Bab 17 : Perasaan yang Sulit, Perasaan yang Berbeda

34 3 2
                                    

Gimana sih rasanya kangen sama rumah?

Gimana sih rasanya kangen sama mama sama papa?

Meera selalu bertanya tanya mengenai dua hal itu.

Disfungsional.

Itu satu kata yang bisa Meera ungkapkan kalau mengingat keluarganya.

Kalian pernah melihat Drama Korea dimana anak tunggal pewaris kekayaan keluarga harus frustasi menghadapi ayahnya yang berselingkuh dengan sekretarisnya?

Meera paham betul rasanya.

Bedanya, ayah Meera bukan presdir perusahaan, dan dia bukan pewaris tunggal dinasati bisnis yang dapat menjamin hidupnya bahkan kalau dia memutuskan untuk tidak bekerja selamanya.

Meera terkadang bingung, kalau boleh jujur dia ingin bertanya kepada kedua orangtuanya

How did they end up being this fuck up?

Ayahnya yang notabene "Cuma" tukang batu, well lebih tepatnya mungkin kalau dalam bahasa yang lebih keren mandor jual beli batu memutuskan untuk.... Memiliki istri lain selain ibunya. Dengan penghasilan yang tidak menentu, tentu Ayah Meera kesulitan membiayai dua keluarga. Lebih gila lagi karena terkadang ayahnya meminta uang dari Ibu Meera kalau ada apa-apa, padahal penghasilan Ibu Meera juga tidak seberapa. Berteriak dengan kasar, membentak, itu pemandangan yang sering Meera lihat jika harus pulang ke rumah.

Darah Meera selalu menggelegak setiap ayahnya membentak ibunya. Tapi Meera juga tidak bisa berkutik karena ibunya pun tidak berusaha melawan. Membiayai hidup istri kedua suaminya, menghadapi suami yang tidak bisa memperlakukanya dengan baik. Kenapa ibu diam saja?

Pertanyaan yang lebih menyakitkan selanjutnya adalah

Lalu, jika Ibu Meera harus juga membiayai ayahnya dan selingkuhanya, apabila ada kekurangan di keluarga Meera, kepada siapa Ibu Meera meminta?

Meera.

Ibunya akan meminta kepada Meera.

"Kemarin kamu juara 1 ya mer?" Tanya ibunya.

"Iya bu," Meera menjawab singkat.

"Kalau ada hadiah uangnya...Ibu boleh pinjam uangnya dulu? Bulan depan ibu ganti"

"Ambil aja di dompet bu,"

Meera menutup mukanya dengan bantal. Uang yang diperoleh dari tersasar di stasiun dan menghadapi berbagai ronde penuh cobaan di Jakarta, harus habis dalam sekejap. Setelah menjadi juara 1, Meera dan teman-temanya mendapatkan dana apresiasi dari universitas. Uang itu Meera pergunakan untuk mengganti uang pendaftaran yang ia pinjam dari kas UDS serta.... Membantu kedua orangtuanya. Uang itu bisa dipastikan tidak akan diganti. Dan Meera juga tidak bisa menyalahkan ibunya, dengan kebutuhan sebanyak itu, dan penghasilan yang tidak pasti, ibunya bisa apa.

Meera terkadang bingung sendiri dengan perasaanya.

Ibunya adalah ibu yang sangat baik.

Dan mengenai ayahnya? Dia benci ketika ayahnya membentak ibunya akan tetapi ayahnya selalu berlaku baik kepadanya.

Jadi sebenarnya dia itu membenci atau mencintai kedua orangtuanya?

Begitu banyak tanda tanya, Meera pun kerap bingung dengan perasaanya sendiri.

Ada malam dimana dia tidur di kamar Joy, Jennie, atau Jisoo karena ia merasa merindukan kedua orangtuanya.

Ada juga minggu-minggu dimana ia rasanya tidak ingin pulang dan benar-benar muak kalau harus melihat wajah kedua orangtuanya.

Meera jadi bertanya-tanya.

Bagaimana ya rasanya mencintai dengan mudah?

**

Jaehyun POV

"Jadi, lu naksir sekretaris satu apa sekretaris dua sebenernya? Gue liatin lu makin sering nemenin Dhanti, tapi kalau ngobrol sama Meera, rasanya kayak a whole new world, kalian berdua serasa punya dunia sendiri, yang lainya ngontrak?"

Tanya Saddiq.

