- 7. Egoisme -

3.2K 522 172
                                    

Siapa yang kuat, dia yang berkuasa. Ini bukan hutan rimba, tapi sebuah titik lupanya bahwa dirinya adalah manusia.

oOo

Kikan melangkah dengan gusar, meninggalkan kelas yang kini sudah mulai ramai. Entah bagaimana mereka saling menghubungi, namun beberapa siswi menghampiri Vanya dan mencoba menenangkan cewek itu yang masih terisak hebat.
Mereka hanya memberikan tatapan sinis juga gerutuan. Sebatas gerutuan karena tak ada yang berani melawan atau memprotesnya secara langsung. Membuat Kikan terpikir, sebegitu menakutkannya kah dirinya? Apa sekarang Kikan boleh mengakuisisi Monster? Atau Kikan terlalu menjijikan untuk mereka menghampiri? Bahkan sekedar mengumpat kasar?

Kikan tertawa, beberapa pelalu-lalang yang melihatnya berekspresi aneh. Namun, tak perlu ada yang Kikan pedulikan. Lakukanlah! Karena di batas tertentu Kikan pun tak bisa menahan dirinya.

"Ki!"

Tubuh Kikan setengah berputar begitu tangannya dicekal dan ditarik secara paksa. Hanya orang yang tidak tahu Kikan seperti apa di sini yang berani melakukannya, Saga.
Kikan menatap cowok itu dengan senyuman satu sudut. Posisi mereka sekarang adalah lorong Lab Bahasa yang sepi. Saga terlalu berniat mengikutinya sampai sejauh ini.

"Ki, lo itu--"

"Apa alasan lo nasehatin gue?" potong Kikan yang sudah bisa membaca ke mana Saga berarah. Ia hanya menampilkan tatapan jengah dengan helaan lelah yang bercampur kekeh. Dirinya keterlaluan? Benar! Semuanya beranggapan begitu, bahkan Kikan juga sadar pehuh karena memang hal seperti itulah yang ia tuju.

"Lo orang baru. Apa yang gue lakuin ke Vanya bukan yang pertama. Jadi lo nggak perlu repot-repot komentari gue keterlaluan. Karena gue udah lebih dari itu."

Saga menarik napas dalam, mencoba menahan amarahnya agar tidak keluar. Apa yang sudah Kikan lakukan tadi sudah di luar batas normal. "Oke, gue emang baru di sini, tapi gue tahu seperti apa lo di masa lalu."

Kikan terdiam sesaat, menatap dengan manik yang terlalu dinginnya. "Dan lo mau jadiin itu buat peralat gue?" Cewek itu tertawa kencang, terlalu kencang hingga menghilangkan arti bahagia yang harusnya ada di dalam sana.

"Ki, bukan--"

"APA?!" teriak Kikan. Dirinya bukan orang yang sesabar itu untuk diam di saat semua orang mulai membuat matanya jijik. Kikan tak pernah mengganggu mereka, kenapa mereka senang sekali mengusik?

"Lo mau uang? Mau pemujaan? Atau...," Kikan menatap Saga semakin dalam, "tubuh gue?"
Jika Saga tak salah, barusan ia melihat raut getir yang langsung Kikan tampik dengan tawa gilanya. Terlalu cepat hingga Saga tak bisa memastikan apa itu benar atau tidak.

"Jangan berharap! Lo nggak bakal dapat apa pun dari gue!" tekannya dengan gigi yang saling bergemeletuk.

"Lakuin apapun semau lo, gue nggak peduli!" Kikan menepuk-nepuk dada Saga sebelum melenggang pergi.

Saga termenung. Bukan karena memikirkan kalimat menantang sekaligus mengancam barusan. Namun ia mulai mengingat setiap kata yang keluar dari Kikan, mengingat setiap detail ekspresi yang samar-samar menguar dari wajah cewek itu. Ia mulai menelaah semuanya hingga menemukan satu titik.

"Lo ketakutan 'kan, Ki?" ujarnya dengan nada rendah tetapi mampu didengar jelas oleh Kikan yang sudah di depan sana.

oOo

Bad Person [TAMAT]Where stories live. Discover now