37. Sisi Vanya

2.3K 430 26
                                    

Kikan duduk termenung, semilir angin malam tak membuatnya beranjak dari bangku itu. Tangannya  hanya sibuk menimang-nimang. Haruskan ia membuka 2 benda pemberian Daniah itu. Ada desir takut jika dirinya akan dikejutkan lagi dengan hal menyakitkan. Titik sekarang pun ia benar-benar tak bisa lagi mengenali, siapa dirinya, siapa orang-orang di sekitarnya.

"Tante percaya, kamu pasti akan memilih hal yang baik buat kamu dan ... Vanya."

Daniah berkata seolah ini bisa menjadi solusi. Setelah keadaan sehancur ini, apa mungkin masih bisa diperbaiki?
Itu sangat mustahil. Semuanya tak akan kembali seperti semula, sia-sia saja jika berusaha memperbaiki. Kikan sekarang bahkan enggan, walah sekedar memimpikannya. Realita terlalu jahat.

Kikan menghela napas sebelum akhirnya bulat untuk membuka buku bersampul cokelat itu. Berhenti menerka dan mulai persiapkan diri untuk menerima.

Kalau lo baca ini, berarti kita sama-sama dalam keadaan yang terburuk. Maaf, Ra.

Jadi catatan ini memang sengaja ditujukan untuk dirinya? Apa ini sejenis wasiat sebelum Vanya melakukan percobaan bunuh diri?
Kikan tak tertarik, karena isinya sudah pasti ungkapan maaf Vanya.

Kikan hendak menutup kembali buku itu sebelum menyadari jika tulisan pertama dalam buku ini bertanggal 2 tahun lalu, ketika masalah besar itu pertama kali muncul.

oOo

[Sisi Vanya 2 tahun lalu]

Vanya mengikatkanl pita berukuran besar. Senyumannya terbit dengan cerah begitu kotak yang di depannya sudah terhias sempurna.

"Kalau sampai enggak suka sama hadiah ini gue kejar lo sampe Ciwidey!" ucapnya dengan jari menunjuk-nunjuk kotak di depannya seolah itu adalah orang. Mata Vanya bahkan menyipit seolah benar-benar tengah memperingatkan seseorang.

Beberapa saat kemudian pun ia tertawa seraya menggeleng-geleng, betapa absurd-nya dirinya barusan. Namun ya tak bisa dipungikiri hatinya kini benar-benar senang. Ia berhasil mendapatkan barang yang benar-benar Kiara, sahabat terbaiknya idamkan. Meski ulang tahunya masih sebulan lagi, Vanya benar-benar sudah tak sabar mempersiapkannya dengan cantik.

Vanya bangkit. Ia menepuk-nepuk rok birunya yang tertempel sisa kertas yang ia gunakan untuk menghias. Karena terlalu antusias, dirinya bahkan sampai lupa belum mengganti seragam sekolahnya. Tak terasa ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk membungkus kado ini. Vanya tersenyum membayangkan Kiara yang pasti kesal karena harus membuka 10 lapisan sebelum benar-benar mendapatkan hadiahnya.

"Baik-baik ya," Vanya memperingati kotak itu sebelum bergerak mengambil pakaian ganti. Baru saj ia membuka lemari, pintu kamarnya tiba-tiba dibuka. Daniah, tantenya berdiri di sana dengan raut kaget bercampur panik.

"Ada apa, Tan?"

Daniah tergesa menghampiri Vanya.  "Nya, kamu belum tahu ya kalau video Kiara sekarang lagi booming?" tanyanya yang membuat Vanya mengernyit.
Video Kiara? Video musik maksudnya? Tapi seingat Vanya Kiara tidak akan meliris apa-apa sebelum tanggal debut.

"Video apa sih, Tan?"

"Video nggak senonoh, Nya!"

Vanya terdiam sejenak sebelum menggeleng. "Tante ngaco ah." Dirinya sangat kenal Kiara. Dia punya mimpi besar hingga tak peduli dengan urusan lawan jenis. Bagaimana bisa tiba-tiba ada video dia melakukan hal yang seperti itu.

"Tante nggak bohong, nih lihat ini."  Daniah menunjukkan ponselnya yang membuat Vanya kini mendapatkan keterkejutan yang sebenarnya.

"I--itu bu-bukan Rara," ucapnya terbata. Napasnya terdengar memburu diterpa kepanikan. "Itu bukan Rara!" ucapnya lagi, kali ini ia memekik tinggi.

Bad Person [TAMAT]Where stories live. Discover now