28. Bully

2.2K 406 37
                                    

"Si Kikan datang lagi."

"Mukanya bonyok kayaknya habis berantem."

"Halah paling mau cuci tangan, biar kita lupa sama kesalahan dia yang ngerasa kasihan. Sorry aja, jijik gue ngasihani manusia munafik kayak dia."

Kikan tetap berjalan meski obrolan-obrolan itu tetap menusuk telinga. Vanya di sana, melihat dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan Kikan sama sekali tak punya keinginan untuk tahu apa maksudnya. Kikan melenggang seolah bukan orang yang saling kenal, bukan orang yang punya keterlibatan di masa lalu.

"Hai, Ki," sapa seorang cowok yang dengan santainya menepuk bagian belakang Kikan sambil lalu. Vanya terlihat hendak melakukan sesuatu namun hanya berakhir terpaku dengan tangan mengepal. Terutama ketika Kikan tetap berlalu tanpa merasa terganggu setelah diperlakukan tak sopan itu.

oOo

"Ki! Sini gabung!" ajak Mario yang sudah mengacungkan tangan tinggi-tinggi agar orang yang ia maksud bisa melihatnya. Mario berubah melambai dengan senyuman lebar begitu Kikan menoleh ke arahnya.
Namun Mario harus menerima kecewa ketika Kikan hanya sebatas menoleh saja, ia sama sekali tak mengubah arah langkahnya dan memutuskan duduk di meja yang belum terisi siapa pun.

Wajah semangat Mario perlahan luntur, berganti menuntut banyak tanya pada Saga, Erik serta Degan yang setelah jutaan jam berlalu sekarang dirinya berhenti memasang wajah tembok dan terlihat khawatir terhadap Kikan.

"Kenapa Kikan nggak milih duduk bareng kita? Padahal kan kalo dia duduk di sini, dia nggak bakal diganggu sama yang lain."

Mario mengepalkan tangan ketika apa yang barusan ia ucap langsung terjadi. Ada dua orang cewek yang menghampiri Kikan menumpahkan snack tepat pada tubuhnya.

Mario bangkit, ia hendak menghampiri meja Kikan dan mencaci cewek tak beretika yang sudah seenaknya pada orang lain itu. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Kikan yang sepertinya sengaja menatap ke arahnya, Mario terbingung. Tatapan Kikan terlihat asing. Dia yang terbiasa menatap muak seisi dunia, menyunggingkan senyum mencemooh, kini mengirim sorot hampa.

Mario tahu jika Kikan adalah seseorang yang akan membiarkan orang lain melakukan apapun padanya, sebagai gantinya Kikan akan memberikan balasan yang setimpal. Namun kali ini Mario sama sekali tak melihat asa itu. Kikan malah terlihat tak masalah menerima perlakuan yang tak seharusnya.

"Woy lo!" ucap Mario secara refleks ketika melihat cewek yang tak dikenalnya itu mulai mengangkat minumannnya. Benar-benar keterlaluan! Namun sayangnya Saga menahan lengannya ketika dirinya akan pergi menghampiri Kikan.

Mario menatap Saga penuh protes. "Kikan dirundung kayak gitu masa di diemin? Dia cewek lo, Ga!"

"Duduk, Yo," pinta Saga seolah tak mempedulikan kekesalan Mario.

"Ga, lo gila?"

"Gue mohon, duduk."

Mario pun kembali duduk. Bukan karena sepenuhnya menuruti perintah Saga. Namun karena Kikan pun sudah pergi dari sana.

"Lo kemakan sama omongan-omongan mereka? Lo benci sama Kikan?" Mario tak memberi senggang waktu untuk menginterogasi Saga. Apa-apaan dengan sikap anehnya ini. Bukannya selama ini dialah yang berdiri paling depan soal membela Kikan? Kenapa sekarang berubah?

"Itu yang Kikan inginkan," jawab Saga dengan tatapannya nyalang, mengingat kejadian semalam.

oOo

[Semalam]

Kikan terdiam dalam pelukan Saga, menumpahkan semua tangisnya, yang entah menghabiskan waktu berapa lama hingga matanya itu tak bisa mengeluarkan air mata lagi.

Bad Person [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang