35 - Misi Memenangkan Hati Lusa

413 68 11
                                    

・・・

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

・・・

"Mengku sayang. Meng udah mam kan? Masih laper gak?"

"Meow meow!"

"Apa?! Masih laper?! Kamu ini abis kerja rodi apa gimana?! Makannya banyak banget kayak kuli!"

Ahza terus mengoceh pada kucing peliharaan yang ada digendongannya. Kini Ahza tengah duduk di sofa panjang di kamar Xero. Sepulang dari rumah Saska pagi tadi, Ahza dijemput oleh Dewa dan dibawa ke sini.

Xero? Ada. Beberapa menit lalu kakaknya itu tengah berusaha berdiri dari kursi roda.

Saat Ahza bertanya, "Kakak butuh bantuan?"

Xero hanya menggeleng sembari terus berusaha menyeimbangkan tubuhnya dengan cara bertumpu ke benda apapun.

Sekarang Xero sudah bisa berdiri, walau belum tegap dan masih sering terjatuh, tapi Xero tidak pernah menyerah soal itu. Dengan bermodalkan tumpuan pada berbagai benda seperti laci, meja, atau kepala sofa, Xero tengah melatih kedua kakinya sendiri yang masih terasa mati rasa.

Ahza yang melihatnya merasa khawatir. "Kak? Aku panggil Om Dewa ya."

Namun, Xero menolak lagi. Dia lanjut berjalan sambil berpegangan ke benda apapun. Selama itu pula Xero banyak menjatuhkan banyak benda, Ahza yang melihatnya bahkan sempat tersentak kaget, tapi dia tetap berusaha tenang.

Xero terus memaksakan tubuhnya untuk terus berdiri alih-alih menuruti kemampuan kedua kakinya yang sangat ingin dia terjatuh. Xero tidak mau lagi dikalahkan oleh kedua kakinya sendiri. Meskipun dia harus terluka, meskipun semua barang-barang di kamar ini akan rusak dan pecah, Xero harus berusaha untuk berjalan.

Sampai akhirnya Xero kembali terbayang semua kilas balik itu ....

"Kita udahin aja semuanya."

"Tapi tenang aja, sekarang gue udah sadar diri. Gue gak bakal ganggu lo lagi, gue bakal berhenti."

"Gue yang salah, Nel. Gue yang bodoh karena udah sia-siain dia."

"Andai kamu ada, Sinar, Xero sama Caramel mungkin gak bakal sehancur ini."

... Xero terjatuh. Keningnya terhantuk ujung laci sampai berdarah.

Seolah belum cukup, Xero membenturkan kepalanya. Sekali, dua kali, beriringan dengan gumaman, "Bodoh, bodoh, bodoh."

Ahza yang melihatnya terkejut setengah mati. Dia melepaskan kucingnya dan berlari menghampiri Xero.

"KAK! KAKAK NGAPAIN?!" teriaknya, kencang.

"KAK! JIDAT KAKAK BERDARAH!"

Xero tidak mengidahkannya, dia seperti orang yang telah kehilangan akal.

Ahza pun berlari keluar kamar. "OM! OM DEWA! KAK XERO JEDOTIN KEPALANYA KE SAMPING LACI OM! KAK XERO BERDARAH!"

Pada akhirnya Xero menyerah. Dia tidak bisa menenangkan dirinya sendiri, itu semua tidak akan berhasil. Toh, dunia selalu punya cara untuk menyadarkan Xero bahwa dia telah hancur lebur.

2. Memoar | Lusa〔✔〕Donde viven las historias. Descúbrelo ahora