40. Balas Dendam

2.6K 478 23
                                    

Entah berapa ratus orang yang hadir, yang jelas ini bisa dikatakan cukup antusias untuk sebuah seminar. Mendengar dari desas-desus orang-orang katanya seminar memang memang sangat dinantikan.
Kikan menatap kertas yang dia dapat ketika mengisi daftar hadir tadi.
Pengusaha sukses, pejabat yang cinta rakyat. Kikan membaca kalimat yang menjadi pokok penjelas dari foto Wirya yang tercetak jelas di sana. Mungkin sudah lebih dari satu jam berlalu, namun Kikan sama sekali tak memedulikan apa yang dibicarakan di depan sana.

"Menjadi pantas itu butuh proses. Kita jangan takut untuk mencoba. Mulai meniti langkah pertama untuk mencapai tujuan kita. Tentunya dukungan dari keluarga yang paling utama."

Kikan berdecih. Keluarga? Benar sekali, tanpa membuang Kikan, dia tak akan sesukses ini 'kan. Kikan terkekeh pelan.

Tepuk tangan riuh terdengar. Mengapresiasi atas jawaban yang diberikan. Pembicaraan pun kembali diambil moderator, mencari siapa kiranya yang ingin kembali bertanya di sesi ini, dan
Kikan pun mengacungkan tangannya.

"Iya, yang di sana," ucap Moderator menunjuk. Tak lama seorang staff menghampiri memberikan mikrofon padanya.

"Iya, silahkan."

Kikan berdiri. Ia menatap lurus ke arah Wirya yang masih menebarkan senyum ramahnya. Jaraknya yang jauh, juga banyaknya peserta yang hadir tentu membuat sedikit kemungkinan Wirya menyadari jika penanyanya kali ini adalah anaknya sendiri.

"Saya ingin bertanya kepada Bapak Wirya Adji Kusuma. Apa arti keluarga menurut Anda?"

Wirya terlihat mangut-mangut. Menganggap jika pertanyaan Kikan bukalanlah sesuatu yang susah untuk dirinya jawab.

"Maaf penanya, bisa disebutkan namanya?" tanya sang Moderator.

"Kiara Kanzara," lantang Kikan yang seketika membuat raut Wirya berubah. Kikan tersenyum miring ketika tatapan Wirya bertemu dengannya.

"Oke terima kasih. Saya serahkan pertanyaan kepada Pak Wirya. Agak keluar dari tema ya, namun karena mungkin Pak Wirya sempat menyinggungnya di jawaban tadi, ada rasa penasaran, apa sih arti keluarga bagi seorang sukses, hebat, seperti Pak Wirya ini. Silahkan, Pak," tutur Moderator itu sopan.

Wirya terlihat menghela napas, sebelum kembali pada wajah wibawanya seperti biasa. "Keluarga ya," Wirya terlihat berpikir sejenak.

"Bagi saya keluarga itu yang paling utama. Setiap anggota menjadi peran penting untuk anggota yang lainnya."

Kikan melipat tangan di depan dada. Pintar membual, tak salah dirinya pun sampai tertipu selama 2 tahun ini.

"Saling merangkul agar ketika salah satu ada yang tak bisa berdiri, mereka tetap--" ucapan Wirya berhenti ketika para audien berubah riuh. Mereka terlihat kaget seraya menunjuk-nunjuk ke arah panggung.
Wirya yang merasa heran mulai membalikkan badannya, ia amat terkejut ketika layar besar di belakangnya kini menampilkan sebuah video yang tidak senonoh. Video yang tentu dikenal olehnya.

Para staff langsung bergerak cepat. Namun mereka juga dibuat kebingungan karena video itu sama sekali tak bersumber dari mereka.

Keadaan semakin riuh. Bahkan banyak yang marah-marah karena penyelenggara tidak becus hingga harus ada hal seperti ini dalam sebuah seminar penting.

"Eh tunggu, bukannya Kiara Kanzara itu yang barusan nanya?" ucap salah seorang yang seolah menjadi wabah menyebar pada yang lainnya hingga menyamakan paham.

Kikan masih terlihat tenang, bahkan ketika semua mata kini tertuju padanya. Sekarang dirinya peran utama di sini. Dalam kisah apa pun, peran utama tak akan pernah gagal.

Bad Person [TAMAT]Where stories live. Discover now