45✔ Boleh Menjauh?

3.6K 436 269
                                    






"Menjauh itu mudah, menahan rindunya yang sangat susah. Paham kan sampai sini?"

-Althaf-

   Althaf diantar ke apatertemen cowok itu. Pak Joni yang membawa mobil, sedangkan Pak Jono bertugas mengamankan motor Althaf untuk dibawa ke bengkel langganan keluarga Dyandra. Selama diperjalanan tidak ada yang berbicara, hening menyelimuti langit yang semakin gelap. Dyandra sibuk dengan pikirannya yang berkecamuk, mengapa semua kejadian selalu berkaitan dengan keluarganya itu?

   Mobil itu berhenti di basement apartemen Althaf, mereka langsung turun dari mobil. Dyandra dan Pak Joni kembali membantu memapah Althaf, cowok itu merasa semua badannya terasa sakit sekarang. Dyandra menekan tombol ke atas saat mereka berada di depan lift, suasana apartemen begitu sepi mungkin karena sudah malam hari. Pintu lift terbuka, mereka memasuki lift itu secara perlahan karena mengikuti langkah Althaf.

"Lantai dua belas, 'kan?" Dyandra menolehkan kepala ke arah Althaf. Dia hanya ingin memastikan, takutnya salah lantai.

   Althaf menganggukkan kepalanya. Dyandra menekan tombol angka dua belas bersamaan dengan pintu lift tertutup kembali. Lift itu bergerak naik ke atas, berhenti tepat di lantai dua belas. Mereka kembali berjalan saat pintu lift terbuka.

"Kartunya mana?" tanya Dyandra saat sudah berdiri di depan pintu apartemen Althaf.

"Ada di jaket gue," jawab Althaf, ketika tangannya ingin melepas dari bahu Dyandra untuk mengambil kartu apartemennya, Dyandra sudah bergerak cepat merogoh saku jaket Althaf dan menemukan kartu apartemennya.

   Dyandra men-tap kartu pada layar yang berada di sebelah pintu, setelah itu memasukkan password keamanan sebelum terbuka. Dia pernah diberitahu, password kamar Althaf adalah 1999. Benar saja, pintu itu terbuka perlahan. Dyandra kembali membantu Althaf berjalan masuk, tapi pergerakannya terhenti saat melihat Pak Joni yang berhenti di depan pintu kamar Althaf.

"Ayo Pak ikut masuk temani saya di dalam, pintunya tidak usah ditutup," ujar Dyandra mengajak Pak Joni ikut masuk juga, tidak enak jika mereka hanya beduaan yang masuk.

"Baik, Nona," balas Pak Joni.

   Mereka bertiga masuk ke dalam kamar apartemen Althaf yang gelap karena belum dinyalakan lampunya. Sinar cahaya masuk dari luar pintu, tangan Dyandra menekan saklar ruangan tengah saat melewati tadi hingga lampu ruang tengah menyala. Althaf dibawa menuju kamar cowok itu agar bisa istirahat, pintu kamar itu mudah terbuka karena tidak terkunci. Sama halnya, kamar itu masih gelap tetapi Dyandra tidak tahu di mana saklar yang ada di kamar cowok itu.

"Saklar kamar lo di mana?" Pandangan Dyandra memerhatikan sekitar melihat isi kamar cowok itu. Walaupun hanya samar-samarbyang terlihat.

"Itu, di pinggir pintu kamar mandi," balas Althaf.

"Biar saya saja Nona yang menyalakannya," sela Pak Joni.

"Boleh"

   Pak Joni melepaskan tangannya yang memapah Althaf dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar itu untuk menyalakan saklar lampu agar ruangan itu terang. Berbeda dengan Dyandra, dia melanjutkan membantu memapah Althaf menuju arah kasur. Dia membantu Althaf duduk di atas kasur dengan perlahan, akhirnya.

"Nona saya tunggu di ruang tengah saja ya," seru Pak Joni, dia takut ada seseorang asing yang tiba-tiba masuk karena pintu terbuka.

"Iya, Pak. Sebentar pulangnya nunggu Tante Azwa datang, pintunya jangan ditutup ya," balas Dyandra yang berdiri di samping kasur Althaf.

Althaf {END} Where stories live. Discover now