27 - Pembacaan Surat Dakwaan

348 63 29
                                    

"Ah, dia bukan Nathan kecilku lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ah, dia bukan Nathan kecilku lagi. Dia udah berubah."

・・・

"Kasus ini gak bisa dibiarkan menguap gitu aja di kepolisian, karena itu akan aku bawa kasus ini ke persidangan."

Caramel menoleh ke arah lelaki berkacamata di sebelahnya dengan sorot mata tegas. "Dengan aku sebagai jaksa penuntutnya."

"Caramel kamu gila?!" Mata Aldo membelalak.

"Kenapa?" tanya Caramel, dingin.

"Kamu kira apa alasannya Penuntut Umum, hakim, panitera dan lain sebagainya gak boleh menangani kasus yang menyangkut keluarganya?" Aldo menjeda ucapannya. "Kecenderungan membela keluarga."

"Lia bukan kerabatku. Kita gak punya hubungan darah atau semenda, jadi sah-sah aja buat jadi JPU-nya di persidangan nanti."

Aldo menyentuh keningnya frustasi. "Caramel, kamu tau maksud dari omongan aku. Independensi kamu bisa aja dipertanyakan sama media kalau aja kamu gak bersikap profesional dalam menangani kasus ini."

Caramel menautkan kedua alisnya tersinggung. "Jadi di mata kamu aku seceroboh itu ya? Apa aku pernah bersikap gak profesional di setiap kasus yang lagi aku tangani?"

Aldo mengesah berat. "Caramel, nggak gitu."

"Ya terus apa?"

"In case you forgot, Lusa itu anaknya Pengacara Dean Samuel. Pihak mereka bisa aja mengajukan praperadilan kalau sampai kamu bertindak yang melanggar SOP."

Caramel menghela napas. "Aldo, terlepas dari fakta bahwa Lusa adalah anak dari pengacara Dean Samuel, bahkan pengacara Hotman Paris, atau pengacara kondang lainnya. Terserah. Aku cuma melaksakan tugasku sebagai jaksa penuntut umum, yaitu mendapatkan keadilan bagi korban, dan mendakwa pelaku."

"Kamu juga jaksa, bahkan pangkat kamu lebih tinggi dari aku. Harusnya kamu mengerti kasus ini gak bisa dibiarkan gitu aja," lanjut Caramel.

"Oke. Kalau kamu menganggap kasus ini gak bisa dibiarkan gitu aja, limpahin kasus ini ke aku. Biar aku yang maju sebagai penuntut umum di persidangan nanti."

"...."

"Katanya pangkatku lebih tinggi, itu berarti aku lebih berpengalaman. Serahin kasus ini ke aku, akan aku urus sampai ke akarnya."

Caramel menatap Aldo dengan pandangan sengit. Dia tampak tak terima. "Kamu ini kenapa sih? Segitu takutnya aku gak bisa atasin semua ini dengan baik?"

"Caramel ...." Aldo rasanya sulit berkata-kata.

"Kalau kamu gak mau bantu ya bilang. Gak usah mempertanyakan cara kerjaku, tanpa kamu aku pun bisa atasin segalanya."

Tangan Caramel bergerak membuka sabuk pengaman yang melingkar di pinggangnya.

2. Memoar | Lusa〔✔〕Where stories live. Discover now