12. Ancaman

2.6K 437 119
                                    

Saga

Hidung lo kenapa?

Katanya dipukul Kikan ya?

Sandra melirik ruang chat yang sejak 15 menit lalu belum juga ada tanda perubahan. Masih dua ceklis yang teramat Sandra tunggu berubah menjadi birunya.

Sandra menoleh ke belakang. Melihat sosok Saga yang terlihat anteng memandangi Kikan. Cewek itu tengah tertidur dengan meja sebagai alas seperti biasa. Posisinya wajahnya bahkan membelakangi Saga, kenapa cowok itu tak bosan memandangi belakang kepala?

Tangan Sandra meremas. Apa bagusnya Kikan? Saga tak menyukai dia kan?
Ayolah ini bukan dunia novel di mana sosok Bad girl/boy jadi idaman. Di mana tingkah kasar dan ketidak sopanan jadi bahan pujaan.

Tak ada yang bisa dieluk-elukkan dari Kikan. Tukang cari masalah, bully orang, tidur di jam pelajaran, nggak punya sopan santun, bahkan mainnya di club. Apa yang diharapkan dari dia?

Bukankah lebih baik jika Saga memandang Sandra?
Tak pernah cari masalah dengan orang lain sampai harus masuk BK, tidak pernah menyakiti orang, cukup unggul di bidang pelajaran, dan dia tentunya terdidik punya attitude baik dan jauh dari dunia gelap remaja.
Bahkan Sandra juga bisa berbangga bahwa penampilannya jauh lebih good looking daripada Kikan.

Buat orang yang sesempurna lo, harusnya pasangan lo orang baik, Ga.

Ucap Sandra dalam hati sebelum kembali berbalik ke depan karena Bu Risa sudah masuk.

oOo

"Ki bangun, udah ada guru."
Saga mengguncang pelan bahu Kikan. Membuat cewek itu sedikit menggeliat, tersadar dari tidurnya.

"Ayo bangun," ucap Saga lagi begitu Kikan malah mencari posisi nyaman untuk melanjutkan kegiatannya.

Kikan mendesis sebelum akhirnya menegakkan tubuh dari meja yang begitu membuatnya nyaman itu. Ia melirik kesal ke arah Saga sebelum menatap enggan ke arah guru yang kini mulai mengabsen.

"Kanaya Astrid?"

"Hadir!"

"Ki--"

"KIK--"

"Kikan hadir, Bu!" ucap Saga yang menyela orang yang tengah menyela. Kikan menoleh ke arah Saga dengan heran bercampur kesal. Apalagi ketika cowok itu malah memasang senyum manisnya.

Dari ujung mata Kikan melihat semua murid ternyata melihat ke arah dirinya dan Saga. Entah cowok itu sadar atau tidak, tingkah bodohnya barusan pasti akan menjadi desas-desus pengusik ketenangan telinga. Bahkan detik barusan saja Kikan mendengar. "Si Kikan pake pelet ya."

"Belajar, Ki." Saga menggeser pensil pink lucu dengan pita-pita yang bagi Kikan sama sekali tak berarti demikian.

"Gue minta sama tante Lala," jelasnya tanpa diminta. Kikan sama sekali tak peduli ia mendapatkan benda itu dari mana, sungguh.

"Gue tahu lo cuma bawa satu pulpen, padahal pensil juga penting loh buat nulis rumus, kerjain soal, sama bikin sketsa."

Kikan menyentil pensil itu hingga berpindah tempat, berpindah ke kawasan meja Saga.

"Nggak perlu," jawabnya pendek.

"Di kelas sebelumnya gue udah pernah belajar sama Bu Risa, dan dia ngomel karena jawaban soal banyak corat-coretnya."

Bad Person [TAMAT]Where stories live. Discover now