Bab 6: Salam Perjuangan

66 5 3
                                    

Masih dalam Turn Back Time Semester 1 Meera.

Note : 

Komdis : Komisi Disiplin

Biasanya merupakan panitia-panitia mos yang bertujuan untuk mendisiplinkan mahasiswa baru dan punya image agak galak.

***

Siapa sih yang nggak tau LDSI? Lomba Debat Sekolah Menengah Atas Indonesia atau biasa disingkat LDSI, adalah lomba Debat Bahasa Indonesia terbesar yang diadakan oleh Kementrian yang ditujukan untuk siswa SMA. Meera sebenernya menang di tingkat kota, namun sayangnya dia kalah tingkat provinsi jadi ga maju ke nasional, iya dulu jaman SMA Meera semua debat bahasa apapun di embat, asal jangan debat bahasa qolbu aja, susah soalnya. DAN MEERA BARU TAU KALAU KAK SEULGI JUARA 1 DAN PEMBICARA TERBAIK LDSI. Wah canggih banget, Meera jadi sadar, dia bener-bener ansos ya Selama ini, dia cuma kenal anak-anak kelasnya itupun cuma beberapa, Meera sampai nggak tau ada orang sehebat Kak Seulgi di jurusanya. Di kampus yang dia benci ini, NCT U.

"Dulu gue pengen banget masuk Universitas Indradewa, dengan nilai dan prestasi gue yang gue ceritain ke lo tadi, wah gue pede banget, semua temen-temen dan guru-guru gue juga udah  yakin banget kalau gue pasti bakal keterima, nyatanya ? Nol. Gue udah coba semua jalur mer, jalur prestasi, putri daerah, snmptn, sbmptn, jalur mandiri, jalur mandiri vokasi, pembukaan kelas internasional, semuanya, semuanya gagal mer." Kak Seulgi tersenyum pahit. Matanya mengawang jauh. 

"Gue sempet bilang 'ah mungkin Indradewa memang bukan jodoh gue' gue coba universitas lain yang ibaratnya selevel lah sama Indradewa, gue coba Universitas Gelora Mimpi, gue coba Institut Terang Bintang, semua jalur gue coba, dan di semua jalur pula gue ditolak, gue malu banget mer waktu itu, malu sama guru-guru gue karena belum dapet sekolah, malu sama temen-temen gue yang udah pada keterima, gue merasa mengecewakan orangtua gue, gue juga udah putus asa karena nyaris semua univesitas udah tutup pendaftaranya saat itu, akhirnya gue masuk NCT U jalur mandiri, gue anak jait mer. Padahal saat itu bokap habis dijegal posisinya dari perusahaan, dia jual mobil dan motor buat biaya gue masuk sini, bokap bilang 'walaupun bukan top 3 university, kamu tetap harus sekolah di universitas terbaik yang ada, papa nggak akan pernah berhenti memperjuangkan pendidikan anak papa, papa tau anak papa anak pintar, Seulgi jangan pernah putus asa nak' . Saat itu mer, gue ngerasa jadi anak paling nggak berguna, Cuma bisa nyusahin orangtua...."

"Kak....." Meera cuma bisa kembali berkaca-kaca. Kak Seulgi juga mengalami kesulitan yang sama kayak dia selama ini. But there she is, jadi salah satu senior paling di hormati di jurusan komunikasi NCT U, sementara dia? Cuma jadi sampah masyarakat NCT U.

"Oh it was hell!" Kak Seulgi kini tersenyum jenaka, kesedihan masih terlihat di matanya, tapi ada secercah cahaya yang berbeda di matanya. "I was so hard on myself, hidup gue di lumuri dendam dan amarah, kenapa temen-temen gue yang bahkan secara kuantitatif kelihatan nilai dan piagamnya sama atau bahkan kurang dari gue bisa masuk universitas impianya sementara gue tidak? Apa gue sebodoh itu? Kenapa temen papa jahat banget dan bikin papa ditendang dari posisi nya saat itu? Tapi akhirnya pada satu titik gue sadar, gue gaboleh kayak gini terus, gue berusaha menjadi ikhlas, dulu gue bercita-cita, kalau gue masuk Indradewa, gue bakal jadi mahasiswa terbaik seantero angkatan, jadi juara debat, kahim dan mawapres, dan gue sadar, gue masih bisa melakukan rencana itu, walaupun gue nggak di Indradewa."