Hari ini Jaehyun, Saddiq, Yuta, Bulan,Krisan dan beberapa anak angkatan lainya melaksanakan survey lokasi untuk Welcoming Party. Sebenarnya sih ada tiga tempat yang disarankan, tapi baru sampai di tempat pertama anak-anak udah sreg banget. Namanya Wina House, tempatnya bagus, memang venue yang di desain khusus untuk berbagai acara hajatan, bangunanya warna putih dan besar bergaya Eropa, terdiri dari 4 lantai, di masing-masing lantai terbagi menjadi beberapa ruangan dan ada balkon yang bisa dipakai juga. Furnitur dan catering juga sudah tersedia, tinggal dekorasi, harganya pun bisa menyesuaikan budget, kalau budget lebih berarti bisa sewa ruangan yang lebih besar dan fancy, tapi kalau kurang, ya yang penting ruanganya cukup untuk berteduh dari hujan saja hehehe. Lokasinya juga strategis tidak terlalu jauh dari kampus, jadi cocok untuk menyambut adek-adek maba yang pasti belum berani keluar kandang terlalu jauh. Jaehyun dan Saddiq sedang mensurvey area balkon yang siapa tau cocok, sementara anak anak lainya berpencar mensurvey ruangan lain saat Saddiq tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu ke Jaehyun.

"Dijaga ya omongan lo sad" balas Jaehyun.

"Idih ngambek, kalau menurut gue sih, jujur Dhanti lebih tipe lo ya jae...."

"Kok lo jadi membanding-bandingkan? Emang apa salahnya Meera?"

"Oh berarti mau nya sama Meera?"

"Ya nggak gitu!"

"Yaudah berarti Dhanti dong?" Tanya Saddiq polos.

Jaehyun menarik nafas dalam.

Ok, mungkin ini cuma pertanyaan iseng-iseng berhadiah dari Saddiq dan entah apa yang merasukinya hari ini, tapi entah kenapa jujur... Jaehyun agak pusing.

"Gue kenal lo dari jaman maba Jae, dari jaman kita nggak lebih dari anak-anak Jakarta yang menginjakkan kaki pertama kali di kota yang bener-bener berbeda dari tempat kita berasal, yang pada akhirnya gue rasa itu juga yang membuat lo, gue Dhanti dan beberapa anak lain menjadi dekat, gue tau gimana cara lo ngeliat Dhanti, lo pikir gue buta? Ya gue emang agak minus sih, tapi gue masih bisa ngeliat gimana lo peduli sama Dhanti, dan ini peduli yang lebih dari temen, kalau cuma sebatas temen, lo nggak akan rela bolak-balik di anjingin sama si Rafael sialan itu cuma buat Dhanti kan?"

Jaehyun terdiam.

Saddiq....... nggak salah soalnya.

Dari zaman mahasiswa baru. Jaehyun, Saddiq, Dhanti, dan beberapa anak lain memang sudah dekat. Dan Saddiq nggak salah, Dhanti cantik, anaknya ceria, gampang bergaul, apalagi pada zaman-zaman maba dimana kita sering homesick, Dhanti selalu jadi penyemangat teman-teman nya. Awalnya Jaehyun berpikir, ya wajar untuk merasa nyaman, tapi dia juga sadar, di beberapa waktu sepertinya perasaanya kepada Dhanti lebih dari sekadar rasa peduli terhadap teman.

"Tapi Meera hadir ... Mengubah segalanya, menjadi lebih indah ya Jae?"

"KOK MALAH NYANYI LO?"

"Ya tapi sesuai kan lirik lagunya?"

Jaehyun tertawa kecil.

"Beda, itu yang bisa gue bilang soal Meera, dia berbeda, gatau kenapa gue jadi makin penasaran.."

"Berarti kalau sekarang lebih condong ke Meera nih?"

"Jujur gue nggak tau sad, sama Dhanti gue ngerasa familiar, rasanya kayak pulang ke rumah, mungkin karena kita berasal dari kota yang sama, pola pikir kita juga kurang lebih sama, satu frekuensi mungkin ya bahasanya? Sementara Meera? Kita dari daerah yang beda, pola pikir kita juga beda, tapi jujur gue masih nggak tau apakah perbedaan ini baik atau buruk, nggak mungkin kan gue tiba-tiba suka sama seseorang hanya karena dia berbeda dari yang pernah gue lihat sebelum-sebelumnya?"

Till Debate Do Us PartWhere stories live. Discover now