R. A. 15

2.4K 115 5
                                    

Selamat membaca!
Vote dan comment kalian adalah penyemangatku^^

Pagi-pagi sekali Ia harus menyiapkan sarapan untuk Mama dan Kakaknya. Berkali-kali dirinya menguap menahan kantuk yang menyerang dirinya. Semalam Ia begadang mengerjakan tugas hingga larut. Ia bahkan belum mandi sekarang.

Semua masakannya hampir jadi. Ia bernapas lega. Ia bergegas menghidangkan sarapan lalu segera mandi. Ia menatap jam dinding kamarnya, Ia hanya memiliki waktu sekitar empat puluh lima menit sebelum jam pelajaran dimulai.

Waktu terus berjalan, selesai menggunakan seragam lengkap Ia berlari menuruni tangga. Tidak ada waktu lagi untuk sarapan, rumah pun sudah sepi. Mungkin mereka sudah pergi lebih dulu setelah sarapan.

"Bi, Litha berangkat ya!"

"Gak sarapan dulu, non?" tanya Bi Imah menghampiri Litha.

"Gak sempet, Bi. Litha sarapan di kantin aja. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

Litha berlari untuk menunggu angkutan umum di halte. Naik sepeda pun tidak akan mungkin karena jarak rumah dan sekolahnya cukup jauh. Bisa menghabiskan sekitar setengah jam perjalanan dan sekarang Ia hanya memiliki waktu dua puluh menit. Namun, angkutan umum tak kunjung menjemputnya.

Litha memutuskan untuk berlari dan berharap angkutan umum segera menghampirinya. Namun, hingga waktunya tersisa sepuluh menit angkutan umum tak kunjung lewat. Terlambat untuk pertama kalinya seorang Sahara Lalitha Parameswara.

Suara deruman motor terdengar memelan ditelinganya. Seseorang memakai helm fullface, balutan seragam yang serupa dengannya, dan Litha tidak mengenal siapa orang itu. Litha terus saja berlari tak menghiraukan seseorang disampingnya.

"Lo anak Trisakti 'kan?" tanyanya.

Litha menghentikan langkahnya dan menghadap orang asing disampingnya. Seketika tubuhnya kaku, saat helm yang menutupi wajah orang itu terbuka. Orang di depannya ini adalah.

"Naik!"

Litha berpikir sejenak, apa jadinya jika Ia berangkat bersama Pangeran mereka? Satu sekolah akan heboh karena Litha berangkat bersama. Ya, meski secara kebetulan. Namun, melihat fansnya cukup fanatic membuatnya ragu menerima ajakannya.

"Naik sendiri atau gue paksa?"

Dihadapkan dengan dua pilihan, ikut bersama Arjuna tapi dihujani hujatan dari fansnya atau telat tapi mendapat hukuman dan melewatkan ulangan dijam pertama. Litha menggeleng kuat, keduanya sama-sama merugikan untuknya.

"Semakin lama lo berfikir, semakin banyak waktu yang lo buang," ujar Arjuna.

Benar juga yang dikatakan Arjuna. Litha yang malang. Arjuna menyalakan mesin motornya, tidak ada gunanya juga Ia memaksa gadis ini. Namun, saat hendak menancapkan gasnya Litha telah lebih dulu mencegahnya.

Tidak ada pilihan lain jika begini.

Seulas senyum muncul dari bibirnya. Ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi setelah memastikan Litha nyaman dalam posisinya.

~**~**~**~

Sinar matahari cukup panas hari ini di tambah perutnya yang kosong karena melewatkan sarapan paginya. Tenaganya sudah terkuras sejak pagi tadi dan hingga sekarang Ia belum juga mengisi perutnya.

Keringat mulai bercucuran diwajah mereka. Sekitar satu jam yang lalu semenjak mereka memasuki gerbang SMA Trisakti. Keduanya harus menjalani hukuman hormat bendera sebelum Bu Eni membebaskan mereka.

Radyan Arjuna ✔Where stories live. Discover now