R. A. 64

1.2K 73 2
                                    

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI!
1 Syawal 1442

TAQOBBALALLAHU MINNA WA MINKUM  BARAKALLAHU FIIKUM


Arjuna membalas senyum Litha tanpa rasa curiga sedikit pun. Dan tibalah saatnya hal itu terjadi! Arjuna kualahan menahan tubuhnya. Litha tidak membiarkan kesempatan ini begitu saja, Ia mendorong Arjuna ke belakang lalu lari meninggalkan Arjuna yang merintih kesakitan akibat ulahnya.

"Litha!" teriak Arjuna.

Litha berlari menuruni tangga agar terhindar dari Arjuna. Ia bisa memastikan setelah ini Arjuna tidak akan melepaskannya dengan mudah. Maka dari itu sebelum Arjuna membalasnya Litha harus mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.

Sebenarnya Litha merasa kasihan pada Arjuna karena tadi Ia menendang tulang kering cowok itu terlalu bersemangat hingga membuat Arujuna oleng. Tapi mau bagaimana lagi? Arjuna menyuruhnya untuk menambah usahanya. Tidak salah 'kan Lith?

Sekarang Ia bingung akan bersembunyi di mana dirinya? Kantin? Tidak mungkin sempat Litha mengisi perutnya, Arjuna sudah lebih dulu menemukannya. Ia kembali berpikir, perpustakaan? Tempat itu tergolong sepi dan sangat berbahaya jika hanya terisi oleh mereka berdua saja.

Bagaimana dengan rooftop? Sama saja Litha menyerahkan diri dengan suka rela. Tidak! Tidak! Litha terus berjalan menyusuri lorong-lorong kelas sembari menemukan tempat yang sesuai untuknya. Kali ini pikirannya tertuju pada sebuah ruangan bertuliskan 'Ruang Bk'.

Senyumnya mengambang. Akhirnya Litha menemukan tempat yang aman untuk dirinya. Litha meraih gagang pintu agar bisa membuka pintu tersebut. Namun, sebuah cekalan tangan membawanya menjauh dari ruangan laknat itu.

"Lepasin!" ujar Litha.

"Gak."

"Gue bilang lepasin!" ujar Litha memberontak.

"Diem atau gue cium bibir lo?" ancamnya.

"Lo gak akan berani ngelakuin itu," ujar Litha.

Seorang siswa yang menarik lengan Litha berbalik dan menatap Litha dengan senyum devilnya. Apa yang harus Ia takutkan? Tidak ada! Lihat saja tempat ini sepi tidak ada orang lain selain mereka berdua. Kesempatannya cukup banyak bukan?

"Kenapa enggak?" tanyanya pada Litha.

"Gak ada orang di sini, dan gue bebas ngelakuin apa pun yang gue suka,"

"Termasuk, ngerusak diri lo," bisiknya pada Litha.

Degh!

Jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga. Apa katanya merusak? Jangan bercanda! Litha menatap lawan bicaranya ini dengan tatapan menantang. Ia tidak boleh terbawa suasana di saat seperti ini. Sebisa dan semampunya Ia akan melawan meski hasilnya berada di akhir.

"Lo pikir lucu?" tanya Litha lalu beranjak pergi. Namun, lawan bicaranya telah lebih dulu menghalanginya.

"Lo pikir gue cuma main-main?" tanya baliknya pada Litha.

"Apa pun itu gue gak peduli, minggir!" ujar Litha.

"Gue gak akan pergi gitu aja," ujarnya.

"Jangan gila deh!" ujar Litha meninggikan suaranya.

"Gue gila karena elo, Tha," ujarnya.

Tatapan sendu lawan bicaranya membuatnya bergidik ngeri. Bulu kudunya meremang saat itu juga. Litha harus pergi dari sini agar tidak terjadi hal yang buruk padanya. Ia pun kembali memberontak agar di lepaskan. Namun, sayangnya pemberontakannya malah membuat emosi lawan bicaranya naik.

Radyan Arjuna ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora