12 - Pinky, Pinky Bow-bell

385 80 50
                                    

Karena sayang gak harus pacaran kan?

・・・

Tentang Xero dan perempuan. Selama masa kuliahnya, Xero bukanlah lelaki yang tidak pernah naksir perempuan. Jujur saja, waktu itu ada dua orang perempuan yang Xero taksir. Pertama adalah perempuan Rusia, dan yang kedua berasal dari negeri tirai bambu. Dan kedua orang itu sama-sama pintar di jurusannya, mungkin itulah yang membuat Xero tertarik.

Namun nyatanya, Xero tidak memiliki cukup niat untuk mendekati keduanya yang membuat dia berakhir melajang dan masih menggenggam rekor pacaran hanya sekali selama 25 tahun.

Ah ralat, seharusnya dua kali ya.

Kenyataannya memang begitu, sejauh apapun Xero mencari perempuan baru, seniat apapun Xero berusaha mengencani mereka, ujung-ujungnya pasti kembali pada Lusa.

Xero tidak mengerti mengapa dia begitu. Tapi jauh di lubuk hatinya ia sering kali merasa bersalah ketika diam-diam mencuri pandang pada perempuan lain. Mau bagaimana pun juga, berakhirnya hubungan Xero dan Lusa itu tidak bisa dibilang baik. Xero bahkan tidak berpamitan secara langsung ketika dia hendak pergi ke Amerika, dia juga tidak menjenguk Lusa ketika perempuan itu koma. Semuanya terlalu abu-abu sampai akhirnya ia dipertemukan lagi dengan kekasih SMA-nya.

Tapi sekarang, entah kenapa rasanya seperti telah berbeda. Xero mulai 'tidak tertarik' dengan kisah percintaan lamanya bersama Lusa.

Bagi Xero, cinta adalah suatu hal yang praktis dan masuk akal. Dia tidak suka hal yang rumit, terlibat masalah perasaan dengan perempuan? Xero tidak punya waktu untuk itu.

Mungkin hal itu juga yang menjadi alasan mengapa Xero jarang dekat dengan perempuan. Karena perempuan itu ribet, Xero malas menanggapinya.

Sama seperti pertanyaan Lusa kemarin.

Bagaiamana bisa gadis itu menanyakan sesuatu yang jelas-jelas jawabannya sudah dia tau?

Xero pernah bilang kan pada Lia bahwa mantan kekasih akan tetap menjadi mantan kekasih. Maka itulah Lusa di mata Xero.

Dia tidak menjawab karena takut menyakiti hati gadis itu, alhasil Xero memilih memendamnya sampai sekarang.

Hari ini Xero dan Lia mempunyai rencana untuk mengunjungi Panti Asuhan Tali Kasih. Iya, cuma mereka berdua. Dewa ada urusan di maskapai, sedangkan Caramel harus kembali bekerja di kantor kejaksaan.

Selama di perjalanan tidak ada percakapan di antara mereka berdua. Xero sangat bersyukur Lia mengerti dengan kondisinya yang akhir-akhir ini memang lebih banyak diam. Sampai akhirnya mobil yang dikendarai oleh Pak Beni── bodyguard rumah Xero dari zaman Sinar masih ada, pun berhenti di depan gerbang panti.

"Udah sampe, Mas, Mbak." Pak Beni menoleh ke belakang.

"Oh iya, sebentar." Lia membuka sealtbelt-nya. "Aku ambil kursi roda kamu dulu ya."

"Gak usah toh, Mbak. Biar saya saja, Mbak tunggu di luar ya."

Lia menatap Xero yang langsung mendapati anggukan dari lelaki itu.

"O-oke, aku tunggu di luar."

Perempuan dengan surai hitam legamnya yang selalu dibiarkan tergerai itu keluar dari mobil. Ujung dress Lia sempat melambai diterpa angin sementara perempuan itu memutari mobil untuk melihat Xero dibantu dipindahkan ke kursi roda oleh Pak Beni.

"Makasih ya, Pak." Lia tersenyum ramah dan beralih ke belakang kursi roda Xero.

"Iya, Mbak. Saya tunggu di dalem mobil ya."

2. Memoar | Lusa〔✔〕Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt