18. Bias Lalu

2.3K 395 90
                                    

"Kak Dhea!"

Dhea yang baru memasukkan obat juga air ke dalam mulut itu melotot kaget. Beruntung otot bibir dan pipinya masih bisa dikontrol sehingga tidak terjadi aksi muncrat-muncrat yang pastinya akan menjijikan itu.

Dhea mengangkat tangannya, sebagai isyarat agar orang itu menunggunya yang tengah mencoba menelan. Demi apa pun, hal tersebut berkali-kali lipat menjadi sulit sekarang.

"Ah...." Dhea mendesah lega begitu air dan obatnya berhasil masuk ke dalam lambung. Ia menyeka sudut bibirnya sebelum menatap orang itu tajam.

"Kalo barusan gue jantungan? Air masuk paru-paru gue? Lo mau tanggung jawab hah?" semprotnya yang benar-benar kesal setengah mati. Selain karena tindakannya barusan, orang di depannya memang sudah telanjur ia labeli tak suka  dari jauh-jauh hari.

"Bisa marah-marah, artinya enggak ada masalah," jawab Saga yang bagi Dhea itu adalah bentuk ketidak tahu dirian. Harusnya kan dia minta maaf.

"Ngeselin lo! Bikin tambah nggak suka aja!"

"Padahal gue pacar sahabat lo loh."

"Pura-pura," tekannya. "Kikan udah cerita."

"Yah kok cerita sih? Kalo nyebar gimana?"

"Lo pikir gue seember itu?!" Dhea memekik nyaring tak terima.

Saga pun terkekeh dibuatnya. "Bercanda, sensi banget sih."

Melihat bagaimana kedekatan Dhea dengan Kikan, bagaimana Dhea menjadi satu-satunya yang dipercaya Kikan, artinya Dhea orang yang terbaik di seluruh dunia.
Oke, perumpaannya terlalu lebay, intinya Dhea orang baik meski penampak luarnya agak menyebalkan.
Sepatutnya membiasakan diri untuk menilai seseorang bukan hanya dari apa yang terlihat.

"Jam pelajaran ngapain di sini, Kak?"

"Sakit lah! Nggak liat gue barusan minum obat!" sewot cewek itu yang sepertinya kesulitan menurunkan emosi jika berhadapan dengan Saga.

"Sakit itu ke UKS bukan ke kantin."

"Serah, lo sendiri juga jam belajar malah keluyuran."

"Abis disuruh guru ke ruang guru."

Dhea mendelik sinis. "Kalo dari ruang guru ke kelas lo mana mungkin lewat sini!"

"Hehe ... ketahuan. Lagian Kak Lo kok sewot mulu sih sama gue?"

"Karena gue bisa lihat kalau lo bakal jadi hal buruk buat Kikan."

"Lo peramal Kak?"

"Iya! Hari ini lu bakal ketabrak becak dan koma 100 hari."

"Astaga, mulutnya Kak. Eh karena orangnya udah di-mention mau nanya."

Tentu saja semua ini soal Kikan. Setelah kejadian dengan pengamen kemarin, Saga semakin membulatkan sangkaannya bahwa Kikan ada masalah dengan musik.

Dengan Kikan tak suka pelajaran Bu Nurin, Dhea yang marah ketika tahu Kikan mengikuti pelajaran itu, pengakuan tak mengerti apa-apa soal musik ketika di rumah Vanya, atau bahkan mungkin kita bisa melambung jauh ke belakang saat awal-awal Saga bertemu cewek itu. Kikan yang tremor setelah melempar headphone yang memutar lagu padahal Saga yakini itu adalah favorit Kikan.

"Apaan sih, lo pikir gue bakal diam aja?" Jiwa pelindung Dhea menyeruak keluar.

"Jangan salah paham mulu Kak, gue nggak ada niat buruk sama Kikan bahkan mungkin ini juga buat kebaikan dia."

Dhea menyelidiki Saga dari atas sampai bawah dengan mata menyipit. "Apa jaminannya?"

"Gue cucu Kepsek, dengan mudah lo bisa tarik gue ke dalam masalah seandainya gue ngelakuin hal buruk sama Kikan."

Bad Person [TAMAT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant