Bab 12 : Hal Buruk yang Dihadapi dengan Baik

48 3 2
                                    


Kalau hari pertama IVEC emang bikin pengen meninggal, hari kedua sih pengen bikin terjun ke jurang. Kalu kemarin pagi-pagi di cekokin Politik Amerika. Pagi ini Meera, Joy, dan Jennie terpaksa kenyang 'makan' perseteruan antara India sama Cina. Si India lagi melarang aplikasi tik-tok di negaranya dan mosi debatnya menjadi : "Sebagai India Dewan ini Akan Menghentikan Pelarangan Aplikasi Tik-Tok di Negaranya". Meera kadang berpikir, kenapa sih negara-negara itu suka banget berantem? Apa mereka nggak pernah denger lagu Heal the world ya?

Siangnya di ronde kedua, perwakilan NCT U itu cuma bisa geleng-geleng waktu adjcore team ngeluarin mosi soal basket. Iya basket, NBA, terdengar seru dan menyenangkan ? Oh dengan kreatifnya tim adjcore mengkaitkan pertandingan NBA dengan gerakan sosial Black Lives Matter yang kemarin sempat happening di Amerika. SAMA AJA PUSING. Dan akhirnya di ronde terakhir Meera cs Cuma bisa makan hati waktu dikeluarin mosi soal start ups, bukan, debatnya bukan mengenai tim Han Ji Pyeong vs Nam Do San , ini start-ups beneran . Bunyi mosinya : This House Regret the Romanticization of Start-Ups Culture That Push People to Build Their Own Company Rather Than Pursuing Traditional Career Path. Mosi nya aja udah panjang banget kan? Jangankan buat mikir argumentasi, buat nyatet mosinya di buku debat aja Meera udah ngabisin waktu banyak banget.

Di ronde pertama tim NCT U, dimotori oleh pengetahuan Joy seputar politik India-China yang di dapatkanya dari kelas Politik Asia dari jurusanya yaitu Hubungan Internasional, tim NCT U memperoleh 1 victory points, tapi di ronde kedua tim NCT U Cuma bisa tersenyum karena harus kalah (pembelaan dari Jennie : ya mana gue ngerti soal basket, gue mainya bola bekel) sehingga mereka mendapatkan 0 victory points dari ronde 2. Ronde 3 merupakan silent round dimana hasil perdebatan tidak diumumkan. Tim NCT U benar-benar diujung tanduk, tanpa VP atau victory points dari ronde ketiga mereka dipastikan sulit untuk lolos ke babak eliminasi. Dan sekarang 3 serangkai plus Jisoo yang sudah selesai dengan segala perkara akreditasinya duduk diam di debaters hall. Mereka berempat bener-bener kehabisan tenaga. Alhamdulillah sih tapi belum kehabisan semangat hidup. Belum aja, gatau kalau besok gimana.

"Menurut lo ronde 3 gimana jen?" Tanya Joy.

"Optimis gue" jawab Jennie sambil menyisir rambutnya pakai jari, udah kucel banget pasca debat 3 ronde hari ini.

"Optimis kalah maksud lo?" Tanya Meera.

Mereka berempat kompak ketawa.

"Gila sih kalau sampai kita nggak lolos setelah jauh-jauh ke Jakarta" kata Joy sedih.

"Iya, udah jauh-jauh nyasar juga di dalem pasar" tambah jennie.

"Hehehe bercanda sayang, gue juga optimis kok kita menang, yaaa walaupun mungkin margin tipis sih, tapi yaudahlah, kita tunggu aja breaking announcement nya."

Breaking announcement adalah pengumuman tim-tim mana saja yang akan lolos ke babak eliminasi, akan diumumkan secara langsung berapa victory points yang mereka dapatkan, total margin dari tiap ronde, serta total speaker score mereka. Sambil menunggu breaking announcement di debaters hall Meera memutuskan untuk membuka hpnya, siapa tau ada notifikasi dari orang yang ditunggunya dari kemarin.

Bukan, bukan Jaehyun.

Dhanti.

Kemarin mendengar suara Dhanti yang terdengar kayak orang habis nangis membuat Meera panik seketika. Tapi yang dikhawatirkan justru nggak mengkhawatirkan dirinya sendiri, Dhanti terus-terusan bilang "nggak papa kok mer, nggak papa gue gapapa beneran".

Bohong, batin Meera dalam hati.

Ia mengenal dengan baik suara orang yang habis menangis dan berpura-pura untuk terdengar baik-baik saja. Walaupun setelah berulang kali ditanya Dhanti nggak ngaku juga, Meera nggak menyerah begitu aja. Hari ini Meera berencana menelfon Dhanti lagi. "Guys gue keluar bentar ya, mau ngurusin TEKA," kata Meera.