"Dan.... Apa yang menjadi titik balik kakak?" Tanya Meera penuh harap.

Seulgi kembali menggenggam tangan Meera dengan hangat.

"Titik poin perubahan gue datang waktu Mad Dog, persis kayak lo mer, tahun lalu, gue ada di posisi lo sekarang, dan sama kayak tahun lalu, Kak Irene, ketua komdis tahun lalu, nanyain gue pertanyaan yang barusan gue tanyakan ke elo, dan juga, hari ini mer, sama kayak tahun lalu, gue juga akan bilang apa yang Kak Irene bilang ke gue ." Kak Seulgi menatap lekat mata Meera.

"Nadjwa Ameera, gue tau lu dateng ke NCT U dengan penuh kekecewaan, gue tau ini bukan kampus yang lu impikan, gue tau, dengan semua usaha yang sudah lu lakukan, lu merasa dipermainkan oleh kehidupan, dan percayalah gue tau betul lu merasa telah menjadi manusia gagal. Tapi mer, mimpi lo jauh lebih besar dari sekadar keterima di Universitas Gelora Mimpi, dan gue kasih tau mer, mimpi lu nggak akan berhenti, cuma karena lu ditolak sama Uniersitas Gelora Mimpi, dunia ini mungkin udah banyak mengecewakan lu, tapi jangan sampai lu mengecewakan diri lu sendiri... Jangan jatuh mer, ayo berdiri lagi....."

"Gue takut kak... Gue takut... Gue ngerasa nggak bisa lagi". Kalau tadi Cuma setetes air mata yang menetes, sekarang puluhan bulir berjatuhan di pipi Meera.

"Lu bisa mer, lu bisa, kalau lu merasa nggak kuat nge jalanin ini sendiri, masih ada gue mer, gue akan temenin lo, gue lebih dari bersedia buat jadi pendengar lo, gue tau betul pahitnya menjalani semua ini sendirian, maka gue berjanji gaakan biarin lo jalanin ini sendirian .... Lo bisa Meera, Lo bisa"

***

Kesedihan bisa beda maknanya buat tiap orang, apa yang kita anggap masalah sepele bisa jadi masalah yang buat orang nggak bisa bangun dari tempat tidurnya setiap pagi, masalah yang kita anggap masalah besar, mungkin hanyalah masalah biasa yang dihadapi seseorang setiap hari.

Mungkin perkara universitas bukan perkara besar bagi sebagian orang, tapi gue percaya ada sebagian di luar sana yang memperjuangkan universitas idamanya sejak awal. Yang terus belajar untuk memperoleh penilaian terbaik. Yang terus berkompertisi untuk memperoleh piagam dan piala kehormatan. Yang senantiasa bangun dan menyelipkan nama universitas impian di sepertiga malam, ada mereka yang sebelum tidur, menutup mata sambil merapalkan doa, berharap bisa me lobby Sang Kuasa. 

Di sisi manapun kalian berada, itu nggak masalah, nggak ada yang salah, dan nggak ada yang benar, semua pasti punya alasan sendiri-sendiri. Tapi, buat kalian yang mungkin sempat mengalami kegagalan bertubi, merasakan ketidakadilan waktu memperjuangkan universitas impian, ini untuk kalian... Semoga kalian selalu diberi kekuatan untuk tidak pernah menyerah dengan keadaan.

Salam Perjuangan!

***

Ada yang samaan sama Meera dan Seulgi?

Till Debate Do Us PartWhere stories live. Discover now