3 - See You Soon, Babe!

677 101 31
                                    

・・・

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

・・・

Dean memijat pangkal hidungnya ketika panggilan itu terputus secara sepihak, dia jadi semakin pusing memikirkan pekerjaannya sebagai pengacara sekaligus Lusa yang keras kepala.

Padahal Dean sudah pernah memperingatkan pada Lusa beberapa bulan setelah gadis itu keluar dari rumah sakit tujuh tahun lalu, Lusa tidak boleh lagi dekat dengan apapun yang berhubungan dengan Xero.

Bukan karena apa, Dean hanya takut putrinya celaka lagi. Dia juga tidak mau melihat Lusa kembali bersedih seperti dulu dimana Lusa masih memiliki hubungan dengan Xero, tapi kenapa anak itu begitu keras kepala sekali sekarang?

Mata sayu milik Dean tertuju ke depan saat pintu rumah terbuka dan menampakkan batang tubuh Dalvin yang baru pulang kencan, laki-laki itu terlihat sangat bahagia.

"Dalvin, coba kamu telepon adikmu. Tadi Ayah sudah telepon dia tapi gak didengarkan," kata Dean sembari melepaskan kacamatanya dan menaruhnya ke atas meja.

"Loh masih belum pulang juga dia?" tanya Dalvin, santai.

"Dalvin! Lusa itu adik perempuan kamu satu-satunya, seharusnya kamu jaga dia dan cegah dia pas mau pergi. Kenapa akhir-akhir ini kamu jadi sibuk sendiri dengan pacarmu itu?"

Dalvin mengernyit. "Ayah lupa? Kan Dalvin sama Alea mau tunangan."

"Kalau Lusa belum pulang juga, lebih baik undur saja acara pertunangan kamu."

"Kok gitu Yah?!" protes Dalvin.

"Adik kamu itu pergi ke London bertemu anaknya Dewa! Ayah khawatir dia celaka lagi dekat-dekat sama lelaki itu," jawab Dean yang membuat Dalvin menghela napas kesal.

"Emang batu banget tu anak Yah, yodah nanti Dalvin telpon tapi acara tunangan Dalvin jangan diundur ya? Atau gak langsung nikahin aja Yah sekalian, itung-itung menghindarkan Dalvin dari perbuatan zina hehe."

Dean memutar bola mata malas sembari mengembuskan napas berat, baru ingin menjawab tapi ponsel pria itu berdering di atas meja. Dean lantas mengambil benda pipih itu dan langsung menempelkannya ke samping daun telinga.

Ekspresinya berubah, membuat Dalvin yang masih berdiri menatapnya aneh.

"Ya Pak Keano, bagaimana?" Dean terkekeh sesaat kemudian.

"Wah bagus sekali kalau begitu, nanti besok atau lusa gimana kalau kita langsung diskusikan saja dengan anak-anak?"

"Iya, di rumah saya saja ya."

2. Memoar | Lusa〔✔〕Where stories live. Discover now