Epilog

3.9K 447 30
                                    

"ENGGAK BOLEH MASUK!" teriak Dhea seraya mendorong tubuh Rendra untuk menjauh. Tubuh ringkih juga tiang infusan yang dibawanya sama sekali tak menjadi penghalang untuk melawan pria berbadan besar dan tegap itu.

"Dhe, tolong kami ingin lihat kondisi Kiara," pinta Rendra dengan wajah memelas. Sementara kedua orang tuanya hanya mencoba menjenjangkan leher untuk melihat kondisi di dalam sana.

"Kiara, Kiara, nggak ada Kiara di sini!" tegas Dhea dengan tatapan tajamnya.

"Setelah apa yang kalian semua lakukan, berani-beraninya datang ke sini!" Dhea melepaskan jarum di tangannya, kemudian menjadikan tiang itu sebagai tongkat untuk membuat mereka menjauh.

"Dhe tolong, tolong izinin kita. Biar nggak terjadi keribuatan," Rendra masih terus mencoba bernegosiasi.

"Rumah Sakit ini punya Om gue, mau apa lo!" tantang Dhea dengan dagu terangkat. "Jadi kalian mau pergi secara suka rela atau gue buat terusir secara tidak hormat?"

Rendra hendak berbicara, namun Wirya menepuk pundaknya dan menggeleng kecil. Rendra terlihat menghela napas sebelum akhirnya pergi.

"Huh! Dari tadi kek!" gerutu Dhea. "Jadi lemes kan gue."

Dhea pun menjadikan tiang itu sebagai tongkat untuk membantunya berjalan memasuki ruangan Kikan.
Di dalamnya ia langsung disambut tatapan-tatapan penuh tanya Mario CS dan Saga.

"Kenapa?" Dhea yang terbawa kekesalan tanpa sadar menanyai mereka dengan nada tinggi. Membuat mereka memalingkan muka dan pura-pura punya kesibukan.

"Lo seriusan ponakan yang punya Rumah Sakit?" tanya Mario yang mengikuti Dhea yang duduk di sofa.

"Menurut lo? Pikir aja, emang bisa di ICU banyak orang kayak gini?"

Mario berdecak. "Ternyata lo chaebol."

Dhea langsung berjengit. "Lo ngatain gue?!"

"Siapa yang ngatain?" Mario balas berjengit.

"Masa lo nggak tau Chaebol? Itu yang suka ada di Drakor, artinya holang kaya."

Dhea menggerutu. "Cowok kok ngedrakor, cowok apaan lo?"

Dhea mengamati tangannya, bekas infusan yang tadi ia lepas secara paksa. Kulitnya sedikit terluka dan berdarah.

"Lo sakit apaan sih lama banget?" tanya Mario yang meraih tangan Dhea itu kemudian menyeka darahnya dengan tisu.

"Eh apaan sih lo pegang-pegang tangan chaebol sembarangan! Tangan berharga gue nih." Dhea menarik tangannya sementara Mario berdecak kesal.

"Ditolongin juga."

"Nggak perlu gue bisa sendiri." Dhea mulai meniup-niupi tangannya.

"Lo belum jawab lo sakit apa," ucap Mario yang sepertinya sukar merasa tersinggung.

"Rickettsia Thypi."

"Hah?"

"Itu bakteri penyebab Tifus."

"Oh ... lo sakit tifus? Pantes lam" Mario mangut-mangut.

Dhea sama sekali tak merespon ucapannya dan terus saja meniupi lukanya dengan sayang.

"Woy, tangan Kikan gerak!" teriak Erik heboh.

Dhea dan Mario pun secara serentak menghampirinya. Sekarang semuanya berdiri melingkari ranjang Kikan. Semua mata tertuju pada kelopak mata Kikan yang juga mulai ikut bergerak.

Pergerakan itu semakin cepat sebelum akhirnya benar-benar terbuka. Dhea memekik senang hingga tanpa sadar sudah memeluk Mario di sampingnya. Sementara Nolla sudah menangis penuh syukur. Meski terlihat biasa saja, anak-anak cowok sebenarnya ingin menangis juga. Mereka begitu bahagia melihat Kikan akhirnya siuman.

Mereka penuh harap ketika Kikan mengamati wajah mereka satu-persatu. Namun mulai heran ketika Kikan terlihat kebingungan.

"Si--siapa?"

oOo

Jangan hapus dari perpus kalian. Masih ada 2 ekstra part (atau mungkin 3)
Dan tentunya kabar tentang cerita lainnya.
Dhea bakal punya work sendiri, Joana juga (adakah yang ingat dia siapa)
Dan ya Kikan juga ada kemungkinan untuk season 2 nya.

See you~

9 April 2021

Bad Person [TAMAT]Where stories live. Discover now