R. A. 58

1.3K 71 4
                                    

Suara tepuk tangan mengisi keramaian malam ini. Arjuna menatap satu objek di depan sana, samar-samar sudut bibirnya terangkat membentuk lengkungan. Ia masih duduk dan kembali memainkan gitarnya bahkan setelah Gibran menghampiri Keyla.

Deforters tak henti-hentinya menggoda Arjuna yang tak kunjung beranjak dari duduknya. Sementara Litha diam-diam mendengkus kesal karena Arjuna masih saja berada di sana. Bukankah seharusnya Litha marah? Mengapa malah sebaliknya? Arjuna memang tidak peka.

"Pak Bos kok balik? Di tungguin tuh sama Ibu Bos," ujar Rangga.

"Biasanya nempel mulu," sahut Dimas.

"Kesempatan buat deketin Bu Bos," ujar Rido.

"Ngajak gelud ini anak," kompor Chiko.

"Gak tau aja kalau Pak Bos ngamuk kaya apa," sahut Guntur.

"Ampun Bos Jago,"

Mereka tertawa ngakak setelahnya. Namun, seakan tidak peduli Arjuna tidak mengidahkan ucapan mereka. Ia hanya fokus pada gitarnya dan sesekali menatap Litha. Arjuna tersenyum dalam hati. Sepertinya Litha sedang kesal padanya meski tidak menunjukannya secara langsung.

Hampir enam bulan lamanya mereka menjalin hubungan membuat Arjuna mengenali semua perubahan wajah Litha. Saat marah, kesal, sedih, dan bullshing karena ulahnya yang kerap kali menggoda Litha. Arjuna tidak tahan melihat ekspresi wajah Litha.

Sebisa mungkin Litha menyibukan diri untuk mengalihkan kekesalannya pada Arjuna. Di tempat ini mereka duduk bercampur melingkar. Litha, Keyla, Gibran, Dewa, Raisa, Bima, Ghea, Guntur, dan Anjani. Hanya mereka bersembilan karena Arjuna belum kembali.

Dewa menjadi bahan olok-olokan mereka berdelapan sebagai candaan. Kenapa Dewa? Karena menurut mereka Dewa paling cocok diantara mereka semua. Sifat pemalu dan lugunya membuat mereka semakin gencar untuk menggoda cowok itu lebih jauh lagi.

"Senyum kamu kenapa manis sih, Wa?" tanya Raisa.

Ucapan Raisa sukses membuat Dewa menunduk dan tersenyum, mereka tertawa kecuali Bima. Ia merasa tidak rela Raisa mengatakannya meski hanya bercanda. Tapi memang benar adanya senyum Dewa itu manis.

"Oiya, kamu udah punya pacar belum?" tanya Anjani.

"Belum, Mbak," jawab Dewa.

"Astaga! Serius kamu?" ujar Raisa terkejut.

"Aku mau dong jadi pacar kamu," lanjut Raisa.

"Jangan, Mbak," ujar Dewa.

"Loh? Kenapa? Kamu kan gak punya pacar aku juga iya. Kenapa kita gak pacaran aja?" ujar Raisa.

"Nanti Mas Bima cemburu," ujar Dewa.

Entah Dewa sadar atau tidak ucapannya sedikit menyentil hati beberapa orang di sekitarnya. Raisa tertawa mendengar ucapan Dewa. Astaga! Pemikiran Dewa sampai sejauh itu.

"Tau gak? Semasa Dewa sama Arjuna kecil, mereka lucu banget. Arjuna keras dan Dewa yang pemalu. Arjuna ceplas ceplos, Dewa kalem banget ngomongnya. Pengen gue karungin aja rasanya," ujar Keyla.

"Nah! Bener banget, Kak. Waktu itu aja dia sempet nyasar ke toilet," tambah Bima.

Mereka sontak tertawa dan Dewa semakin menunduk malu mengingat kebodohannya saat itu. Mereka sedikit merasa kasihan pada Dewa karena menjadi bahan olok-olokan mereka. Salahkan saja Dewa mengapa sangat manis dan memggemaskan meski bukan lagi anak kecil.

Biarkan aku jadi yang terhebat
Jadilah kamu kekasih yang kuat

Suara milik Arjuna menghentikan aksi mereka. Kini mereka menatap Arjuna.

Radyan Arjuna ✔Where stories live. Discover now