R. A. 06

3.6K 189 12
                                    

Selamat membaca:*
Vote+comment dari kalian adalah penyemangatku

Terhitung sudah satu bulan lamanya dimana Arjuna menarik paksa dan meninggalkan Litha di kantin. Setelah kejadian itu Litha tidak lagi melihat Arjuna, Bima dan Guntur di SMA Trisakti.

Bukankah Litha seharusnya tidak memikirkan Arjuna? Lagipula untuk apa Litha peduli dengan mereka? Litha menepis pemikirannya tentang Arjuna dan kembali fokus pada materi yang diberikan Pak Yasir didepan.

Pria yang sudah lama mengajar sebagai guru matematika ini terus menjelaskan rumus-rumus dan sesekali melempar pertanyaan pada anak didiknya untuk menciptakan suasana kelas yang aktif.

Sampai suara ketukan pintu menghentikan penjelasannya dan beralih menatap siapa yang megetuk pintu.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

Adem rasanya mendengar most wanted sekolah mengucapkan salam. Para siswi dibuat meleleh dengan kedatangan tiga sekawanan yang tiba-tiba masuk ke kelas XII IPA 2.

Anjani yang semula fokus pada materi kini mengalihkan tatapannya kearah sumber suara dan menyenggol lengan Litha yang sepertinya masih fokus dengan rumus rumus yang dijelaskan Pak Yasir.

"Apa lagi sih, Jani?" tanya Litha kesal.

"Lihat tuh siapa yang dateng," bisik Anjani.

Dengan malas Litha mengikuti arah pandang Anjani dan ternyata Arjuna, Bima dan Guntur didepan kelas mereka.

"Oh kalian, sini masuk," ucap Pak Yasir pada mereka

"Enggak, Pak kita takut," ujar Bima.

"Takut kenapa Bim?" tanya Pak Yasir.

"Takut cewe-cewe pingsan kalau lihat kita masuk, 'kan repot, yang ribet siapa? Cowo-cowok, Pak. Pada sibuk ngurusin cewe pingsan jadi jam bapak kepotong nantinya kan sayang," jelas Bima absrud.

"Kamu ini ngomong apa sih, Bim? Cepat kalian masuk!" ujar Pak Yasir.

Ketiganya masuk ke dalam kelas, mereka -siswi-siswi di kelas 12 IPA 2- tidak peduli dengan tatapan Pak Yasir yang mangisyaratkan agar mereka tetap diam. Namun, mereka malah memekik kegirangan saat Arjuna, Bima dan Guntur memasuki kelas.

"Tugas dari bapak sudah kami selesaikan," ujar Guntur yang memberikan lembaran tugas dari guru matematika ini.

Pak Yasir memeriksa lembar jawab mereka bertiga lalu mengangguk puas dengan jawaban mereka. Tidak sia-sia Ia memberikan soal yang sulit sebagai hukuman untuk tiga sekawanan ini.

"Saya heran dengan kalian, meskipun kalian sering membolos, terutama di jam pelajaran saya, ikut tawuran, sering keluar masuk BK, tapi harus saya akui kalian termasuk anak yang pintar," ujar Pak Yasir menatap mereka satu persatu.

"Adanya aturan buat dilanggar Pak bukan ditaati," ujar Guntur.

"Kelakuan kita sebanding Pak sama otak kita," sahut Bima.

"Tapi sebaiknya, kalian buang kelakuan buruk itu dan perbaiki sikap kalian. Itu akan jauh lebih baik untuk kalian kedepannya," nasihat Pak Yasir.

"Susah pak kalau itu," jawab Guntur.

"Saya tidak memaksa kalian untuk langsung berubah tapi perlahan-lahan kalian harus berubah. Kalian sudah kelas dua belas sudah seharusnya berhenti mencari gara-gara," ujar Pak Yasir.

Arjuna hanya diam, kedua matanya masih terus menatap gadis yang kini menunduk. Arjuna berdecih Ia sangat tidak suka melihat seseorang menundukan kepalanya.

Radyan Arjuna ✔Where stories live. Discover now