalu menjadi daya tarik sosok Arjuna.


Bisik-bisik dari orang sekitar mulai memenuhi pendengarannya saat Arjuna memasuki lorong rumah sakit. Mereka terlalu sibuk mengagumi, mengagungkan, dan menggosipi orang lain. Arjuna membelokan langkahnya lalu masuk ke ruang UGD.

"Gimana?" tanya Arjuna pada mereka.

"Harus di rawat beberapa hari kata dokter," jawab Dimas.

Arjuna mengangguk paham. Tatapannya kini beralih pada orang yang kini berbaring di atas brankar. Kedua matanya tertutup, wajahnya tidak separah tadi karena sudah di obati oleh perawat. Mendengar suara yang sangat Ia kenali, Ciko mencoba untuk bangun. Namun, Arjuna dengan sigap menahannya.

"Jangan banyak gerak dulu, Bang," ujar Dimas.

"Kenapa bisa?" tanya Arjuna.

"Wasegelaseh! Assalamualaikum epribadeh!"

Plak!

"Lo salah tempat kayaknya, Bim," ujar Guntur setelah menempelang Bima.

"Salah tempat gimana?" tanya Bima kesal.

"Iya, seharusnya gua bawa lo ke RSJ bukan ke sini," jawab Guntur.

"Lo pikir gue gila?" tanya Bima.

"Baru sadar?" tanya balik Guntur.

Arjuna menatap tajam mereka. Tidak ada yang benar, mereka sama-sama salah, sama-sama bobrok, tidak masuk akal dan garing. Aura di sekitar mereka tiba-tiba berubah dalam hitungan detik. Bima dan Guntur secara bersamaan menatap Arjuna dan menunjukan senyum tak berdosanya.

"Kenapa bisa?" Arjuna mengulangi pertanyaannya lalu menatap Ciko.

"Gua tadi nganter sepupu les dulu sebelum ke bengkel, gua gak sengaja ketemu sama Avido. Mereka nongkrong di pinggir jalan, tau-tau ngejar gua. Jumlah mereka banyak sedangkan gua sendirian," ujar Ciko.

"Emang dasarnya nyari masalah mulu sama kita," celetuk Dimas.

"Eh Dim. Lo kenal berapa lama sama mereka?" sarkas Guntur.

"Udah lama, Bang,"

"Lupa lo sama kelakuan mereka?"

"Gaklah!"

"Leader mereka ikut?" tanya Arjuna.

Ciko menggeleng. "Gua gak lihat yang menonjol dari mereka. Masih orang yang sama dan mungkin beberapa orang baru,"

"Mereka nambah anggota baru," ujar Guntur lalu bersiul.

"Lo takut?" tanya Ciko.

"Mereka emang lebih brutal dari kita. Tapi bukan berarti kita harus takut sama mereka. Kita cukup waspada dan selalu siap siaga kalau sewaktu-waktu mereka nyerang Deforters. Mereka bisa nyerang kapan aja," jawab Guntur.

"Leadernya dari dulu gak pernah kelihatan. Tapi mereka dendam banget sama kita, heran gua," ujar Bima.

"Mereka dendam karena mereka gak suka sama kita. Lah coba kalau di satuin. Cakep kagak tuh?" ujar Guntur.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang