7✓ Dia

17.7K 1K 231
                                    

"Tidak selamanya orang itu di sisi kita. Ada saatnya dia berada di sisi orang lain, jangan egois ya"

-Althaf-

Althaf menarik Dyandra keluar kantin menuju UKS, Dyandra yang ditarik Althaf hanya bisa pasrah. Tangannya semakin terasa perih, dia mengigit bibir bawahnya untuk menahan rasa perihnya. Althaf menyuruh Dyandra duduk di atas brankar, saat sudah sampai di UKS.

"Duduk dulu!" suruh Althaf. Mereka sampai di UKS yang sepi.

  Dyandra menuruti perkataan Althaf, lalu Althaf berjalan mencari salep kulit di kotak P3K agar kulit gadis itu tidak semakin perih. Setelah benda yang dicari ketemu, dia menarik bangku lalu dia duduk di hadapan Dyandra.

"Perih, ya?" tanya Althaf yang sedang membuka tutup salep itu.

"Lumayan perih," jawab Dyandra yang sedang memandangi lengannya.

"Sini tangannya," pinta Althaf mengulurkan tangan kirinya dan gadis itu memberikan tangan kirinya yang perih.

"Mau dipanggil dokter, gak?" tanya Althaf yang sedang mengoleskan salep itu pada lengan kiri Dyandra yang merah.

"Sstt ... pelan-pelan," ringis Dyandra, tangannya terasa melepuh.

"Tapi ini tangannya merah," balas Althaf.

"Enggak usah panggil dokter, ginian doang juga nanti sembuh," jelas Dyandra yang sesekali meringis. Dia menahan rasa sakit saat Althaf menyentuh lukanya.

"Tapi nanti kalo tambah parah gimana?" gumam Althaf, dia selesai mengoleskan salep pada lengan itu.

"Engga lah, cuma ginian doang sih, Thaf," jawab Dyandra meyakinkan.

Althaf menghela nafas panjang, memang gadis ini keras kepala. Althaf mendongak menatap manik Dyandra seraya tersenyum.

"Ya udah, kalo makin sakit bilang, ya, Tengil. Nanti gue anterin ke dokter buat diperiksa," jelas Althaf, dipaksa pun gadis itu pasti menolak keras dan hanya memancing keributan.

"Iya-iya," jawab Dyandra.

Suasana menjadi hening, mereka berdua saling tatap-tatapan dalam keadaan diam.

"Kasian tadi adek kelas, engga seharusnya dibentak gitu. Mungkin dia engga sengaja, nanti minta maaf sana," seru Dyandra membuka suara, menghilangkan keheningan.

Althaf menghela nafas, lalu membuang muka ke arah lain.

Gue emang kasar sama Mira, gue harus minta maaf sama dia- batin Althaf.

"Iya, nanti minta maaf," kata Althaf pelan dan menghela nafas panjang.

"Tadi siapa namanya? Mira? Lo kenal?" tanya Dyandra, matanya melirik jendela UKS yang terbuka.

Althaf kembali menatap gadis yang penasaran itu, "Dia adiknya Alisa, gue dulu deket sama dia. Mira sifatnya beda jauh sama Alisa."

Dyandra mengangguk mengerti, semoga saja semuanya tidak kembali terulang.

"Pinjem hp boleh?" tanya Althaf.

Althaf {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang