42 - Lintang, Nathan, dan Kesepian

383 69 7
                                    

 ・・・

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

 ・・・

"Harus dari mana Tante mulai cerita ...." Irene tampak berpikir. "Oh ya, mungkin dari sini aja."

Xero memperbaiki posisi duduknya agar terasa lebih nyaman sementara Irene mulai bercerita.

"Namanya Lintang, Lintang Mandea. Tante ketemu dia waktu zaman ospek kuliah. Meskipun dia dari fakultas yang berbeda dengan Tante, Lintang teramat ramah. Itulah yang bikin Tante dan Lintang temenan sejak saat itu," ucap Irene.

"Lintang selalu suka pergi ke perpustakaan, main biola, melukis, dan kadang juga keliling-keliling sambil bawa kamera analognya. Tante terlalu malas buat lakuin itu semua, Tante punya passion yang berbeda dengan Lintang. Meskipun begitu, kami jarang sekali terlibat perselisihan. Selama hampir dua tahun kami berteman, nggak pernah tuh Tante berantem sama Lintang. Sebelum akhirnya Lintang punya pacar di pertengahan semester tiga. Namanya──"

"Gio," Xero tidak tau bagaimana nama itu bisa tiba-tiba terlintas di otaknya. Xero hanya mengucapkannya saja dengan asal.

"Wah, iya benar, Gio." Irene tampak sedikit terkejut, tapi dia tetap melanjutkan ucapannya. "Tante nggak tau gimana mereka bertemu, yang Tante tau Lintang selalu senang setiap kali dia bercerita soal pacarnya. Walaupun di pandangan Tante, pacarnya itu ... agak nggak beres. Tapi Tante nggak berani bilang karena takut Lintang sakit hati dan musuhin Tante."

"Untungnya, apa yang Tante takutin nggak benar-benar terjadi. Lintang lulus dengan gelar cumlaude. Itu momen yang paling bahagia dalam hidupnya."

"Sayaang!"

Lintang menoleh dan tersenyum lebar ketika melihat Gio datang. Lelaki itu merentangkan kedua tangannya, yang dimana ada sebuket bunga di tangan sebelah kiri. Lintang terkekeh, menghampiri, dan memeluk Gio dengan erat.

"Selamat yaa," ucap lelaki itu gemas. "Pacarku emang paling pinter."

Pelukan itu terlepas digantikan dengan Gio yang menyerahkan sebuket bunganya pada Lintang.

"Hadiah untuk saat ini," ucapnya.

Lintang tersenyum dengan pipi merona seraya mengambil buket bunga itu.

"Buka dong suratnya. Aku sendiri yang nulis loh," kata Gio.

"Oh ya?" Lintang terkekeh.

"Iyaa, cius deh. Coba baca."

Lintang mengambil sepucuk surat di celah bunga. Ia menitipkan buket bunganya pada Gio sementara dia membaca isi surat itu.

To: Pacarku yang paling cantik, pintar, dan baik hati
From: Lelakimu

Selamat buat kelulusanmu, Cantik ❤ Kamu tau kan aku selalu banggain kamu ke temen-temen tongkronganku. "Eh nih pacar gue. Cantik kan? Dia juga pintar, jago main biola, lukisannya juga bagus parah!" Beruntung banget deh aku ini dimilikin kamu. Terima kasih ya udah berjuang sampai saat ini, ily ❤

2. Memoar | Lusa〔✔〕Onde histórias criam vida. Descubra agora