35✔️ Teror

7.7K 830 693
                                    

  "Please say you won't go"

-Dyandra-

   Acara tahlilan baru saja selesai, satu per satu tamu mulai pamit pulang. Selama itu juga Dyandra menjaga Yuna karena bisa dilihat tante Nisa kewalahan melakukan ini-itu. Dyandra duduk di bangku di depan rumah almarhum oma Althaf dengan Yuna dipangkuannya. Tante Nisa dan tante Azwa sedang sibuk merapikan barang-barang setelah acara.

"Coba sini Abang gendong," seru Arkie yang berjongkok di depan Dyandra. Tangannya sedari tadi menoel-noel pipi Yuna.

  Arkie mengambil Yuna dari pangkuan Dyandra, gadis kecil itu tidak menangis sama sekali. Beda halnya saat Mira mencoba mencari perhatian dengan cara bermain dengan Yuna, tapi gadis kecil itu malah menangis.

"Berat ya, Bang?" tanya Dyandra sambil terkekeh.

"Lumayan lah," jawab Arkie, dia gemas melihat pipi Yuna yang chubby, sama dengan adiknya itu.

"Pipinya tembem kayak kamu, Dy," ujar Arkie menatap pipi Yuna dab Dyandra secara bergantian.

"Jika Abang minta, pipi yang tirus tak mungkinku mampu. Tapi sayang Abang harus bersyukur, aku segemoy itu," balas Dyandra dengan bernada. Dia tersenyum lebar membuat pipinya semakin terlihat tembem dan terkekeh mendengar dirinya yang bernyanyi tadi.

"Udah Abang cium tuh pipi tembemnya kalo gak di sini," balas Arkie yang ikut terkekeh saat Dyandra bernyanyi dan mengganti liriknya. Untungnya, Mira sedang berada di dalam rumah. Althaf? Althaf sedang mengganti pakaiannya menjadi santai di lantai atas.

"Itu dahinya sakit gak? Nanti di rumah diobatin lagi," lanjutnya.

  Dyandra menyentuh dahinya yang tertutup kain hitam, lalu menggelengkan kepalanya, "Udah engga sakit kok."

"Beneran?"

  Itu bukan suara Arkie, melainkan suara Althaf yang berdiri di dekat pintu. Dyandra menoleh ke orang itu yang sedang menatapnya juga.

"Arkie, tuh dahinya emang kenapa?"  tanya Althaf sambil melirik Arkie yang menggendong Yuna.

  Arkie mengangkat kedua bahunya tak tahu, "Gak tau tuh, tanya aja sama orangnya."

  Dyandra melotot ke arah abangnya saat Arkie menyuruh Althaf bertanya padanya. Padahal kan, abangnya membantunya agar Althaf tidak bertanya penyebabnya.

"Tapi sih kayaknya, orangnya gak mau ngomong kenapanya," sambung Althaf sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Iya, gue juga gak tau kenapa bisa luka gitu. Orangnya gak mau cerita kenapa luka," balas Arkie, seperti hanya ada dirinya dan Althaf saja. Eh, Yuna juga. Sedangkan Dyandra seperti dianggap tidak ada.

"Kayaknya ada yang disembunyiin," gumam Althaf sambil seolah-olah berpikir.

"Heh! Gibahin orang di depan orangnya langsung!" tegur Dyandra yang sebal karena diacuhkan.

"Owh ada orangnya, bagus deh denger. Jadi gak gibahkan," tutur Althaf dengan nada ejek.

  Dyandra cemberut kesal dan kedua cowok itu malah terkekeh melihatnya marah.

Althaf {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang