25 - The Woman Who Can't Be Moved

319 58 2
                                    

Lawanku itu Tuhan, bukan kamu

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Lawanku itu Tuhan, bukan kamu.

・・・

Sewaktu kecil, Lia pernah berangan-angan, kira-kira bagaimana ya pesta pernikahannya nanti bersama Xero? Apakah benar akan diadakan di luar angkasa seperti apa yang pernah mereka janjikan di malam bertabur bintang jatuh? Atau justru hanya pesta pernikahan sederhana dengan keluarga sebagai tamunya.

Ah, mau sederhana ataupun mewah, Lia akan tetap senang. Ya karena pasangannya adalah Xero. Itu saja sudah lebih dari cukup kok.

Namun Lia rasa, dirinya di masa kecil akan sangat kecewa bahkan menangis meraung-raung ketika tau bahwa semua janji-janji itu tidak akan pernah menjadi kenyataan di masa depan.

Alih-alih menikah dan hidup bahagia, Lia justru menjadi satu-satunya alasan -mantan- sepasang kekasih bertengkar dan saling meneriaki satu sama lain.

Berulang kali Lia meyakinkan dirinya sendiri, tidak apa-apa, mereka hanya sedang melalui proses pendewasaan diri. Tidak masalah kalau dirinya menjadi penyebab mereka bertengkar begitu.

Ya, setidaknya kata-kata itu bertahan selama lima belas menit pertam semenjak Lia berdiri di depan pintu kamar yang tertutup. Sekarang dia sudah tidak bisa lagi mengabaikan suara patahan hatinya yang terasa begitu perih, sampai-sampai rasa itu menular ke sepasang netranya yang sudah memanas.

"Kalau sampe kamu berani bawa-bawa nama Lia lagi di antara kita, aku gak akan sungkan buat nyingkirin dia!"

"Jangan kamu pikir aku cewek yang lemah dan bakal diem aja sama semua sikap kamu."

"Terus kamu mau apa?! Ngebuktiin kalau kamu bukan cewek yang lemah dengan cara celakain Lia?"

"Kalau pun itu perlu, bakal aku lakuin!"

Lia tersenyum getir seraya menyeka dengan cepat cairan bening pertama yang luruh dari matanya.

Samar-samar ia mendengar Xero berdecih, setengah sarkas.

"Bener-bener keras kepala kamu, Lusa."

"Ya, emang! Dengan sifat keras kepala ini aku lagi berusaha buat dapetin kamu lagi. Apa salah?"

"Kamu mungkin lupa, tapi aku gak akan pernah lupa, Nat. Gimana pertama kali kita ketemu di tengah jalan itu, gimana kamu nabrak aku dan kenalin aku ke Tante Sinar. Gimana cara kamu natap aku untuk yang pertama kalinya di pengadilan. Gimana cara kamu nembak aku, yang jauh dari kata romantis. Kamu bilang, gak ngabarin bukan berarti gak sayang, Lusa. Kamu bilang, hal yang paling indah seharusnya kisah kita. Kamu bilang kamu sayang aku juga─"

"Tapi itu dulu! Itu dulu!" seru Xero. "Berenti ungkit-ungkit masa lalu. Aku muak."

"KALAU BEGITU KAMU JUGA HARUS BERENTI DEKETIN LIA! DIA ITU MASA LALU KAMU! GAK PERLU DIUNGKIT LAGI! AKU MUAK!"

2. Memoar | Lusa〔✔〕Место, где живут истории. Откройте их для себя