"Lah, bentar lagi udah mau pengumuman lho mer?" Cegah Jisoo sambil memegang tangan Meera yang bawaanya udah pengen cabut aja.

"Yakan ada kalian yang bisa dengerin, lagian sebentar doang aja kok," kata Meera sambil melepaskan tangan Jisoo dan berjalan pelan meninggalkan debaters hall.

Setelah sampai di luar gedung buru-buru dipencetnya nomor Dhanti, untung banget, tersambung pada dering pertama.

"Halo mer, ada apa lagi nih?" Tanya Dhanti.

"Gue mau ngomong soal..."

"ITU SIAPA?" Sebuah suara terdengar dari sebrang telfon, Dan bukan, itu bukan suara Dhanti.

"Temen...." Terdengar suara krasak krusuk dan suara Dhanti pun terdengar pelan.

Pasti hp nya dijauhkan dari sumber suara, tapi walaupun begitu sekilas Meera masih bisa mendengar percakpan antara Dhanti dan-entah-siapa di sebrang sana.

" Temen apa?"

"Temen TEKA aku, aku udah cerita kemarin"

"Siniin hape kamu"

"Apa sih? Enggak, kemaren udah aku ceritain kan?"

"Kamu pikir aku nggak tau temen TEKA kamu siapa? Ini pasti cowok brengsek dari angkatan kamu itu kan yang jadi ketua TEKA tahun ini?"

"Jaehyun nggak brengsek, dan ini bukan Jaehyun"

Meera menegang, Jaehyun? Ada apa dengan Jaehyun dan Dhanti? Dan siapa orang yang sekarang sedang bersama Dhanti itu?

"Bohong, dia kan yang udah ngajarin kamu bohong dek, dia yang bikin kamu kayak gini?"

Hah? Dek? Dhanti punya kakak cowok?

"Nggak mas! Nggak, aku nggak bohong tolong mas percaya sama aku"

Suara krasak-krusuk semakin terdnegar sampai.... KLAK! HP Dhanti sepertinya jatuh di sebrang sana. Meera benar-benar panik, apa sebenarnya yang terjadi? Jadi kemarin Dhanti nangis karena... Jaehyun?

Meera benar-benar tenggelam dalam pikiranya saat tiba-tiba terdengar suara Dhanti lagi dari telfon.

"Halo mer, sorry gimana?"

Lagi-lagi terdengar suara serak Dhanti.

Bagaikan alarm yang berdering kencang di kepalanya, Meera menggigit bibirnya. Tenang, kata Meera pada dirinya sendiri. Nggak akan ada yang bisa diselesaikan dengan keributan. Meera menarik nafasnya.

"Halo Dhan? Halo?"

"Halo mer? Kedengeran nggak suara gue?"

"Dhan, bisa tolong di loud speaker nggak? Jadi HP nya jangan di taruh di kuping tapi taruh di depan muka aja,"

"kenapa mer?" Dhanti kedengaran bingung.

"Speaker gue rusak, gabisa denger jelas kalau lo pakai audio biasa, harus pakai loud speaker"

Jawab Meera lancar.

Terdengar suara grusak grusuk sebentar sampai akhirnya suara Dhanti terdengar lagi.
"Mer ini udah gue loud speaker, hp udah gue taruh depan muka persis hehe jadi berasa video call, kalau sekarang udah kedengeran nggak suara gue?" Tanya Dhanti.

Bukanya menjawab, Meera segera menekan icon video yang langsung merubah mode telfon menjadi mode video call. Wajah Dhanti pun segera muncul di layar , bagaikan reflex, Meera segera menekan kombinasi tombol volume di samping hp nya untuk screen shoot.

Meera menatap dengan ngeri ke layar. Di situ terpapar jelas wajah bingung Dhanti, pipinya yang basah, matanya yang merah, dan yang paling mengerikan.

Lebam di bibirnya.

Source Photo : https://eurasiantimes.com/india-vs-china-india-trails-behind-china-in-military-power-but-overshadows-beijing-on-another-vital-front/

***
Kerjaan magangku udah selesai hari kemarin, jadi hari ini bisa nulis wattpad  (harusnya sih sambil magang nulis skripsi ya bund, tapi sumpah mager banget). Semoga suka ya dengan bab ini, don't forget to tap the star and your constructive criticism will be very much appreciated! Have a nice day everyone! And mohon doanya semoga skripsiku cepat kelar hehehe amin

Till Debate Do Us PartWhere stories live. Discover now